Anda di halaman 1dari 7

MEMAHAMI SISTEM POLITIK INDONESIA

Sebuah negara pasti memiliki sebuah sistem politik tertentu, termasuk juga negara
Kesatuan Repbulik Indonesia. Fungsi dari sebuah sistem politik ini mempunyai harapan
bangsa dan negara untuk mengartikulasi “aliran darah” bagi tumbuh dan berkembangnya
berbagai aspek kehidupan negara. Aspek-aspek yang dimaksud adalah aspek
indeologi,politik,ekonomi ,social budaya,hokum dan hankam. Jika sebuah sistem politik di
Indonesia telah stabil maka pembangunan-pembangunan akan terwujud dengan baik, apalagi
dengan otonomi daerah dewasa ini sedang gencar-gencarnya diselenggarakan. Sebuah sistem
politik harus ditunjang dengan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga
menumbuhkan kesejahteraan kehidupan masyarakat yang meningkat. Dalam hal ini dapat
dijelaskan bahwa sistem politik merupakan sebuah hal yang penting untuk dipelajari secara
mendalam oleh para intelektual muda,pelajara dan mahasiswa sehingga para generasi muda
paham makna dari sebuah sistem politik Indonesia.

Pengertian Sistem Politik adalah secara etimologis, sistem politik berasal dari tiga
kata yaitu, sistem,politik dan Indoensia. Sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu “systema”
yang berarti keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian dan hubungan yang
berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara tertatur. Sehingga dapat diartikan
sebagai himpunan yang saling berkaitan secara teratur,integral dan keseluruhan.

Adapun kata Politik berasal dari bahasa Yunani “polis” yang artinya negara-kota.
Dalam kota yunani masyarakat saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan dan
kesejahteraan melalui sumber daya yang ada yang dapat mempengaruhi orang lain supaya
mau menerima pandangannya.

Dalam memahami sistem politik Indonesia , ada beberapa hal yang perlu diketahui
dan dipahami yaitu :

1. struktur adalah lembaga politik yang memiliki kebebeasan dalam menjalankan funsgi
sistem politik.dalam konteks negara, misalnya struktur input,proses dan output. Sistem input
merupakan sorang yang bertindak sebagai pemasok komoditas dalam sistem politik, struktur
proses bertindak sebagai pengola masukan dari strukur input dan struktur output bertindak
selaku mekanisme peneglauaran.ketiga struktur tersebut dijalankan oleh actor-aktor yang
disebut dengan legislative,eksekutif dan yudikatif. Ketiga struktur tersebut menjalankan tugas
kolektif yang disebut sebagai pemerintah.

2. Nilai merupakan sebuah komoditas utama yang didistribusikan oleh struktur-struktur di


setiap sistem politik yang wujudnya merupakan sebuah

a.) kekuasaan,

b.) pendidikan,

c.) kekeayaan,
d.) kesehatan,

e.) keterampilan,

f.) kasih sayang,

g). kejujuran dan keadilan,

h.) keseganan,respek.

Nilai-nilai yang disebutkan tersebut diasumsikan sebagai kondisi yang tidak merata
persebarannya di masyarakat sehingga memerlukan campur tangan struktur-struktur yang
memiliki kewengangan untuk mendistribusikan kepada elemen-elemen masyarakat yang
menikmatinya. Menurut Easton, struktur ini disebut negara dan pemerintah

3. Norma, meruapakan sebuah peratutan yang mengatur terkait hubungan antaraktor dalam
sistem politik. Setiap negara memiliki norma yang berbeda-beda sehingga konsep norma
digunakan sebagai perlementer dalam melakukan perbandingan kerja sistem politik sebuah
negara dengan negara lain

4. Tujuan sistem politik adalah memiliki kesamaan dengan norma dan konstitusi, yang
terdapat dalam pembukaan konstitusi suatu negara. Tujuan sistem politik Indonesia ada
dalam pembukaan undang-undang dasar negara republic Indonesia tahun 1945.

5. Input dan output merupakan sebuah dua fungsi dalam sistem politik yang saling
berhubungan erat. Setiap output suatu sistem politik, akan dikembalikan pada struktur input.
Struktur input akan bereaksi terhadap output yang dikeluarkan, yang jika positif
memunculkan dukungan atas sistem, sementara jika negatif mendampak muncul tuntutan atas
sistem. Umpan balik (feedback) adalah situasi dalam sistem politik yang berhasil
memproduksi suatu keputusan ataupun tindakan yang direspons oleh struktur output.

Negara yang berdaulata menurut teori Jean Bodin adalah berdasarkan dengan
pengalaman hidup dibawah tekanan yang ia alami pada masa peperangan yang terjadi pada
negara Prancis pada tahun 1572. Inti dari politiknya dituangkan dalam buku yang ia tulis
yang berjudul “ Six Books of Commonwealth”, mengemukakan bahwa :

1. tujuan negara merupakan hal yang sangat penting diketahui sebelum beralih pada cara
mencapai tujuan negara. Orang yang tidak memahami tujuan maka tidak bisa menentukan
masalahnya dengan benar, tidak bisa berharap akan menemukan cara-cara untuk meraihnya.

2. begara sebagai pemerintah yang tertata dengan baik dari beberapa keluarga serta
kepentingan bersama meraka oleh kekuasaan yang berdaulat.

Negara memiliki emapt unsur yaitu :

a.) tatanan yang benar

b.) keluarga
c.) kekuasaan yang berdaulat

d.) tujuan bersama

3.) keluarga merupakan sebuah unit dasar bagi negara bukan merupakan sebuah individu.
Dalam sebuah keluarga anak akan tunduk pada perintah ayah adalah hal yang paling penting
bagi kesejahteraan keluarga, begitu pun patuh terhadap penguasa adalah penting bagi
stabilitas negara

4. ayah merupakan sebuah pemilik kekuasaan penuh dalam keluarga aspek yang sangat
penting dan berpengaruh dalam mengatur dan mendidik anak-nakanya, maka dalam
commonwealth juga memiliki yurisdiksi penuh terhadap warga negaranya. Karena
menurutnya berkeluarga juga merupakan seperti bernegara,hanya boleh memiliki satu
pemimpin dan penguasa, dalam negara kita dapat mengartikannya atau menyebutnya sebagai
seorang presiden yang memiliki peran sebagai ayah dalam sebuah keluarga.

5. elemen selanjutnya adalah elemen yang membedakan negara dari semua bentuk asosiasi
masyarakat lainnya adalah kedaulatan. Kekuasaan yang berdaulat dapat menyatukan semua
anggota-anggotannya. Sebuah otoritas yang mutlak dan tertinggi yang tidak tunduk pada
kekuasaan manusia lainnya yang harus ada dalam lembaga politik.

Konsep Dasar Politik, menurut Syamsuddin, adalah “untuk melakukan efisiensi dan
efektivitas bagi manusia. Hal ini bisa kita fahami karena informasi-informasi itu kian terus
bertambah banyak dan semuanya harus diidentifikasi dalam simbol-simbol yang dapat
disepakati. Caranya adalah dengan merumuskannya dalam konsep-konsep yang mereduksi
informasi-informasi tersebut menurut proposi yang dapat ditangani.”

Namun menurut Frankel, “ selain itu juga untuk dapat berfungsi mereduksi keperluan
yang sering dikatakan berulang-ulang terhadap sesuatu kajian yang serupa dan sudah
diketahui, maka dibawah ini adalah merupakan konsep-konsep yang diperlukan dan
dikembangkan dalam pembelajaran ilmu politik di tingkat persekolahan :

Adapun konsep-konsep yang dimaksud adalah :

a.) kekuasaasn dalam suatu negara

b.) kedaulatan dalam suatu negara

c.) kontrol sosial antara masyarakat

d.) negara berdaulat

e.) pemerintah yang berdaulat

f.) legitimasi kekuasaan

g.) oposisi legislatif

h.) sistem politik dalam negara


i.) demokrasi dalam menjalankan pemilihan umum

j.) pemilihan umum dalam melaksanakan demokrasi

k.) partai politik sebagai bentuk aspirasi masyarakat

l.) desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah

m.) persamaan hak dan kewajiban

n.) demonstarsi dalam pemerintahan

o.) persamaan hak asasi manusia

p.) Voting dalam pengambilan keputusan”

Orde Lama dimulai pada saat Indonesia merdeka dan presiden pada kala itu adalah Ir.
Soekarno, dalam pelaksaannya Indonesia menggunakan sistem demokrasi terpimpin. Pada
era ini Indonesia menerapkan sistem ekonomi kerakyatan dan mulai mencari jati dirinya
sebagai negara yang telah merdeka dengan cara memperlihatkan kemampuan-kemampuan
kepada dunia internasional. Pada saat presiden Soeharto menjadi presiden pada era itulah
masa presiden Soekarno telah berakhir menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut,
ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik
korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan
miskin juga semakin melebar. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah
mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September
1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan
PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB
kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama
kalinya.

Pembentukan Kabinet Pembangunan

Kabinet pertama pada masa peralihan kekuasaan adalah Kabinet Ampera dengan tugasnya
Dwi Darma Kabinat Ampera yaitu menciptakan stabilitas politik dan stabilitasekonomi
sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet Ampera
terkenal dengan nama Catur Karya Kabinet Ampera yakni :

a) Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan

b) Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu yang ditetapkan, yaitu tanggal 5
Juli 1968

c) Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional
d) Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya

e) Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan Soeharto sebagai presiden RI
untuk masa jabatan lima tahun, maka dibentuklah

Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut Panca Krida yang meliputi:

a) Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi

b) Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum

c) Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September

d) Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI.

e) Pembubaran PKI dan Organisasi massanya

f) Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan,


Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan:

g) Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan
MPRS No IX/MPRS/1966

h) Menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia

i) Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat
Gerakan 30 September 1965.

Penyederhanaan Partai Politik

Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru
pemerintahan pemerintah melakukan penyederhaan dan penggabungan (fusi) partai- partai
politik menjadi tiga kekuatan social politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak
didasarkan pada kesamaan ideology, tetapi lebih atas persamaan program. Tigakekuatan
social politik itu adalah:

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan
PERTI, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai
Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo

Golongan Karya, Penyederhanaan partai-partai politik ini dilakukan pemerintah Orde Baru
dalam upayamenciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengalaman sejarah
pada masa pemerintahan sebelumnya telah memberikan pelajaran, bahwa perpecahan yang
terjadi dimasa Orde Lama, karena adanya perbedaan ideologi politik dan ketidakseragaman
persepsiserta pemahaman Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia.
Pemilihan Umum

Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali pemilihan umum, yaitu
tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan
selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh mayoritas suara dan
memenangkan Pemilu. Pada Pemilu 1997 yang merupakan pemilu terakhir masa
pemerintahan Orde Baru, Golkar memperoleh 74,51 % dengan perolehan 325 kursi di DPR,
dan PPP memperoleh 5,43 %dengan peroleh 27 kursi. Dan PDI mengalami kemorosotan
perolehan suara hanya mendapat11 kursi. Hal disebabkan adanya konflik intern di tubuh
partai berkepala banteng tersebut, dan PDI pecah menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati
Soekarno Putri yang sekarang menjadi PDIP .Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama
masa pemerintahan Orde Baru telah menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia telah
berjalan dengan baik. Apalagi Pemilu berlangsung dengan asas LUBER (langsung, umum,
bebas, dan rahasia). Namun dalamkenyataannya Pemilu diarahkan untuk kemenangan salah
satu kontrestan Pemilu yaituGolkar.Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak Pemilu
1971 sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah di mana perimbangan suara di
MPR dan DPR didominasi oleh Golkar. Keadaan ini telah memungkinkan Soeharto menjadi
Presiden Republik Indonesia selama enam periode, karena pada masa Orde Baru presiden
dipilih oleh anggota MPR. Selain itu setiap pertanggungjawaban, rancangan Undang-undang,
dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan MPR dan DPR tanpa
catatan.

Konflik Perpecahan Pasca Orde Baru

Di masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonesia. Setiap
hari media massa seperti radio dan televisi mendengungkan slogan "persatuan dan kesatuan
bangsa". Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan transmigrasi
dari daerah yang padat penduduknya seperti Jawa, Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama ke
Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur, dan Irian Jaya. Namun dampak negatif yang tidak
diperhitungkan dari program ini adalah terjadinya marjinalisasi terhadap penduduk setempat
dan kecemburuan terhadap penduduk pendatang yang banyak mendapatkan bantuan
pemerintah. Muncul tuduhan bahwa program transmigrasi sama dengan jawanisasi yang
sentimen anti-Jawa di berbagai daerah, meskipun tidak semua transmigran itu orang Jawa.

Pada awal Era Reformasi konflik laten ini meledak menjadi terbuka antara lain dalam bentuk
konflik Ambon dan konflik Madura-Dayak di Kalimantan. Sementara itu gejolak di Papua
yang dipicu oleh rasa diperlakukan tidak adil dalam pembagian keuntungan pengelolaan
sumber alamnya, juga diperkuat oleh ketidaksukaan terhadap para transmigran.

Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda
akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi". Masih adanya tokoh-tokoh
penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering
membuat beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena
itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru".
Meski diliputi oleh kerusuhan etnis dan lepasnya Timor Timur, transformasi dari Orde Baru
ke Era Reformasi berjalan relatif lancar dibandingkan negara lain seperti Uni Soviet dan
Yugoslavia. Hal ini tak lepas dari peran Habibie yang berhasil meletakkan pondasi baru yang
terbukti lebih kokoh dan kuat menghadapi perubahan zaman.

Anda mungkin juga menyukai