Anda di halaman 1dari 2

Perpanjangan Masa Jabatan; Indikasi Haus Kekuasaan Yang Haruskah Kita Lawan?

Negara Indonesia tercinta ini adalah negara yang mempunyai segenap instrumen tata Kelola negara
yang sebetulnya sudah cukup baik dan ideal menjadi sebuah negara. dengan berpegang teguh kepada
konstitusi yang sudah dibangun dengan hebat dan sangat refresentatif bagi kelangsungan suatu negara
yakni UUD 1945.

Semua urusan negara dan apapun kegiatan yang ada didalamnya haruslah berpedoman atau mengacu
kepada konstitusi kita UUD 1945 yang sudah final dan tidak bisa dibantah atau dielakkan lagi. Maka
segala bentuk kebijakan terkhusus yang dikeluarkan oleh pemerintah tatkala tidak selaras dengan UUD
1945 dipastikan telah menodai dan cacat konstitusi.

Awal 2022 sampai memasuki April kini, isu terkait tambahan masa jabatan ataupun penundaan pemilu
sangatlah mencuat di kabar nasional baik di televisi nasional atau media sosial dan menjadi
perbincangan hangat bagi para intelektual baik politikus sendiri maupun dari mahasiswa sebagai agent
social control dan juga masyarakat.

sebagaimana dikutip kabar harian Kompas dengan judul “Jokowi Dulu Bilang Isu Perpanjangan Masa
Jabatan Presiden Tampar Mukanya, Kini Sebuut Itu Bagian Demokrasi” mengindikasikan bahwa tidak
adanya ketegasan dan kelugasan seorang pemimpin dalam memegang janji atau ucapannya sendiri
terlebih hal ini berkaitan dengan urusan konstitusi dan kestabilan negara kedepan.

bahkan tepat di hari Rabu, 6 April 2022 tagar #GoodByeJokowi menjadi trending topik ketiga di Twitter.
salah satu pengguna Bernama @guarevan mengatakan “85% rakyat Indonesia setuju 3 periode,,
pertanyaannya rakyat yang mana pak? kami semua sudah muak!”. hal ini menjadi salahsatu bukti
bahwa bukan hanya elite public namun elemen masyarakatpun masih menunjukkan perhatian dan
kepeduliannya terhadap keberlangsungan negara kita ke depan.

selain itu, sama-sama kita ketahui bahwa landasan hukum yang jelas berkaitan dengan pemilu maupun
masa jabatan presiden dan wakil presiden sudah diatur dalam undang-undang. Pasal 22E UUD 1945
menyebutkan, pemilu presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPD, serta DPRD Provinsi dan
kab/kota dilaksanakan lima tahun sekali. Sementara merujuk pasal & UUD, masa jabatan presiden dan
wakil presiden dibatasi paling banyak dua periode dengan lama masa jabatan 5 tahun setiap periode.
(Kedaulatan, 1945).

berbicara konstitusi, negara kita adalah negara konstitusional. dimana kita tahu, negara konstitusional
adalah suatu negara yang melindungi dan menjamin terselenggaranya hak-hak asasi manusia dan
hak-hak sipil lainnya serta membatasi kekuasaan pemerintahannya secara berimbang antara
kepentingan penyelenggara negara dan warga negaranya. Pembatasan yang termaksud tertuang di
dalam suatu konstitusi. Jadi bukan semata-mata karena negara yang dimaksud telah memiliki
konstitusi.(Taufiqurrohman, 2003)

Maka secara sekilas kita mendapatkan kesimpulan bahwa penundaan pemilu atau perpanjangan
masa jabatan ini bertolak belakang atau kontradiktif dengan fungsi konstitusi sebagaimana
mestinya. fungsi konstitusi sebagai pembatas kekuasaan pemerintahan dilabrak entah karena ada
unsur kepentingan politik semata atau hausnya para penguasa atas kekuasaannya.
hal ini hendaknya harus sama-sama kita amati seksama bahwa kita harus melakukan Tindakan yang
konstitusional dalam arti mempertahankan konstitusi yang ada dan menolak Tindakan yang
inkonstitusional bagi mereka yang setuju akan penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan
presiden.

Selain dari penodaan konstitusi, hal yang selanjutnya harus dipertimbangkan adalah bagaimana
melihat aspirasi masyarakat yang dirasa sangat tidak setuju akan hal tersebut.adapun klaim terkait
big data yang disuguhkan Luhut masih banyak pula kekeliruan dan juga tidak adanya tranparansi
dari data tersebut. darimana asal usulnya yang tiddak diketahui dan bersifat subyektif seolah
banyak manipulasi di dalamnya.
Melihat polemik ini, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai,
Jokowi perlu menertibkan partai koalisi pemerintah yang menyuarakan wacana penundaan pemilu.
Sebab, isu tersebut telah menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat.

"Tertibkan diri sendiri dan kelompoknya. Lalu tertibkan juga partai partai koalisi yang mendukung
pemilu ditunda," kata Ujang saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/3/2022).
Tak hanya itu, masyarakat juga dinilai berhak menghukum partai-partai politik yang mengusung atau
mendukung wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden

Menurut peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro, hal itu patut dilakukan karena wacana
penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden mengancam praktik demokrasi yang
berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945.

Bawono mengatakan, isu penundaan pemilu atau penambahan periode masa jabatan presiden tidak
bisa dianggap remeh.

Daftar Bacaan:
Kedaulatan, B. D. A. N. (1945). www.peraturan.go.id. 1(1).
Taufiqurrohman. (2003). Negara konstitusional bukan sekedar memiliki konstitusi. Biro Rekrutmen
Advokasi Dan Peningkatan Kapasitas Hakim Komisi Yudisial RI.
http://pkh.komisiyudisial.go.id/files/Karya Tulis-Taufiqurrohman 03.pdf
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/05/11102971/jokowi-dulu-bilang-isu-perpanjangan-
masa-jabatan-presiden-tampar-mukanya?page=all.

Anda mungkin juga menyukai