Anda di halaman 1dari 10

WACANA MEMPERPANJANG MASA JABATAN PRESIDEN:

INKONSTITUSIONAL ATAU TIDAK?

Vera Wheni Setijawati Soemarwi1, Chakradevi Prawira2, Richie Fernando3, Patricia


Kimberly Elias4, Irfan Syauqi Madani5

1
Dosen Fakultas Hukum, Universitas Tarumanagara
Email: veras@fh.untar.ac.id
2
Jurusan ilmu hukum, Fakultas Hukum, Universitas Tarumanagara
Email: chakradevi.205210162@stu.untar.ac.id
3
Jurusan ilmu hukum, Fakultas Hukum, Universitas Tarumanagara
Email: richie.205210137@stu.untar.ac.id
4
Jurusan ilmu hukum, Fakultas Hukum, Universitas Tarumanagara
Email: patricia.205210052@stu.untar.ac.id
5
Jurusan ilmu hukum, Fakultas Hukum, Universitas Tarumanagara
Email: irfan.205210214@stu.untar.ac.id

ABSTRAK
Hampir semua negara di dunia memiliki konstitusi, baik tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi mengatur
antara lain pemisahan tugas dan wewenang masing-masing lembaga negara, pembatasan masa tugas eksekutif, masa
tugas presiden dan wakilnya serta perlindungan hak asasi manusia. Dewasa ini di Indonesia muncul wacana
perpanjangan masa tugas presiden menjadi 3 periode. Tanggapan terhadap wacana ini beragam. Ada yang
berpendapat setiap periodenya dibuat dengan jangka waktu yang lebih panjang. Sedangkan ada yang berpendapat
untuk menunda pemilihan umum dengan alasan Indonesia sedang masa pemulihan Covid-19. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode normatif dengan menggunakan bahan hukum primer dan sekunder. Dari
hasil penelitian ini, tanggapan masyarakat terhadap wacana perpanjangan masa jabatan presiden, terdapat 64,4
persen masyarakat tidak setuju terkait. Alasan yang mendasar atas ketidaksetujuan ini karena perpanjangan masa
tugas presiden untuk 3 periode merupakan tindakan inkonstitusional.

Kata Kunci: Konstitusi; Masa Jabatan; Otoriter; Pemerintahan; Presiden.

ABSTRACT
Almost all countries in the world have constitutions, both written and unwritten. Constitutions regulate
the separation of the division of authority of each state institution, the lenght of service of the president and his
deputy as well as the protection of human rights. Currently in Indonesia, there is a discourse on extending the
presidential term of office to 3 terms. Responses to this discourse varied. Some argue that each period is to be
made with a longer period of time. Meanwhile, others argue to postpone the general election on the grounds that
Indonesia is still recovering from Covid-19. This research was conducted using a normative method using
primary and secondary legal materials. Results of this study shows the public's response to the discourse on
extending the presidential term of office. About 64.4 percent of the population did not agree. The basic reason
for this disagreement is that the extension of the president's term of office for 3 terms is an unconstitutional act.

Keywords: Constitution; Length of service; Authoritarian; Government; President.

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang

Hampir semua negara di dunia memiliki sebuah konsensus nasional, yang dapat
berbentuk tertulis dan terkadang tidak tertulis yang mencakupi pengaturan pembentukan,
WACANA MEMPERPANJANG MASA JABATAN PRESIDEN: Vera Wheni Setijawati Soemarwi, et.al.
INKONSTITUSIONAL ATAU TIDAK?

pembagian wewenang dan pengoperasian lembaga negara yang juga meliputi perlindungan hak
asasi manusia, yang dikenal sebagai konstitusi.1 Menurut E. C. S. Wade, konstitusi adalah sebuah
dokumen yang mendefinisikan kerangka kerja dan fungsi utama badan pengatur negara dan
menjelaskan prinsip-prinsip yang memandu kegiatan badan-badan tersebut atau sebuah naskah
kerangka tugas serta fungsi prinsip organ-organ pemerintahan suatu negara dan menyatakan
prinsip-prinsip yang mengatur organ-organ. Pada Republik Indonesia ini, yang dimaksud oleh
konstitusi adalah konsensus nasional yang tidak lain dari, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan amandemen ke-4 dari Undang-Undang Dasar
1945 yang disahkan sebagai Undang-Undang dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945.

Dalam UUD 1945, lembaga presiden menduduki posisi yang signifikan, karena Presiden
Indonesia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. 2 UUD 1945 tersebut, hanya
menetapkan bahwa jabatan Presiden dan Wakil Presiden berlangsung selama lima tahun per
periode yang kemudian dapat dipilih ulang sebanyak satu kali.3

Soekarno, yang terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama pada 18
Agustus 1945, terus menjabat sebagai Presiden hingga 12 Maret 1967 (mendekati 22 tahun).
Dalam masa jabatannya, Soekarno hanya pernah berganti masa jabatan sebanyak dua kali,
sebagaimana jika menuruti UUD 1945 yang berlaku pada masanya, Soekarno setidaknya harus
berganti masa jabatan dan dipilih kembali sebanyak empat kali. Penyimpangan tersebut terjadi
karena dikeluarkannya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, TAP MPRS No.
III/MPRS/1963 tentang pengangkatan Pimpinan Besar Revolusi Indonesia yang mengangkat
Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia seumur hidup. Presiden Republik Indonesia
kedua, Soeharto, menjabat sebagai Presiden pada tanggal 27 Maret 1968 hingga tanggal 21 Mei
1998 (31 tahun). Pada masa kepresidenan kedua ini, Soeharto mematuhi Pasal 7 UUD 1945
dengan mengganti jabatan setiap lima tahun. Namun, Soeharto memanfaatkan kelemahan dalam
UUD 1945 untuk melanggengkan kekuasaannya.4 Sebagaimana ia selalu merupakan calon
presiden tunggal; satu-satunya calon.

Untuk menghentikan sistem kepemimpinan yang otoriter, telah dilakukan pembatasan


kekuasaan dengan amandemen pertama UUD 1945, yang setelah perjuangan, disahkan pada 19
Oktober 1999. Dilanjuti dengan amandemen kedua yang disahkan pada tanggal 18 Agustus
2000, amandemen ketiga yang disahkan pada tanggal 10 November 2001, dan amandemen yang
merupakan amandemen terakhir pada saat ini, amandemen keempat yang disahkan pada tanggal
10 Agustus 2002. Dalam amandemen UUD 1945 ini, menggunakan sistem trias politica dari
Montesquieu. Yakni pemisahan kekuasaan dengan membagi kekuasaan yang ada menjadi
menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Isu jabatan presiden tiga periode pertama muncul pada saat Presiden Republik Indonesia
keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat pada periode keduanya (periode 2009-
2014). Pada saat itu, isu tersebut berhenti tanpa ditindaklanjuti. Isu tersebut kembali muncul saat
pada masyarakat saat Presiden Republik Indonesia ketujuh, Joko Widodo menjabat pada periode
keduanya (periode 2019-2024). Terdapat beberapa macam ide pada masyarakat mengenai
jabatan presiden ini. Ada yang berpendapat presiden dan wakil presiden agar dapat menjabat

1 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, “Sejarah dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia”,


https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776, 13/8/2015, diakses pada tanggal 11/10/2022.
2 Juang Intan Pratiwi, Neneng Salamam dan Siti Ulfah, “Pembatasan Masa Jabatan Presiden di Indonesia,”
dalam Jurnal Rechten: Riset Hukum dan Hak Asasi Manusia, 3, 1 (2021), hlm. 18.
3 Undang-Undang Dasar 1945, sebelum amandemen, Pasal 7.
4 Pratiwi, “Pembatasan Masa Jabatan Presiden di Indonesia”, hlm. 19.
selama 3 periode, ada yang berpendapat bahwa setiap periodenya dibuat dengan jangka waktu
yang lebih panjang, sedangkan ada yang berpendapat untuk menunda pemilihan umum dengan
masa pemulihan Covid-19 sebagai alasan mendasarnya. Sehingga terdapat beberapa oknum
dalam negara Indonesia yang ingin mendorong amandemen kelima dari UUD 1945. Namun
apakah dengan dilakukannya amandemen kelima akan bertentangan dengan asas
konstitusionalisme yang telah dibangun pada masa reformasi dan asas-asas yang berlaku?

Melalui uraian di atas, penulis bertujuan untuk mengkaji hubungan wacana perubahan
masa jabatan presiden dan wakil presiden dengan teori konstitusionalisme dan kedaulatan rakyat,
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 101/PUU-XX/2022, serta mengkaji pengaruh perubahan
masa jabatan terhadap presiden dan wakil presiden. Maka dari itu, penulis mengambil judul
“Wacana Memperpanjang Masa Jabatan Presiden: Inkonstitusional atau Tidak?”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana wacana masa jabatan presiden menurut teori konstitusionalisme?
2. Bagaimana wacana masa jabatan presiden menurut teori kedaulatan rakyat?
3. Bagaimana dampak yang akan terjadi jika wacana masa jabatan terwujudkan?

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis metodologi penelitian normatif yang menggunakan
berbagai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti peraturan perundang-
undangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mencari bahan hukum pada topik
yang diidentifikasi dilaksanakan menggunakan penelusuran dokumen atau studi kepustakaan.
Pendataan ini merupakan pendataan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Sambil
mengumpulkan data, penulis juga melakukan penelitian di beberapa perpustakaan dan penelitian
di internet.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Wacana Perubahan Masa Jabatan Kepresidenan dan Konstitusionalisme
Konstitusionalitas ditetapkan sebagai dasar pembuatan konstitusi. Jika dibandingkan
dengan membangun rumah, konstitusionalisme dijadikan fondasi yang di atasnya adalah
konstitusi.5 Oleh karena itu dapat dipahami bahwa konstitusi dan konstitusionalisme adalah suatu
hal yang tidak terpisahkan. Konstitusionalisme. Andrew Heywood membagi konsep
konstitusionalisme menjadi wilayah yang sempit dan wilayah yang luas. Dalam pengertian yang
lebih sempit, konstitusionalitas hanya diartikan sebatas penyelenggaraan pemerintahan yang
dibatasi oleh konstitusi. Yakni, suatu negara mengikuti konstitusionalisme ketika memiliki
institusi negara dan proses politik negara yang secara efektif dibentuk dan dibatasi oleh
konstitusi. Pada saat yang sama, konstitusionalisme dalam arti luas adalah seperangkat nilai dan
indikasi dari aspirasi politik masyarakat serta refleksi dari keinginan untuk melindungi
kebebasan melalui sistem yang mengontrol kekuasaan pemerintah.

C.J. Friedrich menjelaskan bahwa “konstitusionalitas adalah sistem kelembagaan yang


efektif, pembatasan hukum atas tindakan pemerintah”, dengan kata lain, konstitusionalisme

5 M. Yasin Al-Arif, “Aktualisasi Paham Konstitusionalisme dalam Konstitusi Pasca Amandemen Undang-
Undang Dasar 1945,” dalam Pandecta, 12, 2 (2017), hlm. 174.
WACANA MEMPERPANJANG MASA JABATAN PRESIDEN: Vera Wheni Setijawati Soemarwi, et.al.
INKONSTITUSIONAL ATAU TIDAK?

adalah sistem kelembagaan yang efektif dan teratur yang membatasi tindakan pemerintah. Inti
dari konsep konstitusionalisme adalah pembatasan kewenangan (kekuasaan).6 M.P. Jain
mengatakan bahwa negara dapat memiliki konstitusi tetapi tidak mempraktikkan konsep
konstitusionalisme. Contohnya adalah negara yang diperintah oleh seorang diktator. Karena
pembatasan kekuasaan merupakan esensi dari konstitusionalisme yang biasanya dilaksanakan
melalui sistem check and balances.

Konstitusionalisme dapat diartikan sebagai paham negara yang melindungi terhadap hak
asasi manusia dan cara melindungi hak tersebut melalui pembentukan pemerintahan. 7
Konstitusionalisme sering diartikan sebagai paham pembatasan kekuasaan negara untuk
melindungi hak asasi manusia. Fungsi konstitusi juga meliputi pembatasan atau pemberian
pedoman tentang sejauh mana kekuasaan presiden didelegasikan dalam pelaksanaan kedaulatan
negara. Konsep konstitusionalisme menyebutnya dengan konsep “konstitusionalitas”. Maka
merupakan pelanggaran serius ketika masa jabatan presiden diperpanjang tanpa mengubah
konstitusi. Kalaupun konstitusi diamandemen, konstitusionalitas kehilangan landasannya jika
konstitusi yang mengatur perpanjangan masa jabatan presiden melanggar prinsip pembatasan
kekuasaan atau konstitusionalitas itu sendiri.

Jimly Assidiqie mengutip perkataan Lord Acton, “Power tends to corrupt and absolute
power corrupts absolutely”, yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kekuasaan yang
sewenang-wenang, dan dengan kekuasaan absolut kesewenang-wenangan juga absolut. Kutipan
dari Lord Acton ini benar-benar mencerminkan realitas kekuasaan dan itulah mengapa
pernyataan ini begitu terkenal. Memang sering kali kekuasaan disalahgunakan untuk kepentingan
atau keuntungan pribadi atau kelompok tertentu yang biasanya menjadi pemegang kekuasaan.
Semakin besar kekuasaan, semakin besar kemungkinan kesewenang-wenangan pihak penguasa.
Itulah mengapa sangat penting untuk membatasi otoritas.

Negara biasanya memiliki konsensus nasional yang disebut konstitusi atau Undang-
Undang Dasar. Negara-negara seperti Inggris yang tidak memiliki sebuah naskah konstitusi pun
tetap memiliki peraturan yang menjadi konstitusi.8 Konstitusi berlaku sebagai hukum dasar, atau
hukum dengan kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara. Konstitusi merupakan sebuah wadah
yang berisikan kesepakatan tentang dan untuk kehidupan bersama suatu komunitas masyarakat.
Cheryl Saunders, seorang Guru Besar Hukum Tata Negara pada Universitas Melbourne
mengatakan bahwa konstitusi lebih dari sekadar kontrak sosial… Ia adalah ekspresi dari
kehendak umum suatu rakyat. Ia adalah cerminan dari sejarah, ketakutan, keprihatinan, aspirasi
dan jiwa bangsanya.9 The New Oxford American Dictionary menjelaskan konstitusi sebagai
seperangkat prinsip dasar atau preseden yang ditetapkan untuk penyelenggaraan negara atau
organisasi lain,10 yang berfungsi sebagai pedoman dan dokumen referensi tingkat tertinggi dalam
kegiatan organisasi, baik dalam hal kenegaraan, organisasi atau organisasi lainnya. Menurut
Donald L. Horowitz, setiap konstitusi memiliki dua ciri-ciri, mekanik (mechanical) dan aspirasi
ideologi (ideological-aspiration). Ciri-ciri mekanik mengatur tugas dan wewenang organ-organ

6 Susu Dwi Hardjadi, Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia, https://pusdik.mkri.id, hlm. 10.
7 Moh. Mahmud MD, Konstitusionalisme dan Konstitusi di Negara Republik Indonesia,
https://pusdik.mkri.id, hlm. 2.
8 Jumadi, “Memahami Konsep Konstitusionalisme Indonesia,” dalam Jurnal Jurisprudentie, 3, 2, (2016),
hlm. 111.
9 Hardjadi, Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia, hlm. 4.
10 “Konstitusi,” The New Oxford American Dictionary, 2nd edition, Oxford University Press, 2005.
atau alat-alat kelengkapan negara, dan ciri-ciri aspirasi ideologi memuat tujuan-tujuan yang ingin
dicapai bersama oleh sebuah masyarakat.11

Batasan masa jabatan presiden telah ditetapkan di banyak negara di seluruh dunia.
George Washington, Presiden pertama Amerika Serikat membuat kebijakan tidak tertulis untuk
menolak masa jabatan ketiga pada tahun 1796. Namun, Franklin D. Roosevelt memanfaatkan
celah hukum mengenai masa jabatan Presiden Amerika Serikat dan memenangkan pemilihan
presiden tiga kali (dari 1932 sampai 1944).12 Kemudian, untuk menghindari hal yang sama
terjadi di bawah Presiden Franklin D. Roosevelt, batas masa jabatan presiden ke-2 di Amerika
Serikat ditetapkan dalam Amandemen ke-22 Konstitusi AS pada tahun 1951. Selain itu, banyak
negara lain seperti Amerika Latin telah berhasil menerapkan batas masa jabatan. Selama
munculnya diktator di Argentina pada tahun 1853, Meksiko pada tahun 1917 juga menetapkan
batasan masa jabatan untuk presiden. Indonesia juga menerapkan pembatasan masa jabatan
presiden dalam Amandemen Pertama UUD 1945. Pembatasan masa jabatan presiden merupakan
salah satu langkah untuk menjaga konstitusionalisme, pembentukan demokrasi dalam
masyarakat dan juga kewajiban konstitusional dalam peraturan. batasan masa jabatan presiden.13

Pengertian dari inkonstitusional adalah sebuah hal yang keluar dari apa yang diterangkan
dalam konstitusi atau undang-undang dasar. Dengan kata lain bertentangan dengan konstitusi,
atau dalam halnya negara Indonesia, bertentangan dengan UUD 1945. Maka dari itu, hemat
penulis selama belum dilakukan amandemen terhadap ketentuan UUD 1945 yang mengatur
mengenai pembatasan periode kepresidenan dan pelantikan kembali presiden, dapat dikatakan
bahwa masa kepresidenan 3 periode adalah inkonstitusional, sebuah bentuk pelanggaran
terhadap konstitusi sekaligus merupakan hukum yang dicita-citakan (ius constitutum) jika
memang hal tersebut merupakan kehendak masyarakat luas. Tepatnya pada Pasal 7 ayat (1) UUD
1945. Akan tetapi, peraturan perundang-undangan juga tidak menutup kebebasan berekspresi
seperti yang termaktub pada Pasal 28E ayat (3) UUD 1945, yang isinya adalah, setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

Jika negara menganut kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusionalnya


adalah rakyat, sedangkan jikalau negara tersebut menganut pemahaman kedaulatan raja, maka
ialah yang menjadi sumber legitimasi konstitusi.14 Indonesia adalah negara yang menganut
kedaulatan rakyat.15 Dari pengertian tersebut, keberlakuan konstitusi Indonesia berasal dari
kehendak rakyat. Jika mayoritas masyarakat Indonesia menghendaki amandemen (perubahan)
terhadap jangka waktu atau berapa masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan
ketentuan Bab XVI UUD 1945 yang mengatur tentang Perubahan Undang-Undang Dasar, maka
amandemen tersebut sangat memungkinkan untuk dilaksanakan. Sehingga jikalau dilakukan
amandemen perpanjangan masa jabatan presiden, atau penambahan dapat dipilih kembalinya
seseorang sebagai presiden atau wakil presiden, hal tersebut akan menjadi ‘konstitusional’.

Wacana Perubahan Masa Jabatan Kepresidenan dan Kedaulatan Rakyat


11 Hardjadi, Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia, hlm. 5.
12 Kristen McKie, “Presidential Term Limit Contravention: Abolish, Extend, Fail, or Respect,” dalam
Journal Comparative Political Studies, 52, 10 (2019), hlm. 1502
13 Pratiwi, “Pembatasan Masa Jabatan Presiden di Indonesia”, hlm. 18.
14 Al-Arif, “Aktualisasi Paham Konstitusionalisme,” hlm. 112.
15 Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, amandemen ke-4, Pasal 1 ayat
(2).
WACANA MEMPERPANJANG MASA JABATAN PRESIDEN: Vera Wheni Setijawati Soemarwi, et.al.
INKONSTITUSIONAL ATAU TIDAK?

Dari dasarnya, manusia diciptakan dengan memiliki sebuah kedudukan hak yang dapat
mengampu akan martabat sebagai layaknya seorang manusia. Hak tersebut kemudian dikenal
sebagai Hak Asasi Manusia. Sebagaimana tertera dalam Undang-Undang (UU) Pasal 1 Nomor 1,
dikatakan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara. 16 Maka dari situ, terbentuklah
struktur sosial dan dibutuhkannya kekuasaan yang digunakan untuk menjalankan struktur sosial
tersebut.17

Begitu juga yang tertulis dalam undang-undang di ayat selanjutnya yakni ayat (2), bahwa
Indonesia telah lama mengangkat teori kedaulatan rakyat. Kedaulatan mempunyai makna
“kekuasaan tertinggi atas pemerintahan negara, daerah, dan lainnya”. Secara singkat, kedaulatan
merupakan kekuasaan untuk terbentuknya hukum serta kekuasaan untuk memaksakan
pelaksanaannya, dan merupakan kekuasaan tertinggi yang dimiliki negara.18 Sehingga, teori
kedaulatan rakyat berarti kedaulatan negara dipegang oleh rakyat, dan rakyat lah yang
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di negara.19 Pada dasarnya pengertian kekuasaan
tertinggi dalam kedaulatan mempunyai arti yang abstrak, tunggal, total dan tidak terbagi dan
tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.20

Kedaulatan rakyat memiliki makna yakni hak untuk menentukan nasib sendiri, yang
menggambarkan sistem kekuasaan yang berlaku di negara, yang mengharuskan kekuasaan
tertinggi dipegang oleh rakyat.21 Jean Jacques Rousseau menyatakan bahwa kedaulatan rakyat
adalah suatu cara pemecahan masalah berdasarkan sistem tertentu yang memenuhi kehendak
umum, yang bertujuan tidak hanya pada semacam penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan dan
kehakiman, tetapi juga pada pembentukan kekuasaan. 22 Terkait dengan topik di atas, di sini kita
tahu bahwa rakyat juga berkenan untuk memilih suatu pembentukan aturan.

Demokrasi, dalam artian secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani, yakni “Demos
(rakyat)” dan “Kratos (pemerintahan)”, yang memiliki arti kekuasaan rakyat. Demokrasi
merupakan bentuk/sistem pemerintah yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan cara
memilih anggota-anggota dalam pemerintahan. Sebagaimana rakyat memegang kekuasaan
tertinggi dalam negara. Demokrasi sendiri dapat diartikan sebagai pemerintahan kerakyatan yang
memberdayakan rakyat untuk menggunakan hak penentuan nasib sendiri, baik secara langsung
maupun melalui perwakilan. Singkatnya, pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat, untuk rakyat.

Melvin J. Urofsky mengatakan dalam artikelnya “Prinsip Dasar Demokrasi” bahwa


sistem demokrasi adalah: Sistem yang sangat rumit, bahkan mungkin bentuk manajemen yang

16 Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 1 ayat (1).
17 Jimly Asshidiqie, “Demokrasi dan Hak Asasi Manusia,”
http://www.jimly.com/makalah/namafile/2/DEMOKRASI_DAN_HAK_ASASI_MANUSIA.doc, diakses
2/12/2022.
18 C.F. Strong, Modern Political Constitution : An Introduction to The Comparative Study of Their
History and Existing Form (Amerika: Prentice Hall, 1950), hlm. 6
19 Jimly Asshidiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia,
(Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), hlm. 11
20Saldi Isra, Demokrasi Konstitusional: Praktik Ketatanegaraan Indonesia setelah perubahan UUD 1945,
Jakarta: Jakarta Konstitusi Pers, 2012. hlm. 11
21 Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 7.
22 Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 7.
paling rumit atau sulit. Demokrasi tidak dirancang untuk efisiensi tetapi untuk akuntabilitas,
pemerintahan yang demokratis mungkin tidak dapat bertindak secepat pemerintahan diktator
tetapi jika itu terjadi dapat diatur bahwa ada publisitas untuk langkah tersebut. Demokrasi
bukanlah produk akhir, melainkan sesuatu yang terus tumbuh dan berkembang.23

Kekuasaan negara harus mengikuti kepada kehendak rakyat terbanyak, karena rakyat
sebagai kekuasaan tertinggi. Rakyat berhak dalam memilih anggota-anggota pemerintahan dan
anggota-anggota yang dipilih akan dipercayakan supaya dapat menjalankan dan membawa
kepentingan-kepentingan rakyat dengan baik. Rakyat pun yang membatasi kekuasaan
pemerintahan, entah mereka dapat menambah atau mencabut jumlah anggota. Jika demikian,
terkait penambahan, penundaan dan pengurangan masa jabatan presiden hanya bisa dilakukan
jika rakyat berkenan. Jika mayoritas rakyat tidak menyetujui akan penambahan masa jabatan
presiden, pemilihan umum akan diadakan selayaknya telah diadakan dahulu.

Isu terkait perubahan masa jabatan presiden, terlebih mengenai penundaan pemilu tahun
2022 selama satu sampai dua tahun, disinggung pertama kalinya oleh Ketua Umum Partai
Kebangkitan Bangsa, yakni Muhaimin Iskandar. Muhaimin Iskandar menyatakan bahwa untuk
saat ini, rakyat Indonesia masih membutuhkan Jokowi. Isu ini pun didukung oleh beberapa ketua
umum sebuah partai politik pendukung pemerintah. Partai tersebut mengatakan bahwa
penundaan pemilu perlu diberi pertimbangan demi momentum perbaikan perekonomian
Indonesia semasa waktu pandemi Covid-19. Bukan hanya itu, tetapi banyak dari rakyat yang
menyetujui peninjauan ulang ini, dengan alasan bahwa sampai sejauh ini, masih belum ada
seseorang yang dapat menanggulangi bencana saat pandemi Covid-19 melanda.

Dampak Jika Wacana Masa Jabatan Kepresidenan Direalisasikan


Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 7 yang mengatur tentang masa jabatan
presiden dan wakil presiden hanya lima tahun dalam satu periode, jika diperpanjang masa
presiden dan wakil presiden akan merusak tatanan demokrasi yang sudah dibangun. 24 Pasca
Perubahan Keempat UUD 1945, pemilihan langsung menyusul reformasi Presiden dan Wakil
Presiden muncul di Indonesia untuk menuntut mundurnya mantan Presiden Soeharto, salah satu
tuntutannya adalah batasan kekuasaan presiden terkesan mutlak dan sewenang-wenang.25 Hasil
survei Populi Center menunjukkan sebanyak 64,4 persen responden dari seluruh Indonesia yang
tidak setuju tentang wacana perpanjang masa presiden menjadi 3 periode. Wacana masa jabatan
jelas menimbulkan diskursus dalam masyarakat, timbulnya kekhawatiran masyarakat akan ada
kediktatoran.
Dari perspektif ekonomi-politik, pengusul penundaan pemilu bertanggapan jika
pelaksanaan pemilihan umum bisa mengganggu stabilitas negara. 26 Namun jika terjadi
penundaan pemilu, maka terjadi perpanjang masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden artinya
23 Melvin J. Urofsky dalam King Faisal Sulaiman, Teori Dan Hukum Konstitusi, Bandung: Nusa Media,
2018., hlm. 110.
24 M Julnis Firmansyah, "Bahaya Masa Jabatan Presiden Diperpanjang,"
https://nasional.tempo.co/read/1564577/bahaya-masa-jabatan-presiden-diperpanjang-pakar-pemerintah-korup-
dan-otoriter, 25/2/2022, diakses pada tanggal 1/12/2022.
25 Ismazen Emshaliha, "Gagasan Perpanjangan Masa Jabatan Presiden 3 Periode Dihubungkan Dengan
UUD Tahun 1945," dalam Jurnal Hukum, 3, 1 (2022), hlm 6.
26 Suyitno Arman, "Pemilihan Umum tetap dilaksanakan atau ditunda",
https://tulungagung.bawaslu.go.id/tak-berkategori/pemilu-2024-tetap-dilaksanakan-atau-ditunda/, 14/3/2022,
diakses pada tanggal 1/12/2022.
WACANA MEMPERPANJANG MASA JABATAN PRESIDEN: Vera Wheni Setijawati Soemarwi, et.al.
INKONSTITUSIONAL ATAU TIDAK?

itu adalah inkonstitusional, ditambah dengan masa jabatan MPR, DPR, DPD, dan DPRD juga
menambah, Konstitusi di Indonesia akan melemah seiringnya waktu. Ketika penundaan pemilu
tertunda, pendidikan politik akan memburuk dan mengancam demokrasi serta ekonomi.27
Pemerintahan akan semakin otoriter sehingga membuat masyarakat resah dan terkekang
jika dibiarkan akan terulangnya kejadian yang tidak mengenakan untuk diingat yaitu kejadian
1998 yang menjadi mimpi buruk bagi masyarakat Indonesia. kepemimpinan otoriter yang di
mana gaya pimpinan yang berfokus pada semua keputusan dan kebijakan diri sang penguasa atau
yang memiliki hak untuk memimpin secara penuh, terbalik dengan teori kedaulatan rakyat yang
memegang kekuasaan tinggi di negara Indonesia saat ini. Segala pembagian tugas dan tanggung
jawab dipegang oleh sang pemimpin, sedangkan para bawahan hanya menjalankan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan oleh sang pemimpin,28 membuat jarak antara pemerintahan dan
rakyat semakin melebar karena keterbatasan pendapat yang tidak bisa menyuarakan aspirasi
mereka.
Otoritas mengacu pada hubungan antara orang-orang di mana satu orang menganggap
orang lain lebih tinggi atau lebih rendah dari mereka. Dalam banyak kajian, otoriter merupakan
kata yang lebih sering digunakan dalam dunia politik yang berarti pemerintahan yang dipimpin
oleh satu orang atau sekelompok kecil yang menuntut kepatuhan mutlak dari mayoritas atau dari
masyarakat secara keseluruhan. Namun kata otoriter dalam pengertian politik sering disamakan
dengan kata totaliter, otoriter, pemerintahan diktator atau secara praktis diasosiasikan dengan
naziisme dan fasisme. Karena hakikat otoritarianisme adalah kontrol mutlak terhadap seluruh
anggota masyarakat dan mengingkari adanya proses dialogis, kata ini sering dikontraskan
dengan demokrasi.
Perdebatan perpanjangan masa jabatan presiden memang mudah untuk memperkuat
partai politik Indonesia, terutama bagi partai-partai yang bisa diraih sebagai partai berkuasa,
namun perdebatan perpanjangan masa jabatan presiden harus disetujui rakyat, bukan
inkonstitusional. Ada banyak kekhawatiran tentang perdebatan ini yang dikhawatirkan akan
menjadi penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang dan akan ada kepentingan dalam aksi politik
yang hanya menguntungkan mereka yang diuntungkan darinya. Oleh karena itu, pembahasan
tentang batas waktu tiga tahun harus dievaluasi dan diperhatikan dengan sangat amat teliti
terlebih dahulu, agar tidak terjadi hal buruk pada sistem pemerintahan Indonesia.29
Setiap keputusan yang dibuat pemerintah adalah berdasarkan pada golongan terbanyak.
Perlu diketahui kedaulatan rakyat ada karena untuk menyeimbangi atau menyaingi kekuasaan
tunggal pemimpin negara. Keputusan mayoritas dalam kedaulatan rakyat tidak selalu benar
karena akan mendahulukan rakyat mayoritas daripada rakyat minoritas.30 Permusyawaratan dan
perwakilan yang tertulis di dalam Pancasila sila ke-5 yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.” tercermin dari terpilihnya para
wakil masyarakat yang bertugas untuk mewakili rakyat dan mendengarkan aspirasi dari
masyarakat dalam menjalankan lembaga-lembaga negara.31

27 Rusdianto Sudirman, "State of Emergency," www.ianpare.ac.id, 8/3/2022, diakses pada tanggal


1/12/2022.
28 Patricia Dhiana Paramita, "Gaya Kepemimpinan (Style of Leadership)," dalam Jurnal Hukum, 9, 21
(2011), hlm. 2.
29 Pratiwi, “Pembatasan Masa Jabatan Presiden Di Indonesia,” hlm. 9.
30 Annisa Fianni Sisma, “Memahami Makna Kedaulatan Rakyat dan Penerapannya di Indonesia,"
https://katadata.co.id/agung/berita/63634bd5d7476/memahami-makna-kedaulatan-rakyat-dan-penerapannya-di-
indonesia, 3/11/2022, diakses pada tanggal 1/12/2022.
31 Hukumonline, “Teori Kedaulatan Rakyat dan Penerapannya di Indonesia,”
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa amandemen Undang Undang Dasar
mengenai penambahan dapat dipilih kembalinya seorang Presiden dan Wakil Presiden,
penundaan pemilihan umum, dan perpanjangan masa jabatan presiden ada ditangan rakyat. Hal
tersebut sesuai dengan bunyinya Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara
Republik Indonesia menganut kedaulatan rakyat. Teori kedaulatan rakyat adalah teori yang
menjadi landasan dasar demokrasi, di mana ia menyatakan bahwa rakyatlah yang memiliki
kekuasaan tertinggi dalam suatu negara berada di tangan rakyat, setiap keputusan yang dibuat
pemerintah adalah berdasarkan pada golongan terbanyak kedaulatan rakyat kemudian diberi
pengertian sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Banyak dari rakyat
yang tidak setuju akan diperpanjangnya masa jabatan presiden, untuk menghindari
kemungkinan-kemungkinan terbentuknya penguasa yang diktator dan menjaga citra semangat
masa reformasi.

Saran
Penulis memberikan saranan agar wacana perpanjangan masa jabatan dapat segera
diluruskan sesuai dengan konstitusi dan untuk ditetapkan agar tidak akan timbul wacana serupa
di masa yang akan datang, kecuali kehendak masyarakat luas. Konstitusi haruslah benar-benar
dijadikan sebagai sokoguru atau dasar bagi pelaksanaan negara hukum yang demokratis dan
sekaligus sebagai penjamin daripada demokrasi itu sendiri. Sehingga menjadi sangat penting
untuk menjaga, melindungi, bahkan memperkuat esensi daripada konstitusi dan demokrasi itu
sendiri agar tidak melenceng dari nilai-nilainya yang mendasar dan prinsipiil, sehingga
penyelenggaraan negara menjadi tertuju pada cita-cita dan tujuan berdirinya negara.

Ucapan Terima Kasih (Acknowledgement)


Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkatnya kami, penulis dapat
menyelesaikan Makalah Penelitian berjudul “Wacana Memperpanjang Masa Jabatan Presiden:
Inkonstitusional atau Tidak?” dengan tepat waktu. Dalam proses penulisan makalah ini, kami,
penulis telah memperoleh banyak petunjuk, saran, serta bantuan dari berbagai pihak. Maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing mata kuliah Hukum Kenegaraan kelas C1, Vera Wheni S. S.H., LL.M., yang
memberikan kami kesempatan untuk memulai penelitian ini, Pembimbing Penulisan Makalah,
Yeremia Wijaya, serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu yang
telah membantu diselesaikannya penelitian ini.

REFERENSI

Buku, Jurnal, Artikel, Internet


Al-Arif, M.Y. (2017). Aktualisasi Paham Konstitusionalisme dalam Konstitusi Pasca
Amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Pandecta, 12, 2.
Arman, S. (2022). "Pemilihan Umum tetap dilaksanakan atau ditunda".
https://tulungagung.bawaslu.go.id/tak-berkategori/pemilu-2024-tetap-dilaksanakan-atau-
ditunda/, 14/3/2022. Diakses 1/12/2022.

https://www.hukumonline.com/klinik/a/teori-kedaulatan-rakyat-dan-penerapannya-di-indonesia-
lt6253d44134e73#ftn4, 11/4/2022, diakses pada tanggal 1/12/2022.
WACANA MEMPERPANJANG MASA JABATAN PRESIDEN: Vera Wheni Setijawati Soemarwi, et.al.
INKONSTITUSIONAL ATAU TIDAK?

Asshidiqie, J. “Demokrasi dan Hak Asasi Manusia”.


http://www.jimly.com/makalah/namafile/2/DEMOKRASI_DAN_HAK_ASASI_MANUSI
A.doc. Diakses 2/12/2022.
__________. (1994). Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di
Indonesia. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.
Emshaliha, I. (2022). Gagasan Perpanjangan Masa Jabatan Presiden 3 Periode Dihubungkan
Dengan UUD Tahun 1945. Jurnal Hukum. 3, 1.
Firmansyah, M.J. (2022). "Bahaya Masa Jabatan Presiden Diperpanjang,"
https://nasional.tempo.co/read/1564577/bahaya-masa-jabatan-presiden-diperpanjang-
pakar-pemerintah-korup-dan-otoriter, 25/2/2022. Diakses 1/12/2022.
Hardjadi, S.D. “Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia,” https://pusdik.mkri.id.
Hukumonline. (2022). “Teori Kedaulatan Rakyat dan Penerapannya di Indonesia,”
https://www.hukumonline.com/klinik/a/teori-kedaulatan-rakyat-dan-penerapannya-di-
indonesia-lt6253d44134e73#ftn4, 11/4/2022, diakses 1/12/2022.
Pratiwi, J.I. ., et.al. (2021). Pembatasan Masa Jabatan Presiden di Indonesia. Jurnal Rechten:
Riset Hukum dan Hak Asasi Manusia. 3, 1.
Isra, S. (2012). Demokrasi Konstitusional: Praktik Ketatanegaraan Indonesia setelah perubahan
UUD 1945, Jakarta Konstitusi Pers, Jakarta.
Jumadi. (2016). Memahami Konsep Konstitusionalisme Indonesia. Jurnal Jurisprudentie. 3, 2.
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. (2015). “Sejarah dan Perkembangan Konstitusi di
Indonesia”. https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776, 13/8/2015.
Diakses 11/10/2022.
Maltz, G. (2017). The case for presidential term limits. Journal of democracy. 18, 1.
McKie, K. (2019). Presidential Term Limit Contravention: Abolish, Extend, Fail, or Respect.
Journal Comparative Political Studies, 52, 10.
MD, M.M. "Konstitusionalisme dan Konstitusi di Negara Republik Indonesia".
https://pusdik.mkri.id.
Paramita, P.D. (2011). Gaya Kepemimpinan (Style of Leadership). Jurnal Hukum. 9, 21.
Sisma, Annisa FIanni. (2022). “Memahami Makna Kedaulatan Rakyat dan Penerapannya di
Indonesia”, https://katadata.co.id/agung/berita/63634bd5d7476/memahami-makna-
kedaulatan-rakyat-dan-penerapannya-di-indonesia, 3/11/2022, Diakses 1/12/2022.
Strong, C.F. (1950). Modern Political Constitution : An Introduction to The Comparative Study
of Their History and Existing Form. Prentice Hall, Amerika.
Sudirman, R.. (2022). "State of Emergency," www.ianpare.ac.id, 8/3/2022. Diakses 1/12/2022.
The New Oxford American Dictionary. (2005). 2nd edition. Oxford University Press, Inggris.
Urofsky, M.J. (2018). Teori dan Hukum Konstitusi. Nusa Media, Bandung.

Peraturan
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, amandemen ke-4,
Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 75.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Lembaran
Negara Tahun 2017 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6109.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886.
Republik Indonesia, Mahkamah Konstitusi. Putusan Nomor 101/PUU-XX/2022, 22/11/2022,
perkara Pengujian Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Anda mungkin juga menyukai