Anda di halaman 1dari 3

Kontra Presiden 3 Periode

Anggota kelompok:
1. Adelia Purnamasari
2. Britna Ramadhona
3. Fakhri Naufal khalis
4. Raditya Adjie P
5. Tengku Ahmadiansyah

Munculnya wacana mengenai masa jabatan presiden 3 periode


merupakan hal yang memprihatinkan. Sebab, masih banyak wacana
strategis yang bisa dibahas di ruang publik dalam rangka
menyempurnakan sistem ketatanegaraan. Karena pembatasan masa
jabatan 2 periode ini merupakan spirit munculnya gerakan reformasi
1998. Setidaknya ada 3 alasan mengapa jabatan presiden dibatasi
paling banyak 2 periode

Pertama, bangsa Indonesia pernah merasakan traumatik saat UUD


1945 asli. Di Pasal 7 tidak diatur secara jelas mengenai masa jabatan
presiden.
"Dalam praktiknya, ketidakjelasan pengaturan masa jabatan tersebut
telah mengantarkan bangsa Indonesia bukan menjadi negara demokrasi
melainkan mengalami periode Otoritarianisme yang ditandai masa
jabatan presiden tidak terbatas dengan praktik koruptif dan kolutif yang
menyertainya. Untungnya kemudian gerakan reformasi 1998 berhasil
menumbangkan pemerintahan otoriter tersebut," papar Bayu.

Agenda awal gerakan reformasi adalah membentuk Ketetapan MPR


Nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden Republik Indonesia yang kemudian pembatasan masa
jabatan tersebut lebih diperkuat di perubahan pertama UUD 1945, yaitu
di Pasal 7 Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima
tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama,
hanya untuk satu kali masa jabatan.
Dengan demikian, ide masa jabatan presiden 3 periode jelas
bertentangan dengan spirit yang melahirkan gerakan reformasi dan
pihak yang melontarkan ide tersebut adalah pihak yang ingin
memutarbalikkan agenda reformasi.

Kedua, salah satu ciri negara demokrasi adalah adanya sirkulasi


kepemimpinan yang terjaga. Yaitu bukan hanya pemilu melainkan
aturan hukum harus membatasi jabatan publik tertentu tidak diisi orang
yang sama dalam waktu yang terlalu lama.

Hukum harus memastikan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan


yang sama untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Pembatasan masa
jabatan presiden 2 periode tersebut adalah bagian dari menjaga negara
Indonesia sebagai negara demokrasi dimana pembatasan yang
demikian tersebut diterima dalam praktik HAM secara universal dan
bukan dianggap sebagai pembatasan HAM
Ketiga, ciri sistem pemerintahan presidensial secara umum adalah
jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan dipegang oleh
Presiden. Kemudian Presiden dipilih langsung oleh rakyat untuk masa
jabatan tertentu yang bersifat tetap. Selain itu, Presiden tidak
bertanggung jawab kepada parlemen dan sebaliknya Presiden tidak
dapat membubarkan parlemen, dan presiden memimpin secara
langsung pemerintahan yang dibentuknya.

Mengenai berapa periode masa jabatan presiden maka praktik negara


yang menganut sistem presidensial adalah mayoritas mengatur paling
banyak 2 periode.
Dalil masa jabatan presiden 3 periode diperlukan dalam rangka
memastikan kesinambungan pembangunan sebenarnya bisa dicarikan
solusi lain. Yaitu dengan cara melakukan reformulasi perencanaan
pembangunan nasional yang ada saat ini.

Refomulasi ini dilakukan dengan membuat haluan pembangunan


nasional yang berlaku untuk jangka panjang yang dibungkus dengan
produk hukum kuat sehingga tiap ganti presiden maka Presiden baru
dalam menyusun program pembangunan berdasarkan janji
kampanyenya tidak menyimpang dari haluan pembangunan nasional
yang telah disepakati bersama oleh segenap komponen bangsa
tersebut.
Jika terealisasi, usulan masa jabatan presiden 3 periode ini jelas bentuk
pelanggaran terhadap Konstitusi. Sebab Pasal 22E ayat (1) UUD 1945
telah menegaskan bahwa Pemilu dilakukan lima tahun sekali dan pada
Pasal 7 UUD 1945 mengatur bahwa masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden bersifat tetap yakni lima tahun dan hanya dapat dipilih kembali
untuk satu kali masa jabatan.

Anda mungkin juga menyukai