Anda di halaman 1dari 16

TEMA

PERTANGGUNGJAWABAN LEMBAGA NEGARA BERDASARKAN UUD NRI


TAHUN 1945

JUDUL

EVALUASI SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN LEMBAGA NEGARA


BERDASARKAN PRINSIP UUD 1945
BAB I

PENDAHULUAN

Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan landasan hukum dan


konstitusi tertinggi bagi negara Republik Indonesia. Sejak diundangkan pada tanggal
18 Agustus 1945, UUD 1945 telah menjadi pilar utama yang mengatur sistem
pemerintahan, kekuasaan negara, hak asasi manusia, serta berbagai aspek penting
lainnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Dokumen ini tidak
hanya mencerminkan perjuangan dan semangat para pendiri bangsa, tetapi juga
menjadi cerminan dari nilai-nilai, ideologi, dan visi negara Indonesia. Seiring
berjalannya waktu, UUD 1945 telah mengalami sejumlah amendemen untuk
mengakomodasi dinamika dan perkembangan masyarakat serta tuntutan zaman.
Meskipun demikian, prinsip-prinsip dasar yang terkandung di dalamnya tetap
menjadi fondasi yang kokoh bagi keberlangsungan negara Indonesia. Dengan
menggali lebih dalam tentang makna, ruang lingkup, dan peran UUD 1945, kita dapat
lebih memahami esensi dari sistem pemerintahan dan demokrasi Indonesia serta
pentingnya menjaga keutuhan konstitusi sebagai pijakan bagi kedaulatan rakyat dan
kesejahteraan bersama. Oleh karena itu, kajian mendalam terhadap UUD 1945
merupakan langkah penting dalam memperkuat fondasi kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi beragam aspek
terkait UUD 1945, mulai dari sejarah pembuatannya hingga implikasi praktisnya
dalam kehidupan sehari-hari.

Evaluasi sistem pertanggungjawaban lembaga negara berdasarkan prinsip-


prinsip yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 (UUD 1945) merupakan langkah krusial dalam memastikan tegaknya supremasi
hukum dan kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia 1.
Pertanggungjawaban lembaga negara menjadi landasan utama dalam menjaga

1
Azhari, “Evaluasi Proses Amandemen UUD 1945: Dari Demokratisasi Ke Perubahan Sistem.”
keseimbangan kekuasaan, memastikan perlindungan hak-hak rakyat, serta mendorong
pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan responsif terhadap kebutuhan dan
aspirasi masyarakat2. Namun, dalam praktiknya, evaluasi tersebut menghadapi
berbagai permasalahan yang memerlukan pemahaman mendalam dan solusi yang
tepat guna.

Salah satu permasalahan utama adalah terkait dengan kesesuaian sistem


pertanggungjawaban dengan prinsip-prinsip konstitusi yang tercantum dalam UUD
1945. Meskipun UUD 1945 telah menetapkan prinsip-prinsip dasar terkait
pertanggungjawaban lembaga negara, namun masih terdapat celah atau ketidakjelasan
dalam implementasinya3. Misalnya, dalam kaitannya dengan keseimbangan
kekuasaan antara lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, evaluasi perlu
mempertimbangkan apakah mekanisme pertanggungjawaban yang ada telah mampu
mencegah dominasi salah satu lembaga atas yang lainnya, sehingga terhindar dari
potensi penyalahgunaan kekuasaan. Selanjutnya, evaluasi juga menyoroti efektivitas
pengawasan publik terhadap pertanggungjawaban lembaga negara. Meskipun UUD
1945 menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses pengawasan,
namun dalam praktiknya, masih terdapat kendala-kendala yang menghambat
partisipasi publik yang efektif. Terbatasnya akses terhadap informasi yang relevan
dan transparan dari lembaga negara, serta minimnya mekanisme partisipatif yang
memungkinkan masyarakat untuk memberikan masukan secara langsung, menjadi
tantangan nyata yang perlu diatasi.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan langkah-langkah konkret


yang berorientasi pada pemenuhan prinsip-prinsip UUD 1945. Hal ini termasuk
peningkatan transparansi dan akuntabilitas lembaga negara melalui penyediaan
informasi yang lebih terbuka kepada publik, penguatan mekanisme pengawasan
independen yang efektif, serta pendorongan terhadap partisipasi aktif masyarakat

2
Tohir, “Pertanggungjawaban Lembaga Negara Dalam Pelaksanaan Good Governance Secara Yuridis
Dan Politis Menurut Hukum.”
3
Arif, “Reformulasi Model Penyuaraan Paska Pemilu Serentak 2019: Studi Evaluasi Sistem Proporsional
Daftar Terbuka.”
dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu, diperlukan upaya bersama dari
berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga negara, dan masyarakat sipil, untuk
memastikan bahwa sistem pertanggungjawaban lembaga negara sesuai dengan
prinsip-prinsip UUD 1945 dan dapat menjawab tuntutan akan pemerintahan yang
baik dan demokratis.
BAB II

PERMASALAHAN

Memperhatikan dan memahami uraian sebagaimana pada Bab I Pendahuluan, maka


rumusan masalah makalah ini adalah :

2.1 Bagaimana Kesesuaian Sistem Pertanggungjawaban Dengan Prinsip-Prinsip


Konstitusi 1945?

2.2 Bagaiaman Efektivitas Pengawasan Publik terhadap Pertanggungjawaban


Lembaga Negara?
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kesesuaian Sistem Pertanggungjawaban Dengan Prinsip-Prinsip Konstitusi


1945

Setiap negara di dunia memiliki konstitusi sebagai persyaratan penting dalam


pembentukan dan pembangunan negara yang merdeka. Konstitusi merupakan
kerangka kehidupan politik yang telah ada sejak awal peradaban manusia, karena
hampir semua negara menginginkan sistem pemerintahan yang berlandaskan pada
konstitusi. Pemerintahan yang konstitusional memiliki ciri-ciri seperti memperluas
partisipasi politik, memberikan kekuasaan legislatif kepada rakyat, serta menolak
pemerintahan otoriter. Sejarah mengenai munculnya negara yang berdasarkan
konstitusi merupakan proses yang panjang dan menarik untuk dipelajari 4. Dimulai
sejak zaman Yunani kuno, terutama masa Aristoteles yang mengumpulkan berbagai
konstitusi dari berbagai negara. Awalnya, konstitusi dipahami sebagai kumpulan
peraturan dan adat kebiasaan dalam suatu peradaban, namun kemudian berkembang
menjadi kumpulan ketentuan yang dibuat oleh para Kaisar. Konstitusi juga mencakup
pernyataan dan pendapat dari ahli hukum/negarawan, serta adat kebiasaan peradaban
setempat, termasuk undang-undang. Di masa Romawi, konstitusi memiliki pengaruh
besar hingga abad pertengahan, menginspirasi kehidupan demokrasi perwakilan dan
nasionalisme, yang kemudian melahirkan konsep konstitusionalisme modern dalam
negara. Dalam mendirikan sebuah negara, minimal harus ada wilayah tertentu, rakyat,
dan pemerintahan yang diakui.

Konstitusi Indonesia telah mengalami serangkaian perubahan sejak awal


berlakunya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD
1945). Setelah UUD 1945, konstitusi kedua yang diberlakukan adalah Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS) pada tahun 1949, yang

4
Fahmi, “Prinsip Kedaulatan Rakyat Dalam Penentuan Sistem Pemilihan Umum Anggota Legislatif.”
mengubah bentuk negara menjadi Negara Serikat. Kemudian, UUDS 1950 menjadi
konstitusi ketiga, meskipun kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun
dengan sistem pemerintahan Parlementer. Perubahan signifikan terjadi dengan
dikeluarkannya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang mengembalikan kekuatan
UUD 1945. Konstitusi ini terus berlaku hingga masa reformasi, yang kemudian
menghasilkan empat kali amandemen terhadap UUD 1945, yang tetap berlaku hingga
saat ini5. Perubahan konstitusi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah
satunya adalah bahwa penyusunan rancangan UUD oleh Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) terjadi dalam situasi tergesa-gesa,
sehingga kurang sempurna. Tekanan dari Belanda juga menjadi faktor penting yang
mempengaruhi perubahan konstitusi, seiring dengan pergeseran politik hukum di
Indonesia yang mendorong perlunya amandemen terhadap UUD 1945, yang pada
gilirannya memengaruhi perubahan sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Kesesuaian sistem pertanggungjawaban dengan prinsip-prinsip konstitusi


yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
(UUD 1945) merupakan aspek krusial dalam menilai kualitas demokrasi dan
ketatanegaraan suatu negara. UUD 1945 sebagai landasan konstitusi Indonesia
menegaskan pentingnya keseimbangan kekuasaan antara lembaga eksekutif,
legislatif, dan yudikatif guna mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan. Dalam
konteks ini, evaluasi terhadap sistem pertanggungjawaban lembaga negara menjadi
sangat penting untuk memastikan bahwa setiap lembaga negara bertanggung jawab
secara proporsional sesuai dengan kewenangannya 6. Permasalahan muncul ketika
terdapat ketidakseimbangan dalam distribusi kekuasaan antara lembaga-lembaga
tersebut. Misalnya, jika lembaga eksekutif memiliki kendali yang terlalu dominan
dalam mekanisme pertanggungjawaban, hal ini dapat mengarah pada penyalahgunaan
kekuasaan dan merusak prinsip checks and balances yang merupakan pilar utama
dalam sistem konstitusi. Begitu pula, kelemahan dalam mekanisme pengawasan dari

5
Mas’ udi, Syarah Konstitusi: UUD 1945 Dalam Perspektif Islam.
6
Santika, “Pendidikan Kewarganegaraan: Studi Komparatif Konstitusi Dengan UUD 1945.”
lembaga legislatif atau yudikatif terhadap lembaga eksekutif juga dapat menimbulkan
risiko terjadinya penyalahgunaan kekuasaan.

Prinsip-prinsip konstitusi yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) menandakan fondasi filosofis, hukum,
dan nilai-nilai yang menjadi landasan utama dalam penyelenggaraan negara dan
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Diantara prinsip-prinsip utama
yang dipegang teguh dalam UUD 1945 adalah kedaulatan rakyat, yang menegaskan
bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara berada di tangan rakyat, serta negara hukum,
yang menekankan bahwa negara harus tunduk pada hukum dan tidak boleh bertindak
sewenang-wenang7. Pancasila, sebagai ideologi negara, menjadi pondasi bagi nilai-
nilai nasionalisme, keadilan sosial, dan demokrasi, sementara prinsip keseimbangan
kekuasaan (checks and balances) menekankan pentingnya adanya kontrol dan
keseimbangan antara lembaga-lembaga negara untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan. Perlindungan terhadap hak asasi manusia, komitmen terhadap
kesejahteraan sosial, serta partisipasi aktif rakyat dalam pengambilan keputusan juga
menjadi bagian integral dari prinsip-prinsip konstitusi 1945, yang menegaskan
komitmen Indonesia terhadap demokrasi, keadilan, dan keberlanjutan dalam
pembangunan nasional. Selain itu, kesesuaian sistem pertanggungjawaban dengan
prinsip-prinsip konstitusi juga mencakup aspek transparansi, akuntabilitas, dan
responsivitas lembaga negara terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyat. UUD 1945
menegaskan pentingnya perlindungan hak-hak rakyat serta keadilan dalam sistem
pertanggungjawaban lembaga negara. Oleh karena itu, evaluasi harus memperhatikan
sejauh mana sistem pertanggungjawaban tersebut mampu menjawab tuntutan akan
pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan responsif terhadap kebutuhan rakyat.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan upaya konkret untuk


memperkuat mekanisme pertanggungjawaban lembaga negara sesuai dengan prinsip-
prinsip konstitusi. Hal ini termasuk peningkatan pengawasan internal dan eksternal
terhadap setiap langkah kebijakan yang diambil oleh lembaga negara, serta penguatan

7
Taqiuddin, “Gagasan UUD 1945 Sebagai Konstitusi Politik, Konstitusi Ekonomi, Dan Konstitusi Sosial.”
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian,
sistem pertanggungjawaban lembaga negara dapat terus disempurnakan demi
menjaga integritas dan legitimasi pemerintahan berdasarkan prinsip-prinsip yang
tertuang dalam UUD 1945.

3.2 Efektivitas Pengawasan Publik terhadap Pertanggungjawaban Lembaga


Negara

Konsep pengawasan secara umum adalah “supervision is a foreseeing action


whereas earlier concept of control was used only when errors were detected.
Management supervision is means setting standards, measuring actual performance
and taking corrective action. Thus, control comprises these three main activities”
(pengawasan adalah suatu tindakan meramalkan lebih dini mengingat konsep
pengawasan hanya digunakan ketika kesalahan-kesalahan dideteksi. Secara harfiah
arti pengawasan dalam konsep manajemen mencakup tatacara, standar, pengukuran
kinerja aktual, dan mengambil tindakan perbaikan 8. Harus diakui bahwa fungsi
pengawasan merupakan fungsi terakhir yang ditempatkan oleh hampir setiap ahli
dalam menggambarkan proses manajemen, tetapi tidak berarti bahwa pengawasan itu
selalu dilakukan pada saat suatu kegiatan sudah berakhir (diselesaikan). oleh
karenanya pengawasan sesungguhnya berlangsung bersamaan dengan saat
penyusunan rencana oleh perencana. Kenyataan bisa kita lihat bahwa penyusunan
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah pada suatu daerah oleh
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, katakanlah, tidak mungkin sekali dibuat
langsung selesai

Efektivitas pengawasan publik terhadap pertanggungjawaban lembaga negara


merupakan salah satu pilar utama dalam menjaga akuntabilitas dan transparansi
dalam sistem pemerintahan. Dalam konteks Indonesia, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) menegaskan pentingnya

8
Anam and Anwar, “Efektivitas Fungsi Pengawasan Dprd Dalam Pelayanan Publik.”
partisipasi masyarakat dalam pengawasan terhadap kinerja lembaga negara. Namun,
dalam praktiknya, terdapat sejumlah permasalahan yang mempengaruhi efektivitas
pengawasan publik tersebut9. Salah satu permasalahan utama adalah terkait dengan
keterbatasan akses terhadap informasi yang relevan dan transparan dari lembaga
negara. Meskipun UUD 1945 menegaskan hak rakyat untuk memperoleh informasi,
namun dalam kenyataannya masih terdapat kendala-kendala dalam mendapatkan
akses tersebut. Birokrasi yang kompleks, kurangnya keterbukaan dari lembaga
negara, serta terbatasnya pemahaman masyarakat terhadap hak-hak mereka
merupakan beberapa faktor yang mempersulit akses informasi publik. Minimnya
mekanisme partisipatif yang memungkinkan masyarakat untuk memberikan masukan
secara langsung juga menjadi hambatan dalam memastikan akuntabilitas lembaga
negara. Meskipun beberapa mekanisme partisipatif telah diperkenalkan, seperti forum
konsultasi publik atau mekanisme pengaduan masyarakat, namun dalam banyak
kasus, mekanisme tersebut belum efektif dalam menampung aspirasi dan kebutuhan
masyarakat secara menyeluruh.

Efektivitas pengawasan publik terhadap pertanggungjawaban lembaga negara


juga dipengaruhi oleh tingkat kesadaran dan keterlibatan aktif masyarakat dalam
proses pengawasan. Dalam konteks ini, pendidikan dan advokasi publik memegang
peranan penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak dan
kewajibannya dalam memonitor kinerja lembaga negara. Selain itu, penguatan peran
lembaga-lembaga independen, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan
Ombudsman, juga dapat membantu meningkatkan efektivitas pengawasan publik 10.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan langkah-langkah konkret dari
berbagai pihak. Pemerintah perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
lembaga negara melalui penyediaan informasi yang lebih terbuka kepada publik.
Selain itu, penguatan mekanisme partisipatif yang melibatkan masyarakat secara
langsung dalam proses pengambilan keputusan juga perlu dilakukan. Di samping itu,
masyarakat sipil, media, dan lembaga-lembaga independen juga perlu terus

9
Setiawan, “Eksistensi Lembaga Pengawasan Pengelolaan Keuangan Negara.”
10
Riwukore, Habaora, and Terttiaavini, “Good Governance Dalam Mengukur Kinerja Lembaga Negara.”
mengadvokasi pentingnya pengawasan publik yang efektif sebagai salah satu bentuk
dukungan terhadap konsolidasi demokrasi dan perlindungan hak-hak rakyat.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Bahwa kesesuaian sistem pertanggungjawaban lembaga negara dengan


prinsip-prinsip konstitusi yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) sangat penting untuk menjaga kualitas
demokrasi dan ketatanegaraan suatu negara. Prinsip-prinsip tersebut, seperti
kedaulatan rakyat, negara hukum, pancasila, keseimbangan kekuasaan, perlindungan
hak asasi manusia, dan partisipasi aktif rakyat, harus menjadi pijakan utama dalam
penyelenggaraan negara dan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Efektivitas pengawasan publik terhadap pertanggungjawaban lembaga negara
menjadi krusial dalam menjaga akuntabilitas dan transparansi dalam sistem
pemerintahan. Namun, masih terdapat sejumlah permasalahan yang menghambat
efektivitas pengawasan tersebut, seperti keterbatasan akses terhadap informasi,
minimnya mekanisme partisipatif yang efektif, serta tingkat kesadaran dan
keterlibatan aktif masyarakat yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan langkah-
langkah konkret dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, media,
dan lembaga-lembaga independen, untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas,
dan partisipasi dalam pengawasan publik. Hanya dengan demikian, sistem
pertanggungjawaban lembaga negara dapat terus disempurnakan sesuai dengan
prinsip-prinsip konstitusi dan menjadi landasan kuat dalam memastikan integritas dan
legitimasi pemerintahan yang demokratis dan responsif terhadap kebutuhan rakyat.
4.2 Saran

1. Peningkatan Transparansi Informasi: Pemerintah perlu memperkuat kebijakan


transparansi informasi dengan menyediakan akses yang lebih terbuka terhadap
data dan kebijakan lembaga negara kepada publik. Hal ini dapat dilakukan
dengan meningkatkan ketersediaan informasi secara daring, mengadopsi
praktik penerbitan laporan rutin, dan memfasilitasi akses informasi melalui
portal pemerintah yang mudah diakses oleh masyarakat.

2. Penguatan Mekanisme Partisipatif: Diperlukan upaya untuk memperkuat


mekanisme partisipatif yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam
proses pengambilan keputusan. Pemerintah dapat memfasilitasi forum
konsultasi publik yang inklusif dan memperluas partisipasi rakyat dalam
pembentukan kebijakan serta pemantauan kinerja lembaga negara.

3. Pendidikan dan Advokasi Publik: Pentingnya meningkatkan kesadaran


masyarakat akan hak-hak dan kewajibannya dalam memonitor kinerja
lembaga negara. Oleh karena itu, pemerintah dan lembaga masyarakat sipil
perlu melakukan kampanye pendidikan dan advokasi publik untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pengawasan publik
dalam mendukung demokrasi dan akuntabilitas pemerintahan.

4. Penguatan Peran Lembaga Independen: Lembaga-lembaga independen seperti


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Ombudsman memiliki peran
penting dalam pengawasan publik. Pemerintah perlu memberikan dukungan
yang lebih besar terhadap lembaga-lembaga ini dengan memberikan
kebebasan dan dukungan yang cukup untuk menjalankan tugas-tugasnya
secara efektif.

5. Peran Media Massa: Media massa memiliki peran strategis dalam


meningkatkan pengawasan publik terhadap lembaga negara. Pemerintah perlu
memastikan kebebasan pers dan melindungi kepentingan jurnalis yang
bertugas menyampaikan informasi kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah
juga dapat memfasilitasi kerjasama antara media dan lembaga pemerintah
untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas lembaga negara.
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Syaiful, and Khairil Anwar. “Efektivitas Fungsi Pengawasan Dprd Dalam
Pelayanan Publik.” Reformasi, 10 No 1 (2020).

Arif, Mokhammad Samsul. “Reformulasi Model Penyuaraan Paska Pemilu Serentak


2019: Studi Evaluasi Sistem Proporsional Daftar Terbuka.” Jurnal Wacana
Politik 4, no. 2 (2019): 163–69.

Azhari, Aidul Fitriciada. “Evaluasi Proses Amandemen UUD 1945: Dari


Demokratisasi Ke Perubahan Sistem,” 2006.

Fahmi, Khairul. “Prinsip Kedaulatan Rakyat Dalam Penentuan Sistem Pemilihan


Umum Anggota Legislatif.” Jurnal Konstitusi 7, no. 3 (2010): 119–60.

Mas’ udi, Masdar F. Syarah Konstitusi: UUD 1945 Dalam Perspektif Islam. Pustaka
Alvabet, 2010.

Riwukore, Jefirstson Richset, Fellyanus Habaora, and Terttiaavini Terttiaavini.


“Good Governance Dalam Mengukur Kinerja Lembaga Negara.” Jurnal
Pemerintahan Dan Politik 7, no. 1 (2022).

Santika, I Gusti Ngurah. “Pendidikan Kewarganegaraan: Studi Komparatif Konstitusi


Dengan UUD 1945,” 2021.

Setiawan, Adam. “Eksistensi Lembaga Pengawasan Pengelolaan Keuangan Negara.”


Jurnal Hukum & Pembangunan 49, no. 2 (2019): 265–78.

Taqiuddin, Habibul. “Gagasan UUD 1945 Sebagai Konstitusi Politik, Konstitusi


Ekonomi, Dan Konstitusi Sosial.” Jurnal Econetica: Jurnal Ilmu Sosial,
Ekonomi, Dan Bisnis 3, no. 2 (2021): 38–55.

Tohir, Muhammad. “Pertanggungjawaban Lembaga Negara Dalam Pelaksanaan


Good Governance Secara Yuridis Dan Politis Menurut Hukum.” Jurnal Hukum
Tri Pantang 4, no. 1 (2018): 65–80.

Anda mungkin juga menyukai