Anda di halaman 1dari 4

PAPER

KONSTITUSI
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:
M. Thoriq Aqilalhasib Samas 19050754041
Bramantiyo Hari 19050754079
Wisnu Agung Mahfianto 17050754065

Dosen Pengampu:
Theodorus Wiyanto Wibowo

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
ISI BAB
KONSTITUSI

Pengertian Konstitusi adalah hukum dasar yang didirikan sesuai dengan negara yang
mengatur. Dengan kata lain, kumpulan prinsip yang mengatur Pemerintah (Pemerintahan), hak yang
diperintah (rakyat), dan hubungan diantaranya. Di ketatanegaraan NKRI istilah konstitusi adalah
UUD.

Tujuan konstitusi adalah pedoman penyelenggaraan negara. Bentuk lembaga negara, Tugas
pemerintah dan menjamin hak rakyat, dan segala aspek kehidupan di dalamnya. Konstitusi juga
penting untuk Bukti sejarah perjuangan dan arah kepada generasi penerus bangsa.

Sifat Konstitusi
 Luwes (Flexible) dan Kaku (Rigid)
Konstitusi dapat dikatakan fleksibel jika mudah/memungkinkan untuk berubah sesuai dengan
perkembangan sehingga mampu mengikuti zaman nya dan Rigid jika sulit untuk
mengubahnya.
 Tertulis dan Tidak Tertulis
Tertulis berarti konstitusi bersifat kodifikasi yang ditulis/digabung dalam bentuk
buku/dokumen. Sementara itu tidak tertulis berarti konstitusi berupa bentuk dari perilaku
kenegaraan yang dilakukan dari kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul (Konvensi).

Nilai-Nilai Konstitusi
 Nilai Normatif
Resmi diterima oleh suatu bangsa dan realitanya berlaku dalam masyarakat secara efektif.
 Nilai Nominal
Secara hukum berlaku, namun realitanya tidak sempurna. Karena pasal tertentu tidak berlaku
bagi seluruh wilayah negara.
 Nilai Semantik
Secara hukup tetap berlaku, namun hanya sebagai wadah dan sekedar melaksanakan
kepentingan pihak penguasa. Biasanya Penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat untuk
melaksanakan kekuasaan politik.

Perubahan Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia


1. UUD 1945 (18 Agustus 45 - 27 Desember 49)
2. Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 49 - 17 Agustus 50)
3. UUDS 1950 (17 Agustus 50 - 5 Juli 59)
4. UUD 1945 (5 Juli 59 - Sekarang)
Orde lama (59), Orde baru (66), Amandemen I (99), II (00), III (01), dan IV (02).

Perubahan dapat dilakukan oleh kekuasaan legislatif, rakyat, lembaga khusus, negara bagian atau
kebiasaan ketatanegaraan.
CONTOH KASUS
Wacana Amandemen Ke-5 UUD 45

KOMPAS.com - Wacana amandemen UUD 1945 kembali menghangat dalam beberapa bulan terakhir,
terutama sejak PDI Perjuangan menyatakan dukungan kepada Bambang Soesatyo menjadi Ketua MPR
RI 2019-2024. Dukungan tersebut bukan tanpa syarat.

Satu dari lima syarat yang disampaikan adalah meminta Bambang mendukung kelanjutan rencana
amandemen terbatas UUD 1945 untuk menghidupkan kembali haluan negara melalui Ketetapan MPR.
Hingga kini, ada enam jenis wacana yang berkembang perihal amandemen UUD 1945.

Mengutip dari Kompas.com (26/11/2019), Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang
Soesatyo mengungkapkan keenam wacana yang berkembang sebagai berikut: Kembali ke UUD 1945
yang asli kemudian diperbaiki dan disempurnakan melalui adendum Kelompok yang menginginkan
kembali ke UUD 1945 yang asli sesuai dekrit Presiden 1959 Melakukan penyempurnaan atas hasil
amandemen keempat UUD 1945 tahun 2002 Perubahan total atas UUD 1945 hasil amandemen
keempat pada 2002 Mendorong amandemen terbatas dan mendorong untuk lahirnya kembali Garis-
garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Amandemen belum diperlukan karena UUD 1945 masih memadai dan masih mengakomodasi
kehidupan bangsa ke depannya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pro Kontra Wacana Amandemen UUD
1945", https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/28/063500865/pro-kontra-wacana-amandemen-uud-
1945.
Penulis : Vina Fadhrotul Mukaromah
Editor : Resa Eka Ayu Sartika
KOMENTAR
KELOMPOK KAMI

Kami tidak setuju dengan wancana tersebut karena terdapat usulan yang berbahaya. Seperti
MPR semakin Kuat, menghidupkan GBHN, dan Jabatan Presiden 3 Periode. Hal ini berpontesi
penyalahan keuasaan secara besar-besaran di Indonesia. Sejarah membuktikan berbahayanya panjang
jabatan Presiden. Kita tidak ingin kejadian itu terulang kembali
Perjuangan negeri kita merombak Bentuk Lembaga dan pembatasan masa jabatan presiden
dua periode didapat melalui reformasi yang sangat panjang penuh dengan perjuangan. Kita tidak
dapat melupakan proses reformasi tersebut.
Selain itu amandemen UUD 1945 ini akan berdampak pada Undang-undang yang lain, yang
belum tentu sesuai dengan yang diharapkan oleh rakyat. Bisa jadi semakin mempersulit gerak rakyat.

Anda mungkin juga menyukai