Anda di halaman 1dari 9

MATA KULIAH : TEORI HUKUM

DOSEN` : 1. Dr. Inosentius Samsul, S.H., M.H.


2. Dr. Erikson Sihotang, S.H., M.H.

KAJIAN YURIDIS PENCALONAN PRESIDEN SEBAGAI WAKIL PRESIDEN

SETELAH DUA KALI PERIODE MASA JABATAN

Oleh:

I PUTU MERTA SUADI


NIM:31.02.012305.2231

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER HUKUM PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS MAHENDRADATTA
DENPASAR
2023
KAJIAN YURIDIS PENCALONAN PRESIDEN SEBAGAI WAKIL PRESIDEN

SETELAH DUA KALI PERIODE MASA JABATAN

I Putu Merta Suadi, S.H. ; Dr. Erikson Sihotang, S.H., M.H.

Abstrak
Munculnya isu dan wacana masa jabatan presiden tiga periode yang dalam hal ini
dimunculkan oleh sejumlah pihak, mulai dari jajaran menteri, elite partai politik, hingga yang
terbaru oleh para pendukung Jokowi. adanya kemungkinan untuk mengusung kembali
Jokowi menjadi presiden tiga periode tidak lepas dari adanya isu amandemen kelima terhadap
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. sehingga dalam tulisan ini menitik
beratkan pada kajian hukum doktrinal dengan kajian bahan hukum dan bahan kepustakaan
sebagai data primernya, sedangkan pendekatannya berorientasi pada pendekatan
perundangundangan, pendekatan sejarah dan pendekatan perbandingan. Penelitian ini
menunjukkan bahwa amandemen kelima UUD 1945 dapat dilakukan melalui konvensi
ketatanegaraan, apalagi mencermati konfigurasi politik hukum saat ini. Arus politik yang
mendominasi tentunya terdapat upaya untuk memuluskan perubahan Pasal 7 UUD 1945 dari
yang tadinya secara limitatif masa jabatan presiden dibatasi hanya 2 periode selanjutnya
diubah menjadi 3 periode yang merujuk pada syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 37
UUD 1945. Sehingga amandemen kelima perlu diperhatikan dari segala aspek yang
mencerminkan semangat reformasi sesuai yang ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945.
Kata Kunci : Konstitusi; Masa Jabatan 3 Periode; Politik.
Latar Belakang
Belakangan menjadi perbincangan hangat mengenai wacana besar yang dianggap
dapat mereduksi semangat reformasi dalam amandemen konstitusi untuk merubah masa
jabatan presiden yangmana sesuai dengan ketentuan hanya dapat dipilih kembali selama 2
periode pemerintahan kemudian dicanangkan menjadi 3 periode. Gagasan ini digaungkan
oleh Muhammad Qodari sebagai Direktur Eksekutif Indo Barometer. 1 Isu ini kemudian
berhembus dan berkembang dengan cepat ke segala lapisan baik dikalangan pemerintah
hingga kalangan Masyarakat Madani. Isu ini direspon cepat oleh kalangan di Nusa Tenggara
Timur (NTT) yang kemudian mendeklarasikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk
menjabat 3 periode, namun ada pula merespon sebaliknya yang menolak dan tidak
1
Agus Sahbani 2021. “Masa Jabatan Presiden 3 Periode, Mungkinkah?,” hukumonline, Juli 2021.
menginginkan untuk Jokowi menjabat presiden selama 3 periode karena dianggap berbahaya
dan tudingan soal kecendrungan petahan berupaya untuk mempertahankan kekuasaan yang
sudah dibatasi oleh Konstitusi.2
Lembaga eksekutif tidak tinggal diam, Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) yang
secara konstitusi berwenang untuk melakukan amandemen terhadap Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (yang selanjutnya disebut UUD RI 1945), angkat
bicara menanggapi isu yang beredar. Terkait dengan isu tentang penambahan masa jabatan
presiden melalui amandemen konstitusi ke-5. Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa masa
jabatan presiden tiga periode adalah merupakan tindakan yang melanggar konstitusi, dengan
kata lain bertinndak Inkonstitusional sehingga sebagian pihak yang menginginkan masa
jabatan presiden menjadi 3 periode dan mengajukan presiden Jokowi kembali menjadi
residen telah bertentangan dengan UUD 1945.
Berpedoman pada Pasal 7 UUD 1945 menyebutkan bahwa :
“presiden dan wakil presiden memegang masa jabatan lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya satu kali masa
jabatan,”
sehingga pada negara yang berhaluan demokrasi, segala sesuatu tentunya berangkat
dari keputusan dan kebijakan yang diambil berdasarkan konstitusi yang mengandung nilai-
nilai berupa norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm). 3
Negara Indonesia yang
yang didaulat sebagai negara hukum, sudah dipastikan menerapkan supremasi Hukum dan
berlandaskan konstitusi dan peraturan perundang-undangan lainnya dalam melaksanakan
setiap aktivitas bernegara serta dapat dipahami bahwa kewenangan untuk membentuk
peraturan perundang-undang tersebut berada pada ranah Legislatif yang dalam hal ini Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) untuk membentuk dan merubah Undang-Undang bersama Presiden
serta Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai lembaga yang dapat melakukan
amandemen terhadap UUD 1945, sehingga terkait isu hukum yang menyangkut konfigurasi
politik hukum tentang masa jabatan presiden 2 periode ditambah menjadi 3 periode kiranya
menarik untuk dikaji lebih detail mengenai mengukur atau menakar seberapa besar peluang
masa jabatan presiden 3 periode tersebut.
Rumusan Masalah

2
Sigiranus Marutho Bere 2021. “Dukung Jokowi 3 Periode, Warga NTT Deklarasi Komite Referendum Masa Jabatan
Presiden,” kompas,
3
Barus, Sonia Ivana. 2017. “Proses Perubahan Mendasar Konstitusi Indonesia Pra Dan Pasca Amandemen.” University
Of Bengkulu Law Journal 2 (1): Hal. 29–55.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
pokokpokok permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah aturan jabatan Presiden ?
2. Bagaimanakah legalitas jabatan Presiden 3 peroide?
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah penelitian hukum
normative yang meletakan hukum sebagai norma dengan pendekatan sejarah aturan hukum
serta doctrinal.4 penelitian ini berpusat kepada kajian bahan hukum seperti peraturan
perundangundang dan bahan-bahan kepustakaan lainnya.5 Pendekatan yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan sejarah
(historical approach) dan pendekatan perbandingan (comprative approach).6 Dengan
demikian, pendekatan tersebut digunakan untuk mengkaji mengenai pengaturan masa jabatan
baik dari aspek ius constititum maupun ius constituendum, menelusuri sejarah konstitusional
masa jabatan presiden termasuk melakukan kajian perbandingan negara-negara yang
memberlakukan masa jabatan presiden 3 periode.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden (bahas berdasakan uu)
Dalam kehidupan bernegara di Indonesia, segalanya diatur dalam seperangkat aturan
dan termuat pada ius constitutum Konstitusi Indonesia, begitu pula dalam hal masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden tercantum dalam Konstitusionalitas pada batasan masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 (untuk selanjutnya disebut UUD NRI 1945)
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1 ayat 1 menegaskan bahwa
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Indonesia adalah negara yang
sistem pemerintahannya adalah sistem Pemerintahan Presidensial yang diikuti dengan adanya
pembatasan kekuasaan. Salah satu pembatasan kekuasaan negara yaitu pembatasan terhadap
masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden. Ketentuan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden diatur dalam Pasal 7 UUD 1945, namun pengaturan tersebut tidak diikuti oleh
pengaturan batasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia.

4
H S Salim dan Erlis Septiana Nurbani, Salim dan Nurbani 2013. “Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan Disertasi,”
Jakarta: Rajagrafindo Persada,
5
Johnny Ibrahim 2006., “Teori dan metodologi penelitian hukum normatif,” Malang: Bayumedia Publishing 57
6
Muhamad Aljebra Aliksan Rauf & Rudini; “Menakar Peluang Masa Jabatan Presiden 3 Priode” Jurnal Al-Adalah:
Jurnal Hukum dan Politik Islam Vol. 7 No. 1, Januari 2022: 30-47.
Dari masa Reformasi sampai sekarang, masa jabatan presiden diatur dalam Pasal 7
UUD 1945 sebagaimana diuraikan diatas yaitu Presiden dan Wakil Presiden memegang
jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama,
hanya untuk satu kali masa jabatan. Ketentuan ini masih memiliki celah untuk dimanfaatkan
oleh karena itu pada perubahan pertama UUD 1945 merubah ketentuan Pasal 7 yang awalnya
berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kemali”, diubah bunyi pasalnya menjadi “Presiden dan Wakil
Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”
Legalitas Jabatan Presiden 3 Peroide
Iklim politik di Indonesia baik dari sisi pemilih dan oknum politisi yang akan dipilih,
keduanya memiliki preferensi untuk melanggengkan kekuasaan bagi orang-orang yang telah
dianggap berpengalaman dan profilnya dikenal luas oleh publik. 7 Oleh karena itu,
pembatasan masa jabatan di Indonesia perlu dilakukan agar tidak terjadi abuse of power oleh
Presiden yang menjabat sebagai kepala negara yang mempunyai kewenangan atas
jabatannya. Indonesia dari awal merdeka sampai saat ini, yaitu dari masa orde lama
sampai masa reformasi saat ini megalami perubahan mengenai masa jabatan presiden.
Berdasarkan Pasal 7 UUD NRI 1945. Adanya amandemen Pasal 7 Undang-Undang
Dasar 1945 menjelasan bahwa masa jabatan Presiden dibatasi dengan hanya dua kali periode.
Pembatasan masa jabatan Presiden bertujuan untuk mengontrol dan membatasi kekuasaan
yang dapat menghindari dari kekuasaan bersifat otoriter. Maka pada dasarnya kegiatan
amandemen Undang-Undang Dasar 1945 yang telah dilakukan 4 kali periode bertujuan untuk
memberikan check and balances dalam setiap lembaga-lembaga pemerintah antara legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Namun pada penerapannya, rumusan Pasal tersebut masih memiliki
kelemahan-kelemahan, yaitu, pertama, Pasal ini memiliki rumusan yang multi tafsir yang
membuka celah untuk diartikan berbeda dari original intent perumusan Pasal tersebut.
Apabila merujuk kepada original intent perumusan Pasal 7 UUD NRI 1945 terkait batasan
masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden dimaksudkan untuk diberlakukan baik secara
berturut-turut maupun tidak berturut turut yang terpenting adalah orang tersebut setelah
menjabat dua kali masa jabatan untuk selamanya tidak dapat menjabat kembali dalam jabatan
yang sama tersebut.8

7
Purnomo, C. E. (2016). Pengaruh Pembatasan Kekuasaan Presiden Terhadap Praktik Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal
Konstitusi, 7(2), 159-182. Hlm. 162
8
https://e-journal.unair.ac.id/JD/article/download/14254/7943
Dalam hal seseorang telah menjabat sebagai Presiden selama 2 kali masa jabatan, dan
kemudian mencalonkan diri sebagai Calon Wapres, terdapat problem konstitusional
sebagaimana ketentuan norma Pasal 8 UUD 1945.9 Sebagaimana diketahui, persyaratan
Calon Presiden dan Calon Wapres di UUD 1945 diatur: Pasal 7 Presiden dan Wakil Presiden
memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan
yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Pasal 8 (1) Jika Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia
digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.
Selain itu juga dipertegas dalam Pasal 169 huruf n UU 7/2017 Pemilu yang berbunyi:
Belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden selama 2 (dua) kali masa
jabatan dalam jabatan yang sama "Seseorang menduduki jabatan presiden atau wapres selama
lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu
kali masa jabatan. Seseorang dapat mencalonkan diri sebagai capres atau cawapres, bila
belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden selama 2 (dua) kali masa
jabatan dalam jabatan yang sama”.10
Pemaknaan dan penafsiran 1 kali masa jabatan untuk jabatan Presiden atau Wapres
terdapat 2 kemungkinan. Pertama Penafsiran harfiah (literlijk), berdasakrna Pasal 7 UUD
bahwa 1 kali masa jabatan adalah 5 tahun terhitung sejak pengucapan sumpah janji
(pelantikan). Kedua, penafsiran sistematis, berpedoman pada Putusan MK No 67/PUU-
XVII/2020 judicial review UU No. 10/2016 tentang Pilkada yang menerangkan bahwa
seseorang yang telah menjabat sebagai Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah namun
tidak sampai habis masa jabatan 5 tahun, maka bila sudah menjabat selama 'setengah atau
lebih masa jabatan' dihitung telah menjabat 1 kali masa jabatan. Pertimbangan hukum MK
itu:11
Bahwa untuk menjawab dalil yang dikemukakan para Pemohon tersebut terlebih
dahulu harus diletakkan dalam konstruksi norma ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf n UU
10/2016 yang menyatakan warga negara Indonesia yang dapat menjadi calon Gubernur, calon
Bupati, dan calon Walikota adalah yang memenuhi persyaratan huruf n menyatakan: Belum
pernah menjabat sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan
Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama untuk Calon

9
https://news.detik.com/berita/d-6294668/ketua-kpu-ri-ada-problem-konstitusional-bilapresiden-2-periode-jadi-
cawapres
10
Ibid
11
Ibid
Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil Bupati, Calon Walikota, dan
Calon Wakil Walikota.12
Dalam sistem Konstitusi Kenegaraan dan perumusan undang-undang tidak seluruhnya
tertunag secara eksplisit sebagaimana yang dimaksud dalam original intent ketentuan
tersebut, melainkan rumusan Pasal dalam Undang-Undang Dasar menimbulkan ambiguitas
yang kemudian berpeluang memicu perdebatan atas berbedaan penafsiran atau makna yang
berbeda- beda terhadap bunyi Pasal tersebut.
Ketentuan hukum mengenai batasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden ini
merupakan ketentuan yang erat kaitannya dengan ranah politik. Sebagai ketentuan yang erat
kaitannya dengan unsur politik, maka terbuka kemungkinan ketentuan ini untuk “dipolitisasi”
oleh oknum politisi dan apabila ini terjadi, maka semangat filosofis untuk membatasi masa
jabatan Presiden dan Wakil Presiden dalam Konstitusi akan menjadi hal yang sia-sia.13
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Masa jabatan di Indonesia diatur dalam pasal 7 UUD 1945 yang telah mengalami perubahan
sebelum dan sesudah amandemen. Masa jabatan presiden di Indonesia pada masa orde
lama adalah 5 tahun dan dapat dipilih Kembali, namun dengan dikeluarkannya
Ketetapan MPRS No.III/1963 tentang pengangkatan presiden Soekarno seumur hidup
sehingga terjadinya demokrasi terpimpin.
Dalam konstitusi Indonesia berkaitan dengan keinginan untuk masa jabatan presiden menjadi
3 periode memungkinkan untuk diakomodir melalui amandemen kelima UUD 1945, di
mana UUD 1945 sendiri membuka diri untuk dapat diubah karena konstitusi bukanlah
suatu hal yang final, sehingga meskipun keberadaan Pasal 7 UUD 1945 secara limitatif
membatasi kekuasaan jabatan presiden maksimal selama 2 periode, akan tetapi dengan
konfigurasi politik hukum atau peta politik saat ini yang didominasi oleh PDIP dan
koalisi, mengantarkan kita pada sebuah kesadaran normatif bahwa jabatan 2 periode
dapat diubah menjadi 3 periode dengan merujuk syarat-syarat tertentu sebagaimana
tertuang dalam Pasal 37 UUD 1945 serta sepanjang sejalan dan sesuai dengan cita-cita
bangsa dan negara sebagaimana dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945.
Saran
1. Masa jabatan presiden cukup hanya 2 periode agar konstitusi tetap terjaga dan kestabilan
politik bangsa dapat memberikan nuansa positif. Selain itu menghindari peluang

12
Ibid
13
Ibid
kekuasaan tak terbatas dari pejabat yang dengan mudah akan merevisi dan amandemen
suatu fundamental bangsa, dengan kata lain menghidari pejabat yang otoriter.
2. Keinginan pencalonan presiden menjadi 3 periode harus diperhitungkan lebih matang dan
dikaji mendalam terutama pada aspek tujuan hukum dan manfaat hukum dari isu
tersebut. Harus mampu mengendalikan pengaruh politik dan kepentingan golongan
tertentu agar tidak terjadi penyelundupan Hukum demi kepentingan pribadi maupun
golongan tertentu saja
DAFTAR PUSTAKA
Sahbani, Agus. 2021. “Masa Jabatan Presiden 3 Periode, Mungkinkah?,”
hukumonline.

Marutho Bere, Sigiranus. 2021. “Dukung Jokowi 3 Periode, Warga NTT Deklarasi
Komite Referendum Masa Jabatan Presiden,” kompas.

Barus, Sonia Ivana. 2017. “Proses Perubahan Mendasar Konstitusi Indonesia Pra Dan
Pasca Amandemen.” University Of Bengkulu Law Journal 2 (1): Hal. 29–55.

H S Salim dan Erlis Septiana Nurbani, Salim dan Nurbani 2013. “Penerapan Teori
Hukum Pada Tesis dan Disertasi,” Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Ibrahim, Johnny. 2006., “Teori dan metodologi penelitian hukum normatif,” Malang:
Bayumedia Publishing.

Muhamad Aljebra Aliksan Rauf & Rudini; “Menakar Peluang Masa Jabatan Presiden
3 Priode” Jurnal Al-Adalah: Jurnal Hukum dan Politik Islam Vol. 7 No. 1, Januari 2022: 30-
47.

Purnomo, C. E. (2016). Pengaruh Pembatasan Kekuasaan Presiden Terhadap Praktik


Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Konstitusi, 7(2), 159-182.

https://e-journal.unair.ac.id/JD/article/download/14254/7943

https://news.detik.com/berita/d-6294668/ketua-kpu-ri-ada-problem-konstitusional-
bilapresiden-2-periode-jadi-cawapres

Anda mungkin juga menyukai