Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER (GANJIL)

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Mata Kuliah : Pancasila dan Kewarganegaraan (KU 2071)


Dosen : Tim Pengajar Pancasila dan Kewarganegaraan
Waktu : 1 x 24 Jam
Sifat Ujian : Take home exam & open book

1. Sebagai sebuah negara hukum berbasiskan Konstitusi, Indonesia telah melakukan 4 kali amandemen
dari Konstitusi negara. Dampak dari amandemen tersebut telah mengubah secara substansial
struktur ketatanegaraan Indonesia. Jelaskan apa saja yang telah menyebabkan perubahan tersebut?
Berikan analisis kritis Anda tentang dampak perubahan tersebut terhadap perkembangan demokrasi
terkini di Indonesia dikaitkan dengan konteks demokrasi berkeadaban yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila (SO 1; Bobot 25)

Jawaban :

Pada dasarnya, terjadinya Amandemen dari Konstitusi Negara disebabkan oleh tuntutan
gerakan reformasi sebagai respon terkait krisis multi-dimensional yang terjadi pada tahun 1998.
Pergolakan politik, ekonomi, sosial, dan moral yang terjadi kemudian membuat masyarakat
Indonesia menuntut reformasi untuk mengoreksi dan membenahi segala bentuk
penyelewengan dalam sistem dan praktek ketatanegaraan, demi membangun suatu
pemerintahan yang lebih demokratis. Dalam salah satu butir-butir tuntutan reformasi tersebut
antara lain termuat, perlunya dilakukan Amendemen UUD. Pasca Presiden Soeharto melepaskan
jabatannya sebagai presiden, akhirnya MPR melakukan Amandemen UUD 1945 yang pertama
dalam Sidang Umum MPR 1999 yang berfokus pada pembatasan masa jabatan presiden.
Kemudian, penyebab lain dari Amandemen ini ialah dilatarbelakangi oleh cita cita masyarakat
Indonesia dalam mewujudkan supremasi hukum dan keadilan, jaminan dan perlindungan
terhadap Hak-hak Asasi Manusia, serta hadirnya prinsip checks and balances di antara cabang-
cabag kekuasaan Negara.

Mengenai dampak perubahan tersebut terhadap perkembangan demokrasi terkini di


Indonesia. Menurut pendapat saya, terdapat keberhasilan upaya membenahi konstitusi
Indonesia menjadi suatu konstitusi modern yang mengarah kepada tegaknya negara demokrasi
konstitusional. Contohnya adalah eksistensi pemilu sebagai salah satu mekanisme perwujudan
kedaulatan rakyat dalam berdemokrasi. Rakyatlah yang menentukan wakil wakilnya di parlemen
baik di tingkat pusat maupun daerah serta menentukan siapa yang harus memimpinnya menjadi
Presiden dan/atau Wakil Presiden. Dalam amandemen ketiga UUD Negara RI Tahun 1945
disebutkan bahwa Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
setiap lima tahun sekali untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan/atau Wakil Presiden
dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD). Mulai dari sinilah, ideks demokrasi indonesia dari
tahun ke tahun hingga saat ini terus meningkat, walaupun dalam realitasnya masih sering
terdengar kasus kasus yang menciderai demokrasi ini. Namun setidaknya, proses demokratisasi
saat ini terus berjalan dengan baik dan peningkatan kualitas demokrasi terlihat signifikan
dibandingkan sebelum era reformasi. Kemudian, dampak lainnya adalah penegakan kebebesan
pers dapat terlaksana sebagai negara demokrasi yang ideal. Hal tersebut didukung dengan
disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang kebebasan Pers. Karena sejatinya,
kebebasan pers merupakan cermin sistem demokrasi yang ideal dalam suatu negara. Harus
diakui bahwa keberadaan pers bagian dari wadah kebebasan berekspresi, diperlukan di negara
demokrasi seperti Indonesia. Pers adalah pilar keempat demokrasi. Keberadaannya menjadi
penyeimbang dari informasi sepihak dari penguasa.

Referensi :
Nasution, Buyung A. (2019). IMPLIKASI AMANDEMEN KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM NASIONAL DAN DEMOKRASI
DI INDONESIA. https://www.bphn.go.id/data/documents/pphn_pokja_implikasi_amandemen_konstitusi.pdf

2. Baru-baru ini MPR RI mewacanakan amandemen UUD NRI 1945 secara terbatas yang berfokus pada
dua hal. Kesatu, memunculkan Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) yang dianggap penting dalam
menyongsong pembangunan Indonesia di masa depan. Kedua, memberikan kewenangan kepada
DPR untuk menerima/menolak RUU APBN yang diusulkan pemerintah yang dinilai bertentangan
dengan PPHN. Kemukakan pandangan dan argumentasi saudara berkaitan dengan wacana
amandemen terbatas tersebut? Perlukan Indonesia memiliki PPHN? Bagaimana implikasi yang
muncul jika PPHN kembali hadir dalam Konstitusi negara? Kemukakan pandangan saudara! (SO 1;
Bobot 25)

Jawaban :

Apakah Indonesia perlu memiliki PPHN? Menurut pendapat saya, tidak perlu karena
tidak ada urgensinya situasi sekarang ini. Mengingat Indonesia sudah memiliki UU Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional yang sudah mengatur adanya Rencana Pembangunan
Jangka (RPJ) Panjang, RPJ Menengah, maupun RPJ Pendek yang bagus dari aspek perumusan
maupun kontrol. Terlebih, pandemi virus corona (Covid-19) pun belum usai, sehingga masih
banyak urusan yang harus dibenahi pemerintah dalam mengatasi pandemi. Jadi tidaklah etis
apabila pemerintah memprioritaskan PPHN ini. Namun menariknya, di situasi pandemi seperti
ini MPR seolah olah tergesa gesa dan mencari celah dalam memprakarsai PPHN ini, saya
berasumsi bahwa terdapat agenda elit politik lain dalam pengesahan PPHN ini.

Terdapat dua asumsi saya dalam menjawab implikasi jika PPHN kembali hadir dalam
konstitusi negara. Asumsi pertama saya, bahwa PPHN ini sejatinya berpotensi menguatkan
kembali wewenang politik dari Lembaga MPR. Hal tersebut sesungguhnya dapat mencederai cita
cita reformasi yang tertuang pada amandemen UUD pada tahun 1999-2002. Wacana PPHN ini
sangat kental lebih mengdepankan kemauan elite politik semata. Padahal, Kekuatan politiknya
sudah dikembalaikan pada rakyat sejak amandemen yang dilakukan pada tahun 1999 hingga
tahun 2002. Kemudian Asumsi kedua, adapun kalau MPR tetap memaksakan memasukan PPHN
dalam Amandemen UUD 1945, saya sangat menyakini bahwa hal tersebut tidak akan membawa
manfaat karena sudah tidak sesuai dengan sistem ketatanegaraan saat ini. Hal tersebut saya
katakan karena tidak ada implikasi hukum tata negara apabila tidak diikuti. Mengingat, Presiden
tidak bisa lagi dijatuhkan dengan alasan politik pelanggaran PPHN seperti halnya dulu Soekarno
dianggap melanggar haluan negara.

3. Belakangan publik dihebohkan dengan adanya sejumlah pegawai KPK yang sudah berkiprah dalam
upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, harus diberhentikan dari KPK karena tidak lulus Tes
Wawasan Kebangsaan (TWK). Banyak yang berpendapat bahwa pertanyaan yang diajukan dalam
TWK tidak ada hubungan dengan integritas dan nasionalisme kandidat, bahkan dalam beberapa
kasus malah mengusik ranah privat dan kebebasan menjalankan ajaran agama seseorang yang
sebetulnya dijamin oleh konstitusi. Kemukakan pendapat Saudara tentang urgensi TWK dalam
penjaringan pegawai KPK yang akan menjadi ASN? Adakah alternatif lain yang dapat saudara ajukan
sebagai parameter nasionalisme seseorang? (SO 4; Bobot 20)

Jawaban :

Menurut pendapat saya, tidak ada urgensi yang jelas TWK dalam penjaringan pegawai
KPK menjadi ASN. Justru saya menilai bahwa proses TWK ini dijadikan instrumen untuk
melemahkan lembaga KPK dengan menyingkirkan pegawai KPK yang dinilai memiliki integritas
tinggi dalam melakukan penyidikan. Terlihat terdapat nama nama beken yang tidak lolos dalam
TWK ini seperti, Novel Baswedan dan Harun Arasyid (disebut raja OTT). Selain itu, ini merupakan
bentuk sentimen pemerintah yang ditujukan kepada 75 pegawai KPK yang dicap tidak nasionalis
ataupun dicap sebagai radikalis. Kemudian saya menilai, proses TWK tersebut sangat jauh dari
kata wawasan kebangsaan, karena isi tes tersebut sama sekali tidak merujuk dan menyentuh
perihal ranah kebangsaan, seperti wawasan nasionalisme, identitas bangsa, maupun hal yang
menyangkut integrasi bangsa. Selain tidak ada isu kebangsaan, dalam proses TWK tersebut juga
tidak ada sama sekali pertanyaan mengenai unsur unsur ke ranah kinerja KPK atau penyidikan
KPK. Dengan demikian, dapat dikatakan proses TWK ini tidak memiliki urgensi yang jelas, dan
justru ini merupakan kebijakan “pesanan” oleh oligarki di pemerintahan sebagai strategi
pelemahan lembaga KPK.

Kemudian, menurut saya mengenai parameter nasionalisme seseorang bisa dinilai dari
bagaimana seseorang mengetahui sejarah bangsanya, identitas bangsanya, garis besar hukum
atau aturan yang diadopsi bangsanya, dan apa yang ia akan atau sudah berikan kepada
negaranya. Bukan justru isu SARA yang dijadikan pembenaran dalam mengukur parameter
nasionalisme sesorang seperti proses TWK KPK ini.

4. Perjuangan manusia saat ini adalah mencari kesetimbangan antara peran civil society, negara, dan
pasar. Jika dilihat secara historis, kemerdekaan bangsa Indonesia pun diraih dengan mengandalkan
kekuatan civil society yang dipersatukan oleh kesamaan nasib dan tujuan. Kemukakan pandangan
saudara mengenai hal tersebut? Apakah tiga elemen yang menentukan maju-mundurnya kehidupan
berbangsa dan bernegara sudah berjalan sesuai porsinya masing-masing? Bagaimana seharusnya
relasi ketiga element tersebut? (SO 4; Bobot 30)
Jawaban :

Menurut pendapat saya, ketiga elemen tersebut yaitu, civil society, negara, dan pasar
tidak berjalan sesuai porsinya masing masing. Sebagai kasus pendukung, Indonesia di era
reformasi mengindikasikan pentingnya perdebatan relasi antara civil society, negara, dan pasar.
Posisi negara yang sebelumnya sangat dominan telah bergeser. Pada tahun-tahun awal transisi
demokrasi, gejala penyingkiran negara dari berbagai urusan publik yang penting begitu jelas
terlihat. Tapi bukan rakyat, melainkan ‘pasar’ yang tampil mendominasi persaingan. Reformasi
yang tadinya didesakkan sebagai jalan untuk mengantar rakyat Indonesia pada kedaulatannya
belum banyak mengubah posisi relatif masyarakat terhadap negara, maupun pasar. Intinya,
disini terlihat bagaimana peran civil society terabaikan, padahal apabila civil society
diprioritaskan dalam konteks bernegara dan pembangunan ekonomi atau pasar, kemajuan dari
segala sub bidang pada negara dapat tercapai. Dengan demikian, seharusnya civil society faktor
utama dalam membangun relasi ketiga elemen tersebut.

Referensi :
Dharmawan, Roby (2012). RELASI KUASA ANTARA NEGARA, PASAR, DAN CIVIL SOCIETY Analisis Strukturasi Terhadap
Upaya Penguatan Civil Society di Indonesia Pada Era Reformasi. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
PETUNJUK

PENGISIAN SOAL

1. Mahasiswa menelaah dan mengerjakan soal dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan
2. Penilaian didasarkan pada kemampuan dalam menjawab soal-soal yang diajukan secara
analitis, kritis, dan komprehensif (Referensi hanya digunakan untuk memperkokoh/melandasi
argumentasi/jawaban, BUKAN untuk menjawab soal)
3. Cantumkan referensi yang digunakan
4. Referensi dapat menggunakan berbagai sumber seperti buku, artikel dalam jurnal, hasil-hasil
penelitian, website, media cetak/elektronik, dokumen resmi (pemerintah/perguruan
tinggi/lembaga riset). TIDAK DIPERKENANKAN menggunakan referensi dari blog/wikipedia
5. Jawaban DITULIS TANGAN (rapi, jelas, terbaca) menggunakan kertas folio bergaris
6. Pengerjaan soal dilakukan secara mandiri (catatan: jika terdapat jawaban yang sama maka akan
berdampak pada pengurangan skor, jawaban dianulir, hingga dinyatakan tidak mengikuti ujian)
7. Lembar jawaban di scan/foto kemudian di upload ke Edunex paling lambat hari Kamis tanggal
14 Oktober 2021 Pukul 07.00 WIB

Catatan:

Lembar jawaban yang dikumpulkan melewati batas waktu yang ditentukan tidak akan diperiksa

Anda mungkin juga menyukai