Anda di halaman 1dari 12

Tinjauan Etis Kristen Tentang Gerakan Di Dalam Pemilihan

Presiden 2024

Dosen Pengampu: Pdt. Prof. Dr. Risnawaty Sinulingga, M.Th.

Disusun Oleh :
- Zion Yachov Hezekiel Harefa (220402023/Teknik/ Teknik
Elektro)
- Billy Joel H. Simbolon (220708073/ FIB /Sastra Jepang )
- Serevina Pane (220405020/Teknik /Teknik Kimia )
- Henly Lumban Gaol (220402004 /Teknik /Teknik Elektro)
- Lucky Sam Pratama Telaumbanua (220402053/ Teknik /Teknik Elektro)
- Josua Pernando Sitompul (220710004/ Teknik /Teknik Elektro)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama dan Politik sering dipandang sebagai dua kutub yang berbeda sepanjang
kehidupan manusia, khususnya dalam kehidupan politik. Oleh karena itu muncul dua
pandangan ekstrim tentang hubungan agama dan politik. Pertama, pandangan yang
mengatakan agama dan politik merupakan satu kesatuan yang integral, dan yang kedua,
pandangan yang mengatakan agama dan politik harus dipisahkan secara total. Dalam
perjalanan sejarah politik, baik di Eropa maupun di Amerika Serikat, upaya memisahkan
agama dan politik secara total mengalami kegagalan. Agama dianggap bukan masalah
umum, khususnya politik, dan agama hanya dianggap masalah pribadi manusia.

Ditahun 2024 ,Indonesia akan melaksanakan perhelatan politik yang besar , pemilu
nasional pemilihan Presiden , DPR , DPD , DPRD , dan juga Pilkada serentak . Pemilu
serentak ini akan menjadi ujian yang sesungguhnya bagi bangsa Indonesia dalam
menjalankan demokrasi ,Bukan hanya sekedar menjalankan mandat reformasi tahun 1998
,tapi kita harus dapat menunjukan bahwa indonesia adalah negara dengan demokrasi yang
matang .

Situasi yang kita hadapi saat ini membutuhkan komitmen persatuan dari seluruh pihak
terutama tentang bagaiamana tinjauan etis Kristen serta solidaritas seluruh elemen bangsa
memerlukan pemerintahan yang tenang dan kuat agar dapat bekerja sungguh sungguh ,
memerlukan stabilitas politik dan keamanan untuk mengatasi tantangan di masa yang
akan datang

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana rangkuman artikel tentang gerakan – gerakan dalam pemilihan Presiden
2024 ?

2. Bagaimana tinjauan etis Kristen mengenai gerakan - gerakan dalam aspek Politik serta
peran Gereja Secara Menyeluruh ?

3. Bagaimana kesimpulan dan artikel yang telah dikumpulkan dan apa saran sesuai dengan
etis Kristen mengenai gerakan – gerakan dalam pemilihan Presiden 2024 ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kumpulan Artikel


2.1.1 Pemilu 2024 waktunya demokrasi gagasan bukan demokrasi
pengkultusan_lemhannas.go.id

2.1.2 Politik Identitas menuju pemilihan Presiden _ uin-alauddin.ac.id

2.1.3 Sikap Kristen Dalam Arena Politik_media.neliti.com

2.1.4 Aturan Presidential Thershold dinilai batasi jumlah calon presiden_mknri.id

2.1. 5 Refleksi Menuju Pemilu Serentak Nasional Tahun


2024_htttps://ww.dinastirev.org

2.1.6 Tinjauan Tentang Calon Presiden _ https://eprints.uny.ac.id

2.1.7 Dirupsi Politik :Peluang dan Tantangan Partai Politik Baru Jelang Pemilu
2024_https:nakhoda.ejournal .unri.ac.id

2.1.8 Coalition Trends In the 2024 Direct Presidential


Election_umj.ac.id/opini/trend

2.1.9 Presiden Tekankan Lima Hal Terait Pemilu Serentak 2024_menpan.go.id

2.1.10 Oligarki Media dalam Pusaran Pemilihan Presiden Dan Wakil


Presiden_https://www.ejournal.warmadewa

2.1.11 Ombudsman ikut kaji system Pemilu 2024_ombudsma.go.id

2.1.12 Sambut pemilu 2024 ,Berbagai Aspek Perlu di perhatikan_polkam.go.id

2.1.13 Mengagas Pemilihan Presiden yang Demokratis dan


Aspiratif_https://jurnalkonstitusi.mkri

2.1.14 Pemilu 2024 :Obsesi Pemilu Demokratis dan Endgame Transisi


Demokrasi_bogorkota.bawaslu.go.id

2.1.15 Strategi Partai Politik Baru Menuju Pemilihan Umum Tahun


2024_digibli.unila.ac.id

2.1.16 Etika Kepemimpinan Kristen Menjawab Tantangan Kepemimpinan Di


Indonesia_Researchgate.net/publication
2.2 Rangkuman Artikel
Tahun 2024 akan digelar pemilu akbar berdasarkan keputusan KPU RI Nomor 21 Tahun
2022, terdapat enam partai pendatang baru yang sudah mengantongi SK Pengesahan dari Badan
Hukum dan Kemenkumham dan siap menyusun strategi untuk ikut serta dalam kontestasi tersebut.
Tulisan ini membahas peluang dan tantangan kemunculan partai-partai baru yang partai hadapi di
era disrupsi dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam menghadapi persaingan elektoral
jelang pemilu 2024. Metode penulisan menggunakan literature review dan data akan didapatkan
melalui studi kepustakaan, seperti buku, jurnal ilmiah, situs web, dan hal-hal yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti. Hasil dan analisis dalam tulisan ini menunjukkan bahwa hadirnya partai
baru pada pemilu yang diselenggarakan 2024 mendatang tampaknya akan menjadi tahun politik
yang berada dalam ambang kerawanan dan perpecahan, adapun strategi yang ampuh untuk
meminimalisir perpecahan adalah dengan menanamkan sistem demokrasi internal partai, agar
konflik internal antar anggota di dalam partai tidak terjadi kembali. Tantangan lainnya, disrupsi akan
membajak peran partai politik jika parpol enggan mengikuti arus disrupsi. Pada era disrupsi
munculnya partai-partai politik memberikan peluang untuk pengerahan massa pada saat kampanye
dengan menggunakan media sosial yang dinilai lebih efektif, lebih murah, dan memiliki daya jangkau
luas dan merata. Selain itu, disrupsi dapat dimanfaatkan parpol untuk strategi branding partai.
Namun dampak buruk disrupsi ini dapat menyebabkan perang media sosial di antara partai politik
dalam ragam laman media sosial seperti penyebaran berita hoaks.

Kemunculan partai politik pendatang baru pada pemilu tahun 2024 merupakan salah satu
dampak dari disrupsi. Disrupsi ini mampu memberikan tantangan dan peluang bagi partai politik
baru. Tantangan munculnya partai politik baru yaitu adanya konflik internal partai dapat mendorong
kader-kader partai keluar sehingga mendirikan partai baru. Tantangan lainnya, disrupsi akan
membajak peran partai politik jika parpol enggan mengikuti arus disrupsi. Dilihat dari visi-dan misi
keenam parpol baru yang similar mengarah pada konsep disrupsi, menjadikan adanya persaingan
antar partai politik baru dalam menguasai suara masyarakat pada pemilu 2024 mendatang. Sistem
demokrasi internal partai perlu ditanamkan agar konflik internal antar anggota di dalam partai tidak
terjadi kembali, selain itu keenam parpol harus mampu mengarungi disrupsi dengan menciptakan
inovasi-inovasi dalam melayani masyarakat. Beberapa peluang disrupsi yang akan didapat partai
politik baru adalah dapat pengerahan massa pada saat kampanye dengan menggunakan media
sosial yang tidak saja lebih murah, memiliki daya jangkau luas dan merata. Selain itu, disrupsi dapat
dimanfaatkan parpol untuk strategi branding partai. Oleh karena itu, tantangan dan peluang disrupsi
partai politik patut dipertimbangkan partai politik pendatang baru untuk bersaing dalam pemilihan
umum 2024 yang akan datang dan dapat dijadikan sebagai strategi kemenangan.

Salah satu hak terpenting warga negara setiap orang untuk menentukan pilihan politik
termasuk pilihan menentukan pemimpin yang akan mengambil tanggung jawab kebijakan Negara.
Salah satu dari hak mendasar itu terwujud melalui hak pilih universal. Pemilihan umum dalam
konteks Indonesia tidak seindah harapan di atas. Pengalaman pemilihan umum nasional Indonesia
tahun 2014 dan tahun 2019 direcoki dengan politik identitas agama yang memuakkan. Pemilihan
Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 juga tidak luput dari sasaran politik identitas agama. Rakyat
pemilih bahkan muak melanjutkan proses demokrasi karena kampanye hitam dan kotor merusak
batin rakyat di pemilu. Postur demokrasi Indonesia yang masih belum kuat malam semakin terpuruk.
Kandidat presiden pun dikategorikan ke kandidat yang satu dianggap didukung oleh partai politik
dengan sebutan partai politik yang diridoi Allah, sementara calon presiden yang lain dikategorikan
sebagai partai yang didukung oleh partai-partai yang diridhoi oleh setan atau iblis. Semua idealism
demokrasi terlupakan yakni ketika prinsip-prinsip demokrasi yaitu penghormatan terhadap harkat
dan martabat manusia, pemilihan umum yang terbuka dan adil, serta kebebasan pemilih menjadi
kabur dan cenderung hilang. maraknya penggunaan isu politik identitas khususnya atas nama agama
sangat berbahaya bagi pertumbuhan demokrasi dan proses politik yang sehat di Indonesia.

2.3 Tinjauan Etis Kristen

Dalam KBBI, arti politik adalah pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan


(seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan). Politik juga didefinisikan sebagai segala
urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau
terhadap negara lain.

 Dalam UUD 1945, tercantum adanya keberadaan hak politik sipil dalam beberapa pasal.
Pada pasal 27 ayat 1 mengenai persamaan kedudukan semua warga negara terhadap hukum dan
pemerintahan; pasal 28 tentang kebebasan, berkumpul dan menyatakan pendapat; dan pasal 31
ayat 1 tentang hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan.Secara ringkas dapat
dikatakan bahwa hak-hak politik masyarakat Indonesia yang dijamin oleh UUD, yaitu hak
membentuk dan memasuki organisasi politik ataupun organisasi lain yang dalam waktu tertentu
melibatkan diri ke dalam aktivitas politik; hak untuk berkumpul, berserikat, hak untuk
menyampaikan pandangan atau pemikiran tentang politik, hak untuk menduduki jabatan politik
dalam pemerintahan, dan hak untuk memilih dalam pemilihan umum. Yang mana semuanya
direalisasikan secara murni melalui partisipasi politik.

Rasul Paulus dalam Roma 13 : 1-7 menjelaskan bagaimana hidup sebagai warga negara.
Gereja yang ada di Roma diperintahkan rasul Paulus mematuhi pemerintahan Romawi. Kepatuhan
kepada pemerintah yang berkuasa merupakan suatu keharusan bagi orang Kristen, sebab orang
Kristen bergantung dan terikat kepada pemerintah secara hukum. Setiap warga negara yang
melakukan pembangkangan atau pelanggaran terhadap perauuran atau hukum akan dikenakan
sanksi atau hukuman oleh pemerintah yang berkuasa. Paulus mengingatkan Gereja (orang Kristen)
bahwa pemerintahan berasal dari Allah. Paulus dalam tulisannya menyatakan “... sebab tidak ada
pemerintah, yang tidak berasal dari Allah, dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh
Allah” (Rm 13:1).

Sebagai warga negara, kehidupan orang Kristen tidak terlepas dari kehidupan berbangsa dan
bernegara. Ketika orang Kristen memiliki hak dan tanggungjawab di dalam bergereja, orang Kristen
pasti memiliki hak dan tanggungjawab sebagai warga negara. Yang menjadi persoalan adalah
bagaimana orang Kristen menempatkan posisinya di dalam situasi yang demikian. Di mana
hubungan gereja dan negara tidak terlepas dari masalah bahkan sudah ada sejak lama. Hubungan itu
sesuatu yang dinamik dari waktu ke waktu. Dalam hal inilah bagi orang Kristen perlu pemahaman
yang Alkitabiah tentang hubungan Gereja atau orang Kristen dengan negara atau pemerintah. Pada
prinsipnya Gereja memahami bahwa kehadirannya adalah sebagai garam dan terang di tengah-
tengah dunia (Mat. 5 : 13,14). Dasar inilah yang mewarnai semua misi, sikap, aktivitas dan pelayan
gereja, dalam berbagai kegiatan kehidupan. Dalam konteks pemahaman itu, dapat dilihat sikap
Yesus Kristus dan para rasul terhadap pemerintah pada masanya masingmasing. Dalam kehidupan
gereja, sikap itu ada kalanya berubah dan berbeda sesuai dengan keadaan dan konteksnya. Namun
menjadi garam dan terang tetap menjadi dasar teologis untuk memahami hubungan Gereja atau
orang Kristen dan negara atau pemerintah pada masa kini. Trilogi panggilan gereja di dunia yakni
Marturia (Bersaksi), Koinonia (Bersekutu) dan Diakonia (melayani) harus dilakukan dengan dasar
teologis yang benar.

Orang Kristen sebagai orang yang percaya yang terpanggil dan telah menerima tugas dari
Yesus Kristus harus menunjukkan ketaatan kepada Tuhan di segala bidang kehidupan. Orang Kristen
harus mempunyai kebiasaan untuk melihat seluruh masyarakat yang berpolitik dan peraturan-
peraturan politik dibawah penghukuman dan anugerah Allah. Itu dapat diartikan bahwa orang
Kristen berpartisipasi dibidang politik ialah karena segi politik itu tetap di bawah kuasa dan anugerah
Allah (bnd. Rm.13:4). Orang kristen atau Pendeta sebagai warga negara harus aktif dalam politik
dengan cara tetap hidup sebagai garam dan terang. Orang Kristen tidak hanya sebagai warga negara
yang baik tetapi dia harus mampu menggambarkan atau memperlihatkan kehendak Allah di dalam
kehidupannya yaitu di dalam kehidupan berpolitik. Orang Kristen bertanggung jawab untuk
memelihara dan menumbuhkan kesatuan dan persatuan antara umat yang berbeda agama (bnd.
Mat. 5:13-16; I Ptr. 2:12). Gereja dalam eksistensinya di dunia ini, terkadang kehilangan daya
kritisnya dalam menyikapi persoalan-persoalan yang terjadi. Baik yang dilakukan oleh masyarakat
maupun pemerintah. Mungkin saja sejarah masa lalu masih berlaku dalam kehidupan bergereja saat
ini di mana adanya bantuan-bantuan yang selalu diberikan oleh pemerintah terhadap gereja, mulai
dari pembiayaan pembangunan gedung gereja, pembangunan pastori hingga memfasilitasi setiap
persidangan-persidangan gerejawi pada aras tertinggi di tingkat sinodal sampai ke tingkat jemaat.
Memang perlu disadari bahwa bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah adalah sesuatu
yang lumrah/wajar, karena pemerintah adalah mitra gereja tetapi janganlah bantuan-bantuan itu
dapat menghilangkan daya kritis gereja dan menghalangi suara kenabian. Bantuan pemerintah
tersebut bisa mempersubur budaya malu hati dalam gereja sehingga gereja yang memiliki kekuatan
moral tidak bisa berbuat apa-apa. Gereja ada di dunia, itu berarti harus menerangi dunia termasuk
politik. Hak politik haruslah digunakan dengan baik untuk kesejahteraan umat. Berpolitik di sini
adalah memperjuangkan hak umat. Bukan masuk dalam partai politik dan memperebutkan
kekuasaan. Gereja sebagai penyalur suara kenabian harus terus menunjukan eksistensinya.

J. Philip menyatakan bahwa gereja harus didorong untuk aktif mempengaruhi kebijakan
pemerintah. Namun peran aktif politik gereja juga punya batasan. Prof. J. Philip Wogaman
membantu kita membatasi atau menguraikan peran politik gereja kedalam tujuh level partisipasi
politik. Penggunaan level partisipasi itu sangat dinamis, tergantung kondisi riil di tengah masyarakat.
Dalam kondisi normal gereja secara institusi hanya boleh menggunakan tiga peran politiknya yaitu:
(1) influence the ethos, (2) educating the church’s own membership about particular issues, dan (3)
church lobbying. Jika merujuk pada Prof. J. Philip Wogaman, maka gereja bahkan tidak bisa
melakukan politik praktis seperti contohnya mempromosikan salah satu kandidat. Gereja bisa
mendoakan dan menekankan tanggung jawab moral . Gereja harus tegas, namun mesti konstruktif
dan inovatif dalam mendidik warga dalam menggunakan hak politiknya. Tetapi dalam keadaan yang
relative bebas seperti di negara demokratis, peran politik gereja cenderung lebih sedikit dan
sederhana. Berdasarkan beragaman hubungan di atas, Wogaman merumuskan tingkatan partisipasi
politik gereja menjadi tujuh bagian: Tingkatan pertama, influence the ethos (memengaruhi etika).
Tugas pertama gereja adalah menegakkan etika atau moral dalam masyarakat dengan menyuarakan
kebenaran dan mengoreksi yang salah.Tingkatan kedua adalah educating the church’s own
membership about particular issues (pendidikan politik warga gereja tentang isu-isu
penting).Tingkatan ketiga adalah church lobbying (lobi gereja). Gereja dapat melakukan lobi-lobi
terhadap para pengambil keputusan politik agar keputusan politik yang dibuat baik oleh legislatif
maupun eksekutif tidak bertentangan dengan kepentingan umum.Tingkatan keempat, supporting
particular candidate for office (mendukung calon tertentu). Prinsip ini adalah prinsip pemihakan
yang dilakukan oleh gereja dalam situasi tertentu, terutama ketika penguasa bertindak diktator atau
diskriminatif dan tidak menegakkan keadilan dan hak-hak asasi manusia . Tingkatan kelima adalah
becoming a political party. Di Indonesia sendiri, terutama sejak era reformasi, partai politik berbasis
agama (termasuk Kristen) bermuncullan. Lahirnya partai politik seperti ini disponsori oleh warga
gereja yang terlibat dalam politik, dan bukan dibentuk langsung oleh salah satu denominasi gereja.
Tingkatan keenam ialah, civil disobedience (pembangkangan sipil). Dalam situasi krisis, gereja dapat
melakukan pembangkangan sipil, yaitu menentang dan melawan pemerintah yang berkuasa dan
menolak segala undang-undang yang tidak adil itu (bnd. Kis. 5:29). Tingkatan ketujuh, participating in
revolution (ikut dalam revolusi). Dalam kondisi khusus yang sangat luar biasa, gereja pun ikut
berpartisipasi dalam revolusi untuk menggulingkan pemerintah yang korup. [17] Pada tingkatan
keenam dan tujuh menurut Wogaman ditanggapi hampir sama oleh O’Neil, bahwa teks Roma 13:1-7
tidak berasal dari orang Kristen maupun Jahudi. Alasannya karena tradisi Kristen dan Yahudi
memerintahkan kepatuhan kepada penguasa duniawi tetapi tidak pernah dalam ketaatan yang
mutlak.
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN

3.1 Kesimpulan

Gereja bukan anti pluralistik dan mendukung kebebasan warganya berpolitik. Implikasi
peran gereja secara nyata bahwa gereja secara individual dapat menjadi politikus, sedangkan gereja
secara institusional tidak berpolitik praktis. Namun gereja tetap aktif menjalankan fungsi sosial
kontrol melakukan “suara kenabian” di tengah-tengah bangsa dan negara Indonesia.

Orang Kristen sebagai orang yang percaya yang terpanggil dan telah menerima tugas dari
Yesus Kristus harus menunjukkan ketaatan kepada Tuhan di segala bidang kehidupan. Orang Kristen
harus mempunyai kebiasaan untuk melihat seluruh masyarakat yang berpolitik dan peraturan-
peraturan politik dibawah penghukuman dan anugerah Allah. Itu dapat diartikan bahwa orang
Kristen berpartisipasi dibidang politik ialah karena segi politik itu tetap di bawah kuasa dan anugerah
Allah (bnd. Rm.13:4). Orang kristen atau Pendeta sebagai warga negara harus aktif dalam politik
dengan cara tetap hidup sebagai garam dan terang. Orang Kristen tidak hanya sebagai warga negara
yang baik tetapi dia harus mampu menggambarkan atau memperlihatkan kehendak Allah di dalam
kehidupannya yaitu di dalam kehidupan berpolitik. Orang Kristen bertanggung jawab untuk
memelihara dan menumbuhkan kesatuan dan persatuan antara umat yang berbeda agama (bnd.
Mat. 5:13-16; I Ptr. 2:12).

Gereja adalah warga negara harus berperan sesuai hak dan kewajibannya yang didukung
UUD, UU dan peraturan lainnya. Sedang Alkitab khususnya kitab Injil dan Kitab Roma menganjurkan
bahwa gereja harus berperan sebagai kepatuhannya kepada Tuhan dan pemerintah. Dari kedua
pandangan politik kitab Roma dan kitab Injil, maka implikasi bagi peran gereja dalam pusaran politik
di Indonesia, yaitu keduanya menjelaskan peran aktif sebagai individual dan institusi. Sedangkan
perbedaannya dengan jelas dan tegas bahwa dalam kitab Injil dinyatakan bahwa apa yang dilakukan
oleh Yesus dan rasul-rasul bukanlah suatu aktivis politik. Oleh karena Yesus dan para rasul dalam
kitab Injil tidak terlibat dalam urusan politik, maka dasar inilah dipakai oleh dan untuk gereja
khususnya pejabat gerejawi tidak terlibat menjadi politikus.

3.2 Saran
Sebagai orang percaya dalam meninjau nilai Etis Kristen di dunia politik hidup perlu sesuai
dengan kebenaran firman Tuhan. Lakukanlah yang baik dan berkenan kepada Tuhan, bersikaplah
jujur dan miliki integritas sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, berani
menanggung resiko dari prinsip kebenaran yang dipegang teguh, dan menolak dosa dan tawaran
duniawi. Berpolitik bukan berarti boleh kompromi dengan dosa atau halhal yang tidak berkenan
kepada Allah. Dalam berpolitik semua orang percaya harus mengedepankan prinsip firman Tuhan
supaya tidak terjadi hasil keputusan yang bertentangan dengan isi firman Tuhan. Mazmur 37 : 27
berkata : “ Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk
selama-lamanya .Kalau engkau setia dan taat kepada firman-Nya dan melakukan dengan sungguh
sungguh apa yang dikehendaki Tuhan dalam hidupmu, maka engkau akan diangkat Tuhan kepada
posisi yang terbaik sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupanmu. Politik itu bersih di
tangan orang yang bersih hati dan sikapnya, tetapi kotor di tangan orang yang jahat. Ini meninjau
nilai Etis Kristen agar kita bisa saling mengingat penderitaan sesamamu dan lakukanlah yang terbaik
untuk kebaikan semua tanpa mengabaikan kebenaran iman Kristiani.
Daftar Pustaka

Pemilu 2024 waktunya demokrasi gagasan bukan demokrasi


pengkultusan_lemhannas.go.id

https://www.lemhannas.go.id/index.php/publikasi/press-release/1670-pemilu-2024-
waktunya-demokrasi-gagasan-bukan-demokrasi-pengkultusan

Politik Identitas menuju pemilihan Presiden _ uin-alauddin.ac.id

https://media.neliti.com/media/publications/349822-sikap-kristen-dalam-arena-politik-
c1250251.pdf

Sikap Kristen Dalam Arena Politik_media.neliti.com

https://umj.ac.id/opini/tren-koalisi-pada-pemilihan-presiden-langsung-2024/

Aturan Presidential Thershold dinilai batasi jumlah calon presiden_mknri.id

https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=17959&menu=2

Refleksi Menuju Pemilu Serentak Nasional Tahun 2024_htttps://ww.dinastirev.org

file:///C:/Users/ZION/Downloads/1052-Article%20Text-2137-3-10-20220630%20(1).pdf

Tinjauan Tentang Calon Presiden _ https://eprints.uny.ac.id

http://eprints.uny.ac.id/23767/4/4.%20BAB%20II.pdf

Dirupsi Politik :Peluang dan Tantangan Partai Politik Baru Jelang Pemilu
2024_https:nakhoda.ejournal .unri.ac.id

file:///C:/Users/ZION/Downloads/273-Article%20Text-1390-1-10-
20221004%20(1).pdf

Coalition Trends In the 2024 Direct Presidential Election_umj.ac.id/opini/trend

https://www.kompas.id/baca/english/2023/04/06/20230406sah-koalisi-parpol-ev

Presiden Tekankan Lima Hal Terait Pemilu Serentak 2024_menpan.go.id

https://news.republika.co.id/berita/rm99fg459/presiden-tekankan-lima-hal-terkait-pemilu-
serentak-2024
Oligarki Media dalam Pusaran Pemilihan Presiden Dan Wakil
Presiden_https://www.ejournal.warmadewa

https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/politicos/article/view/4091

Ombudsman ikut kaji system Pemilu 2024_ombudsma.go.id

https://ombudsman.go.id/pengumuman/r/ombudsman-ikut-kaji-sistem-pemilu-2024

Sambut pemilu 2024 ,Berbagai Aspek Perlu di perhatikan_polkam.go.id

https://polkam.go.id/sambut-pemilu-2024-berbagai-aspek-perlu-diperhatikan/

Mengagas Pemilihan Presiden yang Demokratis dan


Aspiratif_https://jurnalkonstitusi.mkri

http://bogorkota.bawaslu.go.id/pemilu-2024-obsesi-pemilu-demokratis-dan-endgame-
transisi-demokrasi/

Pemilu 2024 :Obsesi Pemilu Demokratis dan Endgame Transisi


Demokrasi_bogorkota.bawaslu.go.id

http://bogorkota.bawaslu.go.id/pemilu-2024-obsesi-pemilu-demokratis-dan-endgame-
transisi-demokrasi/

Strategi Partai Politik Baru Menuju Pemilihan Umum Tahun 2024_digibli.unila.ac.id

http://digilib.unila.ac.id/70964/3/3.%20FILE%20TESIS%20FULL%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf

Etika Kepemimpinan Kristen Menjawab Tantangan Kepemimpinan Di


Indonesia_Researchgate.net/publication

https://www.researchgate.net/publication/
336605763_ETIKA_KEPEMIMPINAN_KRISTEN_MENJAWAB_TANTANGAN_KEPEMIMPINAN_
DI_INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai