Anda di halaman 1dari 11

10 Dampak Positif dan Negatif Globalisasi | Arus globalisasi yang melanda seluruh dunia

mempunyai dampak bagi bidang sosial budaya suatu bangsa. Pada awalnya, globalisasi hanya
dirasakan di kota-kota besar di Indonesia. Namun dengan adanya kemajuan teknologi,
komunikasi, informasi, dan transportasi globalisasi juga telah menyebar ke seluruh penjuru
tanah air. Arus globalisasi yang penyebarannya sangat luas dan cepat tersebut membawa
dampak positif dan negatif. Dampak positif globalisasi, antara lain sebagai berikut.
A). Dampak Positif Globalisasi :
1. Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa
kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya.
2. Kemajuan teknologi menyebabkan kehidupan sosial ekonomi lebih produktif, efektif,
dan efisien sehingga membuat produksi dalam negeri mampu bersaing di pasar
internasional.
3. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik.
4. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik.
5. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri.
6. Kemajuan di bidang teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi yang
memudahkan kehidupan manusia.
7. Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi).
8. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan.
9. Berkembangnya turisme dan pariwisata.
10. Meningkatkan pembangunan negara.
B). Dampak Negatif Globalisasi :
1. Semakin mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melalui internet, media
televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru oleh masyarakat.
2. Semakin lunturnya semangat gotong-royong, solidaritas, kepedulian, dan
kesetiakawanan sosial sehingga dalam keadaan tertentu/ darurat, misalnya
sakit,kecelakaan, atau musibah hanya ditangani oleh segelintir orang.
3. Maraknya penyelundupan barang ke Indonesia.
4. Perusahaan dalam negeri lebih tertarik bermitra dengan perusahaan dari luar,
Akibatnya kondisi industri dalam negeri sulit berkembang.
5. Terjadi kerusakan lingkungan dan polusi limbah industri.

6. Menghambat pertumbuhan sektor industri.


7. Terjadinya sikap mementingkan diri sendiri (individualisme)
8. Adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dan
mengabaikan nilai-nilai agama.
9. Timbulnya sikap bergaya hidup mewah dan boros karena status seseorang di dalam
masyarakat diukur berdasarkan kekayaannya.
10. Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan
suatu negara

Pilpres 2014, terutama setelah ditetapkannya presiden dan wakil presiden terpilih oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU), memunculkan pembelajaran politik baru di dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan demokrasi di Indonesia.Hal itu dapat dilihat dari
munculnya kata posisi penyeimbang pemerintah, sebagaimana dibangun Koalisi Merah Putih,
yakni kelompok partai pendukung capres-cawapres Prabowo-Hatta. Mereka terdiri dari
Gerindra, Golkar, PKS, PAN, PPP dan PBB.
Di luar itu, ada PDIP, Hanura, Nasdem dan PKB yang mengatasnamakan dirinya Koalisi
Rakyat. Yakni koalisi pendukung presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf
Kalla. Kita mengetahui bahwa sistem pemerintahan suatu negara dibangun dari
perkembangan sosial dan politik masyarakatnya sebagai warga negara. Kebanyakan sistem
pemerintahan yang berkembang di belahan dunia menganut konsep kedaulatan rakyat dengan
tafsiran berbeda-beda.
Di negara barat misalnya. Rakyat yang berdaulat dianggap bertindak melalui wakil-wakilnya
yang dipilih secara berkala. Eksekutif bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat
dengan sistem parlementer dan presidensial. Dalam sistem parlementer, kedaulatan rakyat
dan akuntabilitas tercermin jelas ketika kabinet kehilangan dukungan parlemen, maka digelar
pemilu untuk membentuk kabinet baru. Tanggung jawab politik (political responsibility)
bersifat langsung dan sempit.
Kemudian sistem presidensial, di mana masa jabatan eksekutif tidak bergantung pada
dukungan parlemen, tapi ditetapkan untuk masa tertentu. Badan legislatif tidak dapat
menjatuhkan eksekutif, dan sebaliknya eksekutif tidak dapat membubarkan parlemen. Sistem
ini disebut Baron Secondat de Montesquieu sebagai trias politika.
Menurut Montesquieu, masing-masing fungsi pemerintahan mempunyai posisi tidak saling
menjatuhkan. Keduanya melakukan tugas sesuai fungsinya. Legislatif, eksekutif dan
yudikatif mempunyai kedudukan seimbang (checks and balances). Apabila terjadi konflik
antara legislatif dengan eksekutif, maka eksekutif tidak langsung bisa jatuh. Perubahan

pimpinan negara dilakukan melalui pemilu pada akhir masa jabatan. Namun dalam hal
bersifat khusus, presiden dapat di-impeach oleh badan legislatif karena terlibat masalah
pidana.
Sejalan dengan perubahan konstitusi, Indonesia sebetulnya pernah menganut sistem
pemerintahan presidensial maupun parlementer. Ini tidak lepas dari kondisi negara kita yang
berlangsung pada era UUD 1945, UUD RIS, UUDS 50 dan terakhir kembali ke UUD
1945.Sistem pemerintahan yang berjalan saat ini adalah presidensial, di mana kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilakukan berdasarkan Undang-undang. Pada perkembangan
setelah reformasi, tahun 2002 terjadi perbedaaan tajam antara legislatif dengan eksekutif yang
berakhir pada lengsernya Presiden RI Gus Dur yang digantikan Wakil Presiden Megawati
Soekarno Putri.
Peristiwa itu adalah sebuah tragedi pemerintahan dan jalan gelap kepemimpinan nasional
sekaligus ujian terhadap konstitusi UUD 1945. Berdasarkan pengalaman di Indonesia,
legislatif dapat memberhentikan presiden.
Kembali pada posisi penyeimbang yang dicetuskan Koalisi Merah Putih. Hal itu bisa
diartikan bahwa nantinya koalisi ini akan mengkritisi jalannya pemerintahan, berupa
kebijakan dan program yang akan dijalankan oleh Jokowi-JK.
Bagi pemerintah Jokowi-JK kondisi ini merupakan suatu risiko politik yang harus diterima
karena partai pengusung tidak memperoleh suara signifikan di parlemen . Dengan demikian,
dari sekarang pemerintahan Jokowi-JK tentu perlu merumuskan langkah-langkah strategis.
Terutama dalam mengelola dinamika politik yang berkembang di DPR (parlemen). Paling
utama adalah mengembangkan komunikasi politik di parlemen, dengan berupaya bekerja
sama dengan legislatif sehingga program yang telah dicanangkan selama kampanye dapat
dilaksanakan.
Tidak perlu gengsi dan segan, apalagi sampai membiarkan bola liar terus menggelinding
tanpa arah yang pada gilirannya sampai akhir periode lima tahun tanpa ada hasil yang
dicapai. Ini jelas suatu keniscayaan dan tentu saja tak diinginkan Jokowi-JK.
Hambatan utama pemerintahan Jokowi-JK nanti adalah sikap kritis berlebihan dari koalisi
penyeimbang sehingga program-programnya dimentahkan di parlemen. Hal itu pernah
dialami Presiden Barack Obama yang kalah di senat ketika mengajukan program bidang
kesehatan berlabel Obama Care. Partai Republik mengkritisi dan menentang keras program
tersebut. Setelah melalui berbagai upaya keras di kongres, akhirnya Partai Demokrat berhasil
juga meloloskan program itu. Obama puas dengan hasil tersebut, tapi dia juga mengaku lelah
dan cukup mempengaruhi percepatan kinerja kabinetnya.
Kita tentu khawatir jika hal serupa dialami presiden terpilih yang akan mulai bekerja pada 20
Oktober nanti. Misalnya Jokowi-JK telah menyiapkan paket program Indonesia Sehat dan
Indonesia Pintar serta program lainnya yang ditunggu-tunggu rakyat. Apabila tidak

dikomunikasikan dengan baik, maka program tersebut bakal mengalami hambatan di DPR.
Apalagi jika programnya memiliki banyak kelemahan dan dinilai berpotensi merugikan
rakyat, seperti menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), dan lainnya.
Kejadian buruk di Eropa Timur yang rezimnya bergantung pada keseluruhan sistim politik,
termasuk sistem pemilihan dan parlemennya, diharapkan tidak terjadi di Indonesia. Sebab
bangsa kita dipagari suatu demokrasi yang khas yaitu Demokrasi Pancasila yang
mengedepankan musyawarah dan gotong-royong di atas segala-galanya.Dalam tata tertib
DPR tercantum beberapa hak kontrol, mencakup hak untuk bertanya, minta penjelasan,
interpelasi, menyatakan pendapat dan mengadakan penyidikan (angket). Hak itu dijalankan
karena DPR mempunyai fungsi anggaran, legislasi dan pengawasan.
Fungsi dan hak-hak itu dijalankan untuk menjawab hakekat kedaulatan rakyat tanpa harus
mengajukan pertanyaan hakiki siapakah rakyat itu? Apakah wakil rakyat benar-benar
mencerminkan aspirasi rakyat? Apakah benar eksekutif merasa bertanggung jawab kepada
rakyat?
Didasari pada pertanyaan itu, anggota parlemen yang sehaluan dengan pemerintah tentu
wajar memperjuangkan segala program agar diterima DPR. Namun apabila program tersebut
belum menunjukkan keberpihakan pada rakyat, tentu harus dikritisi atau ditolak anggota
parlemen di luar pemerintahan. Hal inilah yang disebut sebagai penyeimbang. Penyeimbang
ditafsirkan tidak identik berbeda dengan pemerintah, tapi juga mendukung program
pemerintah serta memperkuatnya apabila program itu baik dan berkualitas dan bermanfaat
bagi rakyat.
Pada posisi tersebut, komitmen Koalisi Merah Putih yang memutuskan berada di luar
pemerintah sebagai penyeimbang, semakin memperkuat pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Semangat dan nilai-nilai positif ini perlu dikembangkan dan diperkuat serta dilembagakan di
Indonesia. Partai di parlemen ada yang berada dalam koalisi pemerintah dan di luar
pemerintah sebagaimana dilakukan PDIP dalam lima tahun pemerintahan SBY-Boediono.
Harapan rakyat tentunya posisi penyeimbang di parlemen akan dapat memberikan efek bagi
kemajuan pembangunan nasional guna mewujudkan kesejahteraan rakyat. Di dalamnya,
kepentingan partai maupun kelompok, berada di bawah kepentingan bangsa, mengatasi
permasalahan yang dihadapi bangsa sekarang dan mendatang, serta meningkatnya kualitas
pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Kita bangga menganut sistem multipartai karena keberagaman yang dimiliki bangsa
Indonesia seperti ras, suku, agama dan budaya. Namun yang kita hindari adalah terjadinya
conflict of interest, konflik politik yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara serta semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
Negara Indonesia yang besar dan jumlah penduduknya banyak pula, membutuhkan pemimpin
nasional yang mampu mengelola pemerintahan dengan baik dan selalu berorientasi pada

kepentingan rakyat. Pemerintahan yang mampu menghadapi tantangan dari dalam dan luar.
Semoga cita-cita kita menjadi Macan Asia yang maju ekonomi dan terjamin stabilitas
nasional serta disegani oleh bangsa-bangsa di dunia akan dapat diwujudkan. (*

Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala
bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang.
Perjuangan bangsa Indonesia yang waktu itu masih bersifat lokal ternyata tidak membawa
hasil, karena belum adanya persatuan dan kesatuan, sedangkan di sisi lain kaum colonial
terus menggunakan politik devide et impera. Kendati demikian, catatan sejarah perlawanan
para pahlawan itu telah membuktikan kepada kita tentang semangat perjuangan bangsa
Indonesia yang tidak pernah padam dalam usaha mengusir penjajah dari Nusantara.
Dalam perkembangan berikutnya, muncul kesadaran bahwa perjuangan yang bersifat
nasional, yakni perjuangan yang berlandaskan persatuan dan kesatuan dari seluruh bangsa
Indonesia akan mempunyai kekuatan yang nyata.
Kesadaran tersebut kemudian mendapatkan bentuk dengan lahirnya pergerakan Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908 yang merupakan tonggak awal sejarah perjuangan bangsa yang
bersifat nasional itu, yang kemudian disusul dengan lahirnya gerakan-gerakan kebangsaan di
bidang politik, ekonomi/perdagangan, pendidikan, kesenian, pers dan kewanitaan.
Tekad perjuangan itu lebih tegas lagi dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dengan ikrar
Satu Nusa, Satu Bangsa, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Wawasan kebangsaan tersebut kemudian mencapai satu tonggak sejarah, bersatu padu
memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dalam perjalanan sejarah itu telah timbul pula gagasan, sikap, dan tekad yang bersumber dari
nilai-nilai budaya bangsa serta disemangati oleh cita-cita moral rakyat yang luhur. Sikap dan
tekad
itu
adalah
pengejawantahan
dari
satu Wawasan
Kebangsaan.
Pengertian
Wawasan
Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungannya mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah yang dilandasi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

a) Pengertian Wawasan Kebangsaan


Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu Wawasan dan Kebangsaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara etimologis istilah
wawasan berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga berarti (2)
konsepsi cara pandang. Wawasan Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan Nusantara
yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup
perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan
pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).
Kebangsaan berasal dari kata bangsa yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002) berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan

sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan kebangsaan mengandung arti (1)


ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, (2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian
dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara.
Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang
dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI,
meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesatuan atau integrasi
nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan
ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, dan kesatuan
pertahanan dan keamanan.
Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi geografis negara,
sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai citacita dan menjamin kepentingan nasional. Wawasan kebangsaan menentukan bangsa
menempatkan diri dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan
dengan bangsa lain di dunia internasional. Wawasan kebangsaan mengandung komitmen dan
semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa
dan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan masa
mendatang serta berbagai potensi bangsa.
Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pandang/cara memandang yang
mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati
diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah
hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Suhady dan Sinaga,
2006).
Dengan demikian dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai
bangsa Indonesia di dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan
nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial
budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan
UUD 1945 atau dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara sebagai satu
kesatuan POLEKSOSBUD dan HANKAM.
b). Wawasan Kebangsaan Indonesia
Konsep kebangsaan merupakan hal yang sangat mendasar bagi bangsa Indonesia. Dalam
kenyataannya konsep kebangsaan itu telah dijadikan dasar negara dan ideologi nasional yang
terumus di dalam Pancasila sebagaimana terdapat dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945.
Konsep kebangsaan itulah yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di
dunia ini.
Dorongan yang melahirkan kebangsaan kita bersumber dari perjuangan untuk mewujudkan
kemerdekaan, memulihkan martabat kita sebagai manusia. Wawasan kebangsaan Indonesia
menolak segala diskriminasi suku, ras, asal-usul, keturunan, warna kulit, kedaerahan,
golongan, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedudukan maupun status
sosial. Konsep kebangsaan kita bertujuan membangun dan mengembangkan persatuan dan
kesatuan.
Dalam zaman Kebangkitan Nasional 1908 yang dipelopori oleh Budi Utomo menjadi
tonggak terjadinya proses Bhineka Tunggal Ika. Berdirinya Budi Utomo telah mendorong
terjadinya gerakan-gerakan atau organisasi-organisasi yang sangat majemuk, baik di pandang
dari tujuan maupun dasarnya.
Dengan Sumpah Pemuda, gerakan Kebangkitan Nasional, khususnya kaum pemuda berusaha
memadukan kebhinnekaan dengan ketunggalikaan. Kemajemukan, keanekaragaman seperti

suku bangsa , adat istiadat, kebudayaan, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa tetap ada dan dihormati.
Wawasan kebangsaan Indonesia tidak mengenal adanya warga negara kelas satu, kelas dua,
mayoritas atau minoritas. Hal ini antara lain dibuktikan dengan tidak dipergunakannya bahasa
Jawa misalnya, sebagai bahasa nasional tetapi justru bahasa melayu yang kemudian
berkembang menjadi bahasa Indonesia.
Derasnya pengaruh globalisasi, bukan mustahil akan memporak porandakan adat budaya
yang menjadi jati diri kita sebagai suatu bangsa dan akan melemahkan paham nasionalisme.
Paham nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa loyalitas tertinggi terhadap
masalah duniawi dari setiap warga bangsa ditunjukan kepada negara dan bangsa.
Meskipun dalam awal pertumbuhan nasionalisme diwarnai oleh slogan yang sangat terkenal,
yaitu: liberty, equality, fraternality, yang merupakan pangkal tolak nasionalisme yang
demokratis, namun dalam perkembangannya nasionalisme pada setiap bangsa sangat
diwarnai oleh nilai-nilai dasar yang berkembang dalam masyarakatnya masing-masing,
sehingga memberikan ciri khas bagi masing-masing bangsa.
Wawasan kebangsaan Indonesia menjadikan bangsa yang tidak dapat mengisolasi diri dari
bangsa lain yang menjiwai semangat bangsa bahari yang terimplementasikan menjadi
wawasan nusantara bahwa wilayah laut Indonesia adalah bagian dari wilayah negara
kepulauan yang diakui dunia. Wawasan kebangsaan merupakan pandangan yang menyatakan
negara Indonesia merupakan satu kesatuan dipandang dari semua aspek sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia dalam mendayagunakan konstelasi Indonesia, sejarah dan kondisi
sosial budaya untuk mengejawantahan semua dorongan dan rangsangan dalam usaha
mencapai perwujudan aspirasi bangsa dan tujuan nasional yang mencakup kesatuan politik,
kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, kesatuan pertahanan keamanan (Suhady dan
Sinaga, 2006).
Wawasan kebangsaan Indonesia yang menjadi sumber perumusan kebijakan desentralisasi
pemerintahan dan pembangunan dalam rangka pengembangan otonomi daerah harus dapat
mencegah disintegrasi / pemecahan negara kesatuan, mencegah merongrong wibawa
pemerintah pusat, mencegah timbulnya pertentangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah. Melalui upaya tersebut diharapkan dapat terwujud pemerintah pusat yang
bersih dan akuntabel dan pemerintah daerah yang tumbuh dan berkembang secara mandiri
dengan daya saing yang sehat antar daerah dengan terwujudnya kesatuan ekonomi, kokohnya
kesatuan politik, berkembangnya kesatuan budaya yang memerlukan warga bangsa yang
kompak dan bersatu dengan ciri kebangsaan, netralitas birokrasi pemerintahan yang
berwawasan kebangsaan, sistem pendidikan yang menghasilkan kader pembangunan
berwawasan kebangsaan.
Wawasan kebangsaan Indonesia memberi peran bagi bangsa Indonesia untuk proaktif
mengantisipasi perkembangan lingkungan stratejik dengan memberi contoh bagi bangsa lain
dalam membina identitas, kemandirian dan menghadapi tantangan dari luar tanpa konfrontasi
dengan meyakinkan bangsa lain bahwa eksistensi bangsa merupakan aset yang diperlukan
dalam mengembangkan nilai kemanusiaan yang beradab (Sumitro dalam Suhady dan Sinaga,
2006).
Akhirnya, bagi bangsa Indonesia, untuk memahami bagaimana wawasan kebangsaan perlu
memahami secara mendalam falsafah Pancasila yang mengandung nilai-nilai dasar yang
akhirnya dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku yang bermuara pada
terbentuknya karakter bangsa.
c) Makna
Wawasan
Kebangsaan
Wawasan
Kebangsaan
bagi
bangsa
Indonesia
memiliki
makna:
(1). Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan

persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan
pribadi
atau
golongan;
(2). Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga
asas
Bhinneka
Tunggal
Ika
dipertahankan;
(3). Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik;
(4). Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa
Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-c) Makna Wawasan
Kebangsaan Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna:
(1). Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan
pribadi
atau
golongan;
(2). Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga
asas
Bhinneka
Tunggal
Ika
dipertahankan;
(3). Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik;
(4). Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa
Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-tengah tata kehidupan di
dunia;
(5). NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan
bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang
sudah
maju.
d) Nilai
Dasar
Wawasan
Kebangsaan
Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa memiliki
enam
dimensi
yang
bersifat
mendasar
dan
fundamental,
yaitu:
(1). Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha
Esa;
(2). Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merkeka, dan besatu;
(3).
Cinta
akan
tanah
air
dan
bangsa;
(4).
Demokrasi
atau
kedaulatan
rakyat;
(5).
Kesetiakawanan
sosial;
(6). Masyarakat adil-makmur.
Proses Politik di Indonesia
Periodisasi proses politik di Indonesia dapat dikategorikan sebagai berikut;
Masa Prakolonialisasi, Masa Kolonial, Masa Demokrasi Liberal, Masa
Demokrasi Terpimpin, Masa Demokrasi Pancasila, dan Masa Reformasi
Periode tersebut kemudian dianalisis berdasarkan beberapa aspek penting
sebagai berikut: Penyaluran Tuntutan, Pemeliharaan nilai, Kapailitas,
Integrasi Vertikal dan Horizontal, Gaya Politik, Kepemimpinan, Partisipasi
massa, Keterlibatan Militer, Aparat Negara, dan Stabilitas
1. Masa Kerajaan (Prakolinial)
Pada masa prakolonial penyaluran tuntutan relatif rendah dan terpenuhi.
Pemeliharaan nilai yang hidup dan berkembang sesuai penguasa saat itu.
Kapabilitas SDA memenuhi, Integrasi vertikal dari atas ke bawah,
sedangkan integrasi horizontal hanya terjadi di level antar penguasa saja.
Gaya politik tentu saja kerajaan sesuai betuk negaranya. Karena bentuk

negara adalah kerajaan maka kepemimpinan negara berada di tangan


raja, pangeran, atau silsilah keluarga kerajaan. Sedangkan untuk
keterlibatan militer tentu saja sangat kuat karena pda masa itu adalah
masa peperangan. Analisis terhadap stabilitas, ada saatnya stabil(saat
tidak ada perang) dan tidak stabil(saat berperang). Semua aparat negara
pada masa ini sangat loyal kepada kerajaan.
2.Masa Kolinial(Penjajahan)
Pada masa kolonial penyaluran tuntutan relatif rendah namun tidak
terpenuhi. Pemeliharaan nilai tidak berjalan baik dan sering dilanggar.
Kapabilitas banyak namun diambil oleh penjajah, Integrasi vertikal dari
atas ke bawah tidak harmonis, sedangkan integrasi horizontal harmonis
sesama penjajah atau elit pribumi. Gaya politik devide at impera atau
memecah belah. Kepemimpinan pada saat itu, elit pribumi diperalat dan
partisipasi rakyat hapir tidak ada disebabkan rasa takut. Sedangkan
untuk keterlibatan militer tentu saja sangat kuat. Analisis terhadap
stabilitas, mudah sekali dikacaukan. Semua aparat negara pada masa ini
sangat loyal kepada penjajah.
3. Masa Demokrasi Liberal

Pada masa demokrasi liberal penyaluran tuntutan tinggi namun


karena ini adalah awal berdirinya Indonesia wadah untuk
menampung belum tersedia. Pemeliharaan nilai sangat tinggi.
Kapabilitas banyak potensi namun baru sedikit digali, Integrasi
vertikal dua arah, sedangkan integrasi horizontal timbul
disintegrasi. Gaya politik ideologi. Kepemimpinan generasi
pemuda 1928 (sumpah pemuda). Sedangkan untuk keterlibatan
militer dikuasai sipil. Analisis terhadap stabilitas, instabil karena
baru saja berdiri. Semua aparat negara pada masa ini sangat
loyal kepada golongan atau partai.
4. Masa Demokrasi terpimpin
Pada masa demokrasi terpimpin penyaluran tuntutan tidak tersalurkan.
Pemeliharaan nilai rendah. Kapabilitas banyak potensi namun baru sedikit
digali, Integrasi vertikal dua arah, sedangkan integrasi horizontal timbul
disintegrasi. Gaya politik ideologi. Kepemimpinan generasi pemuda 1928
(sumpah pemuda). Sedangkan untuk keterlibatan militer dikuasai sipil.
Analisis terhadap stabilitas, instabil karena baru saja berdiri. Semua
aparat negara pada masa ini sangat loyal kepada golongan atau partai.

5. Masa Demokrasi Pancasila

Pada masa demokrasi pancasila penyaluran tuntutan awalnya seimbang


namun kemudian tidak terpenuhi karena fusi. Pemeliharaan nilai terjadi
pelanggaran HAM namun ada pengakuan HAM. Kapabilitas sistem
terbuka, Integrasi vertikal atas bawah, sedangkan integrasi horizontal
terlihat. Gaya politik intelek-pragmatik-dan konsep pembangunan.
Kepemimpinan teknokrat dan ABRI. Sedangkan untuk keterlibatan militer
sangat besar dengan dwifungsi ABRI. Stabilitas stabil. Semua aparat
negara pada masa ini sangat loyal kepada pemerintah(golkar).

6. Masa Reformasi
Pada masa reformasi penyaluran tuntutan tinggi dan terpenuhi.
Pemeliharaan nilai penghormatan HAM tinggi. Kapabilitas sistem
disesuaikan dengan otonomi daerah, Integrasi vertikal dua arah,
sedangkan integrasi horizontal muncul kebebasan. Gaya politik pragmatis.
Kepemimpinan sipil-purnawirawan-politisi. Sedangkan untuk keterlibatan
militer dibatasi dan justru partisipasi massa tinggi. Stabilitas instabil.
Semua aparat negara pada masa ini sangat loyal kepada pemerintah.
Pengertian Sistem Politik Indonesia
Sistem adalah suatu keutuhan, keseluruhan, kebulatan suatu bagian
menjadi himpunan yang komplek dan terorganisir. Sebuah sistem bekerja
secara bersama dan menyeluruh agar dapat berfungsi optimal. Jika salah
satu bagian tidak bisa bekerja sama maka keseluruhan sistem akan
terganggu. Politik merupakan interaksi pemerintah dengan takyat dalam
rangka membuat kebijakan terbaik untuk kepentingan seluruh rakyatnya.
Dari pengertian sistem dan politik tersebut maka, Sistem Politik
Indonesia adalah keseluruhan kegiatan(termasuk pendapat, prinsip,
penentuan tujuan, upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan,
skala prioritas, dll) yang terorganisir dalan negara Indonesia untuk
mengatur pemerintahan dan mempertahankan kekuasaan
demi
kepentingan umum dan kemaslahatan rakyat.
Kemudian untuk mewujudkan semua tujuan Sistem Politik di
Indonesia membutuhkan suprastruktur dan infrastruktur yang baik.
Mereka adalah lembaga negara(Presiden dan Wakil Presiden, MPR, DPR,
DPD< MA, MK, KY dan lembaga lainnya) sebagai kekuatan utama dan
didukung oleh partai politik, organisasi masyarakat, media komunikasi
politik, pers, untuk menyalurkan aspirasi masyarakat agar kebijakan
pemerintah sesuai dengan hati rakyat.
Sistm Politik Demokrasi Pancasila
Sistem Politik Demokrasi Pancasila merupakan sistem politik yang
diterapkan di Indonesia saat ini. Sistem ini mengambil nilai-nilai luhur dari
pancasila. Semua kegiatan yang telah dijelaskan diatas berpedoman pada

pancasila dan dilaksanakan dengan demokratis. Prinsip Sistem Politik


Demokrasi Pancasila:
1. pembagian kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif berdasarkan
hukum
2. Pemerintah berdasarkan konstitusi
3. Jaminan kebebasan individu dalam batas-batas tertentu
4. pemerintahan yang bertanggung jawab
5. Pemilu langsung dan multipartai

Anda mungkin juga menyukai