A. Pendahuluan
Lahirnya reformasi menjadikan Pemilu sebagai salah satu instrument yang mendorong
proses demokratisasi di Indonesia. Setelah menggantikan Soeharto, Presiden B.J Habibie
memberlakukan adanya Undang-Undang Partai Politik dan Undang-Undang Pemilu pada
tanggal 1 Februari 1999. Dengan diberlakukannya kedua undang-undang tersebut telah
menjadikan landasan dalam pelaksanaan Pemilu yang bersifat bebas dan demokratis di
Indonesia. Sebagai salah satu elemen penting dari sebuah negara demokrasi, Pemilu yang
dilaksanakan di Indonesia secara bebas, jujur, dan kompetitif dan hal tersebut akan tercapai
apabila terdapat kebebasan berpendapat, berkumpul, dan pers, serta apabila kandidat dan partai
oposisi dapat melakukan kritik terhadap penguasa tanpa adanya tekanan dari pihak manapun.
Selain menjadi salah satu indikator adanya pelecehan terhadap konstitusi, penundana
Pemilu ini juga mencederai hak konstitusional yang dimiliki oleh warga negara asasi manusia,
yang mana hal ini telah diatur dalam konstitusi yaitu UUD 1945 yang berbunyi “Setiap warga
negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak
melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”, dengan adanya wacana terkait penundaan pemilu
ini tentunya hak bagi setiap warga negara baik hak dipilih ataupun memilih ini hilang dan
secara tidak langsung Negara telah melanggar hak asasi manusia karena tidak menjamin kedua
hak yang dimiliki oleh warga negara tersebut.
B. Pembahasan
Adanya isu penundaan Pemilu 2024 yang dianggap sebagai agenda jahat dan
berdampak massif dalam konteks hak asasi manusia sudah sepatutnya kita tolak, Adapun
beberapa pendapat dari berbagai organisasi di Indonesia diantaranya yaitu pendapat dari ketua
umum YLBHI yaitu Muhammad Isnur menyebutkan bahwa sudah sepatutnya masyarakat
Indonesia bersama-sama membunyikan tanda bahaya, hal ini perlu dilakukan karena
menimbulkan kekhawatiran melihat rekam jejak yang dibuat dari bebrapa kebijakan oleh
Pemerintahan Jokowi, diantaranya yaitu melihat rekam jejak pemerintah dalam merevisi
UU KPK, UU Minerba, pengesahan UU Cipta Kerja hingga UU IKN. Semua kebijakan
tersebut dibuat dengan cara yang benar-benar tertutup dan tidak partisipatif serta sangat
jauh dari kehendak rakya t.
Selain itu kebijakan yang dilakukan pemerintahan pada masa Jokowi dinilai lebih
dalam memfasilitasi keinginan kelompok oligarki dan untuk sekelompok kekuatan
tertentu. Karena itu menegaskan bahwa cara kerja pemerintahan Jokowi kerap berulang
kali mengkhianati dan menindas rakyat. Dalam pemerintahan pada masa Jokowi juga
terjadi pelimpahan kekuasaan yang sentralistik.
Selain pendapat yang dituturkan oleh ketua umum YLBHI yaitu Muhammad Isnur,
terdapat pula pendapat dari Perludem yaitu Kahfi Adlan yang menyebutkan bahwa Pemilu
yang selalu menjadi siklus dalam lima tahunan dan telah diamanatkan oleh konstitusi sehingga
pemerintah seharusnya sudah mengantisipasi kebutuhan anggarannya. Salah satu alasan yang
dijadikan dalam penundaan Pemilu 2024 ini adalah untuk menjaga stabilitas ekonomi, karena
terkait pengajuan anggaran pada Pemilu 2024 yang disampaikan oleh KPU terlalu besar.
Padahal hal tersebut dapat didiskusikan para pihak supaya menghemat anggaran serta
menentukan solusi dari setiap penyederhanaan yang dilakukan.
Adapun pendapat dari AJI Indonesia yang diwakili oleh Sasmito bahwa dengan adanya
isu terkait penundaan Pemilu 2024 ini menjadi kegagalan rezim Jokowi. Hal ini didasari oleh
beberapa fakta diantaranya yaitu yang pertama membatasi ruang lingkup pers di Indonesia,
dimana dalam hal ini jurnalis di Indonesia di kriminalisasi, mereka tidak dapat mengkritik
pemerintah yang mana hal tersebut sudah sewajarnya dalam negara demokrasi. Kedua
dibatasasinya kebebasan berserikat, dimana dalam hal ini seluruh organisasi profesi harus
beradah tunggal. Dan ketiga hilangnya fungsi control sosial yang dimiliki oleh pers karena
kebebasan pers yang dikekang. Dalam hal ini Sasmito menyarankan supaya terjadi dialog yang
baik dalam partai politik sehingga membuka ruang diskusi bersama.
Dan pendapat selanjutnya yaitu dari akademisi yang diwakili oleh Bivitri Susanti yang
mana agenda pnundaan Pemilu ini menjadi sebuah penghianatan konstitusi untuk
melanggengkan kekuasaan oligarki, hal ini dibuktikan dari actor yang terdapat dalam
pemerintaha yang menyuarakan bahwa terdapat 110 juta masyarakat Indonesia yang
menyetujui terkait penundaan Pemilu pada tahun 2024. Dengan adanya suara 110 juta
masyarakat tersebut tidak sepatutnya direalisasikan mengingat bahwa konstitusi sebagai dasar
negara sekaligus menjadi pembatas kekuasaan dan apabila pemerintah tetap bersikeras untuk
menunda Pemilu 2024 maka kemungkinan besar terjadi amandemen dalam konstitusi yang
mana hal ini telah menjadi indikator dalam penghianatan terhadap konstitusi, mengapa
demikian? Mengingat bahwa para pejabat sebelum menjalankan pemerintahan tentunya
mereka telah bersumpah dibawah dasar konstitusi. Jadi suara dari 110 juta masyarakat
Indonesia yang dianggap menolak Pemilu 2024 tidak dapat dijalankan karena hal tersebut tidak
sesuai dengan konstitusi negara.
Adapun solusi yang dapat dilakukan setelah melihat beberapa pendapat yang telah
dipaparkan yaitu dengan melawan, karena apabila wacana terkait Pemilu ini dibiarkan begitu
saja akan semakin berbahaya. Melawan dalam hal ini dapat melalui narasi, berdemo atau turun
kejalan serta mengawal demokrasi supaya tetap dalam koridor yang seharusnya. Melalui
YLBHI dapat melakukan Langkah-langkah litigasi terkait upaya pelanggaran terhadap
konstitusi. Organisasi jurnalis yang dapat membongkar praktik pada pemerintah yang
melakukan pelanggaran terhadap konstitusi dan melibatkan bisnis.
C. Penutup
Pemilu yang menjadi aspek terpenting dalam negara demokrasi dan telah tercantum
dalam konstitusi merupakan suatu hal yang seharusnya tetap dijalankan. Isu terkait dengan
penundaan Pemilu 2024 tidak memiliki alasan yang menjadi tolak ukur untuk membenarkan
hal tersebut. Oleh karena itu sebagai warga negara sudah seharusnya tetap mengawal adanya
Pemilu 2024 untuk tetap berjalan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA