NIM : 193020703053
KELAS : ILMU PEMERINTAHAN/A
RESUME : URGENSI REVISI UUD 1945
APAKAH MASA JABATAN PRESIDEN CUKUP 2 PERIODE?
NARASUMBER : 1.Dr. A. Teras Narang, S.H./Anggota MPR RI/DPR RI KALTENG
2.Dr. Kris Nugrhoho, Dra., MA/Ketua program studi magister ilmu politik FISIP UNAIR
Dilanjutkan oleh Dr. Ricky Zulfauzan, S.Sos., M.IP dimana beliau menyampaikan tema ini
diangkat karena kegelisahan Dr. Ricky Zulfauzan, S.Sos., M.IP dan Dr. Jhon Retei Alfri Sandi,
S.Sos., M.Si karena akan sangat sulit bagi anak muda yg minim pengalaman di pasangkan
dengan hirarki yang besar dan berat serta setelah pak Jokowi selesai apa yang akan kita lakukan
setelah 2 periode pak Jokowi selesai.
Kemudian pak Dr. A. Teras Narang, S.H memaparkan materinya dengan tema Urgensi
amandemen uud nkri 1945.
PENGANTAR
Reformasi menghadirkan pula perubahan terhadap undang-undang dasar 1945 yang oleh
desakan masyarkat luas, telah mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sistem
ketatanegaraan indonesia. Salah satu perubahan itu adalah berakhirnya masa jabatan
presiden dalam pasal 7 UUD 1945, yang sebelum amandemen tidak membatasi periode
masa jabatan, kini degan pembatasa masa jabatan maksimal 2 kali.
Keputusan untuk membatasi masa jabatan preisden, termasuk kekuasaan presiden, adalah
kesadaran politik bangsa terhadap situasinya. Situasi indonesia sekian dekade di bawah
presiden soeharto, dinilai takmencerminkan lagi kehendak publik.
Fase perubahan di indonesia ini juga pernah dilewati oleh amerika serikat. Melalui
amandemen ke-22 pada bulan maret 1947, kemudian meratifikasi dalam konstitusinya
pada februari 1951, dilakukan pembatasan periode masa jabatan. Sebelumnya tidak ada
batasan dalam konstitusi amerika serikat meski praktik masa jabatan hingga 2 periode
sudah diterapkan aas kesadaran etis para pemimpin mereka. Amandemen ini
dilatarbelakangi oleh keinginan mencegah politik dinasti di amerika serikat, mengingat
kala itu franklin delano rosevelt melanjutkan kepeimpinan hingga periode keempat.
Proses amandemen pertama hingga keempat oleh MPR (disaat itu) merupakan upaya
koreksi perjalanan bangsa.
Amandemen dilakukan untuk menempatkan kembali araha bangsa pada kondisi yang di
anggap lebih dapat membantu tercapainya tujuan negara:
“… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi,dan
keadilan social”.
beliau menekankan Salah satu menjadi pedoman dalam benegara dan berbngsa yang
terkandung di alenia ke 4 segenap bangsa, seluruh tumpah darah, memajukan
kesejahteraan umum yang menjadi fundamental bagi kita.
Terkait dengan aspek Filosopis; aspek materi; aspek sosiologisl; aspek praktik
ketatanegaraan; aspek historis; aspek yuridis.
Saldi isra dalam jurnal nasional (2010) ada tigafaktor yang melatarbelakangi amandemen
UUD NRI 1945. Pertama sejak awal memang dirancang bersifat sementara. Kedua, unsur
fleksibilitas cukup tinggi sehingga bisa disesiaolan dengan konteks situasi terkini. Ketiga,
adanya kecenderungan inkonsisten.
Adanya sifat sementara UUD NRI 1945 yang dirancang pendiri bangsa dalam situasi
genting, serta fleksibilitas yang tinggi di dalamnya untuk di sesuaikan seturut dengan
prinsip open legal theory dalam ilmu hukum. Hal ini memungkinkan sebuah negara
menyesuaikan konstitusinya sesuai dengan kebutuhan dimasanya.
Kesepakan MPR RI
Ada 5kesepakatan dari 12 fraksi MPR RI periode 1999-2004 soal amandemen UUD NRI
1945.
Pertama tidak mengubah pembukaan UUD NRI 1945. Kedua, tetap mempertahankan
NKRI. Ketiga, tetap mempertahankan sistem pemerintahan presidensiil. Keempat,
penjeleasan UUD NRI 1945 yangmembuat hal-hal normatif dimasukkan dalam pasal-
pasal. Kelima, perubahan dilakukan secara addendum. Dalam hal ini addendum
menekankan satu kesatuan proses amandemen yang tidak terpisah dari UUD NRI 1945
itu sendiri.
Keputusan MPR
Wacana ini menjadi ramai di perbincangan sebab di cetuskan oleh Amien rais yang
menyatakan presiden ingin melanjutkan kepemimpinanya selama 3 periode.
Jokowi menampik hal tersebut. Ramainya perbincangan tersebut sejatinya dipicu oleh
dinamikadan konstelasi public.
Lumrah, bila konstelasi public melahirkan prodak hokum,begitu sebaliknya prodak
hukum membentuk konstelasi politik sebuah bangsa.
Kendati demikian, catatan kesepakatan MPR periode 1999-2004 jelas tak pernah
menyinggung batasan masa jabatan presiden.
Ada 3 kecenderungan dari penguasa, pertama, dia akan mempertahankan kekuasaannya;
kedua, dia akan memperbesar kekuasaannya, dan ketiga, dia akan memanfaatkan
kekuasaan yang dipegangnya.(reformasi, terasnarang-2003)
Posisi politik MPR sapai hari ini masih sama, memperjuangkan sistem ketatanegaraan
serta mendorong adanya PPHN agar pembangunan tidak bergantung kepada presiden
semata.
Dalam upaya menjaga keseimbangan, maka wacana 3 periode masa jabatan ini mesti
dikritisi secara konstruktif.
Perlu dilihat apa latar belakang amandemen untuk masa jabatan presiden, apa sebenarnya
yang melandasi wacana tersebut.
Hingga hari ini, situasidan posisi politik MPR masih sama, memperjuangkan penataan
sistem ketatanegaraan serta mendorong adanya PPHN agar pembangunan bangsa tidak
bergantung pada presiden semata, yang visi,misi dan programnya dapat berbeda dengan
penerusnya kemudian. Meskipun usulan adanya PPHN dikritik sebagai pilihan yang
melemahkan sistem presidensil, tapi wacana ini dinilai relevan dengan kebutuhan
negara,masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam upaya untuk menjaga kesinambungan dari proses amandemen sertaagenda
pembangunan bangsa, maka wacana amandemen dan 3 periode masa jabatan ini mesti
dikiritsi secarakonstruktif. Berbasis data,fakta dan kajian mendala,sebagaimana wakil
rakyat periode 1999-2004 berdiskusi panjang dan mantap memilih konsep dua periode
masajabatan
Perlu dilihat apa latar belakang amandemen untuk masa jabatan presiden, apa sebenarnya
yang melandasi wacana tersebut. Berikutnya melihat opsi lain yang memungkinkan untuk
mencapai tujuan di balik wacana tersebut, selain melalui penyesuaian masa jabatan, hal
ini agar publik tak terjebak hanya soal isu politiknya, tapi apa yang ingin dicapai dari
wacana dan perjuangan politik amandemen serta perubahan masa kepeimpinan presiden
tersebut.
dinamika politik dalam beberapa tahun ke depan akan menjawab, apakah wacana ini
mendesak, atau lebih mendesak penataan sistem ketatanegaraan dan sitem pemerintahan
yang berpihak pada rakyat.publik akan menjawabnya kemudian
Upaya amandemen sangat perlu memperhatikan kepentingan bangsa dan negara yang
lebih luas, bukan sekedar kepentingan satu kelompok atau golongan tertentu. Maka
rekomendasi MPR periode 2000-2014 maupun periode 2014-2019 terkait perlunya kaian
mendalamatas penataan kelembagaan, sistem hukum hingga pelaksanaan pemasyarakatan
pancasila, perlu ditindaklanjtui. Manakala dilakukan amandemen, agar tetap
mempertahankan 5 keseakatan tersebut, tidak mengikut sertakan isu perubahan periode
masa jabatan presiden dan wapres sebagai isu penting dan strategis.
Kemudian materi di lanjutkan oleh bpk Dr. Kris Nugrhoho, Dra., MA dengan tema APAKAH
MASA JABATAN PRESIDEN CUKUP 2 PERIODE?
Beliau membka dengan FILOSOFI
Ruang elit
Hobessian Lockean
PRESIDENTIALISME
Periodesasi