Demokrasi yang dijalankan Indonesia hingga saat ini masih pada tahap prosedural. Secara
prosedur, Indonesia bisa dikatakan berhasil akan tetapi keberhasilan tersebut belum diikuti
demokrasi secara substansi dan demokrasi yang partisipatif.
Indonesia masih di tahap demokrasi prosedural. Kita punya pemilihan, tapi masih banyak
korupsi di pemilu, korupsi di pemerintah, bahkan korupsi di partai politik. Kita butuh usaha keras
dan berjuang meyelesaikan demokrasi, kata direktur Correct (Constitutional and Electoral
Reform Centre), Refly Harun, dalam seminar demokrasi di Jakarta (28/9).
Refly mengatakan, praktik demokrasi yang terjadi di Indonesia sangat berbeda dan dinamis. Jika
dilihat hasil pemilu 2004-2009, pemerintahan hasil pemilu bahkan tidak didukung oleh mayoritas
kursi di parlemen. Sama halnya dengan hasil pemilu 2015, dimana presiden hanya didukung tidak
lebih 20 persen kursi.
Demokrasi tidak efektif di era SBY karena era pertamanya hanya di-backup sembilan persen,
kemudian era keduanya 29 persen tapi tidak mayoritas. Pemerintah sekarang lebih susah karena
di beberapa situasi membutuhkan parlemen untuk mendukung idenya, ujar Refly.
Hal lain yang belum terlihat berjalan dari hasil pemilu adalah fungsi Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) yang seolah tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan di Parlemen.
Padahal adanya DPD merupakan inistaif agar setiap daerah terwakili baik secara partisipasi dan
kepentingan.
Jika dilihat tahapan ada negara gagal, otoriter, demokrasi prosedural, demokrasi substansi dan
demokrasi partisipatif, maka Indonesia masih prosedur. Upaya sekarang akan menentukan apakah
kembali ke otoriter atau menuju demokrasi substansi, katanya. [Debora]
JAKARTA - Sekjen DPP Barisan Rakyat Indonesia Penjaga Demokrasi (Brigade), Iwan S
Soelasno menyebut organisasi kemasyarakatan yang dikelolanya itu lahir tahun 11 November
1999. Di awal pendiriannya, Brigade berafiliasi ke salah satu partai politik.
Namun perkembangannya, Brigade punya organisisasi khusus yakni Brigass yang berfungsi
sebagai relawan serba guna untuk mengamankan dan menjaga berbagai kegiatan Brigade,
termasuk penanggulangan bencana dan ikut berpartisipasi dalam bela negara.
"Kini Brigade ibarat terlahir kembali, menjadi organisasi kemasyarakatan yang independen dan
tidak berafiliasi ke partai politik manapun. Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat sudah
terbentuk sejak setahun yang lalu," kata Iwan, Jumat (15/1/2016).
Adapun Ketua Umum Brigade adalah Pius Lustrilanang, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI.
Memasuki tahun 2016, Brigade berkomitmen menjaga dan mengawal pelaksanaan demokrasi era
pemerintahan saat ini, demi terwujudnya kesejahteraan dan Kemakmuran Rakyat.
"Bentuk konkret Brigade dalam menjaga demokrasi untuk kemakmuran rakyat adalah dengan
melakukan kritik terhadap kebijakan Jokowi-JK yang tidak pro demokrasi untuk kemakmuran
rakyat. Terkait kebijakan Jokowi-JK yang sudah pro demokrasi untuk kemakmuran Rakyat,
Brigade akan ikut mengawal implementasi kebijakan tersebut," tegasnya.
Sebab itulah, kata Iwan, peran Brigade akan dioptimalkan sebagai penjaga demokrasi. Caranya
adalah dengan memperluas keanggotaan dan kepengurusannya di seluruh provinsi dan
Kabupaten/Kota di Indonesia.
Upaya sebagian anggota Dewan Perwakilan Rakyat untuk mengalihkan pemilihan kepala daerah
melalui DPR daerah semakin banyak ditolak. Direktur Pusat Studi Hukum dan Konstitusi
(PSHK) Universitas Islam Indonesia, Srihastuti Puspitasari, mengkritik usul tersebut. Dia
menilai, bila rencana yang termuat dalam RUU Pilkada itu terlaksana, akan mengancam masa
depan demokrasi di Indonesia.
Kritik bahwa pilkada langsung memicu konflik horizontal dan berbiaya tinggi dianggap tidak
relevan. Problem itu justru harus menjadi pekerjaan rumah bagi partai politik agar lebih giat
melakukan pendewasaan demokrasi. Sebaliknya, kata Srihastuti, pilkada melalui DPRD hanya
membuat pemerintahan di daerah terjebak pada kepentingan kelompok tertentu.
Sementara itu, pakar hukum dari Universitas Gadjah Mada, Zainal Arifin Mochtar, khawatir
pemilihan kepala daerah oleh anggota DPRD bisa membuka kotak Pandora korupsi. Pasalnya,
konsep perwakilan akan memutus relasi politik antara kepala daerah dan rakyat. Peneliti Pusat
Kajian Anti Korupsi tersebut juga berpendapat relasi politik baru itu memperbesar risiko
menjamurnya praktek suap ke anggota Dewan, sekaligus menumpulkan peran pengawasan
Dewan ke bupati, wali kota, atau gubernur.
Akibat polemik model pemilihan ini, Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta menyatakan saat
ini tak bisa berbuat banyak. Juru bicara KPU Kota Yogyakarta, Rani Pribadi mengatakan, KPU
berdiam dulu, tak mengerjakan persiapan apa-apa. Menurut dia, bila tak ada perubahan sistem
pemilu secara langsung, KPU bisa mencicil banyak kegiatan persiapan pilkada, terutama
menyangkut penyelenggaraan yang sempat mendapat sorotan masyarakat saat pemilu legislatif
dan pemilu presiden yang lalu.
Usai pemilu nasional tahun ini, KPU Kota Yogyakarta telah menyebar angket kepada masyarakat
guna mengevaluasi pelayanan dalam penyelenggaraan pemilu. Hal yang mendapat sorotan publik
di antaranya perombakan dan perekrutan gugus Petugas Pemungutan Suara sampai pembentukan
Petugas Pemilihan Kecamatan. Selain itu, ada yang menyoroti perbaikan distribusi dan kesiapan
logistik pemilu.
Adapun Wakil Wali Kota Yogyakarta Imam Priyono menyatakan tak setuju jika KPU Kota
Yogyakarta menghentikan segala kegiatannya. Dia berharap KPU tetap bekerja seperti biasa.
Menurut politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu, untuk persoalan anggaran yang
belum jelas, KPU diharapkan menyesuaikan dengan kebutuhannya, seperti untuk evaluasi dan
sosialisasi persiapan pilkada.
Sementara itu, sejumlah partai politik di Sulawesi Selatan mendukung keputusan Komisi
Pemilihan Umum Sulawesi Selatan menggelar pemilihan kepala daerah di 11 kabupaten pada
Juni 2015. Menurut dia, PAN Sulawesi Selatan telah mengantisipasi pelaksanaan pilkada 11
daerah itu dengan membentuk desk pilkada di tiap-tiap daerah sejak akhir Agustus lalu.
Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas
negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam
tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam
peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis
lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling
mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga
jenis
lembaga-lembaga
negara
tersebut
adalah
lembaga-lembaga
eksekutif,
lembaga-lembaga
pengadilan
yang
berwenang
Indonesia) yang
memiliki
kewenangan
menjalankan
kekuasaan
legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh
wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya
(konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain
sesuai hukum dan peraturan.
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting,
misalnya pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum.
Pemilihan umum tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara,
namun oleh sebagian warga yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan
umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara berhak untuk memilih
(mempunyai hak pilih).
Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan
memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam
arti yang lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen
secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab
kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung presiden hanyalah sedikit dari
sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam sistem demokrasi tidak
besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara
berpikir lama dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh
idola, bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil.
Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih
pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu membangun
negara.
E. Demokrasi liberal
1. DEMOKRASI DI INDONESIA
Demokrasi, sebuah kata sakti dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah kata yang setiap
Negara/bangsa selalu mengagungkannya. Sangat saktinya kata tersebut sampai memliki pengaruh
yang sangat luar biasanya. Meskipun sebagian masyarakat tidak paham apa yang sebenarnya
PEMBAHASAN :
Demokrasi di Indonesia kembali harus diuji dengan munculnya keinginan beberapa warga
di Jogja agar Sri Sultan sebaiknya langsung ditetapkan saja sebagai Gubernur tanpa harus melalui
tahapan pilkada. Silang pendapat ini muncul setelah dalam rapat kabinet Presiden SBY
menyinggung masalah sistim pemerintahan yang tidak boleh bertentangan dengan demokrasi,
yakni monarki. Pernyataan ini sontak memicu reaksi dari warga Jogja pendukung penetapan Sri
Sultan sebagai Gubernur. Dari bentuk protes hingga munculnya relawan-relawan yang mendesak
segera diadakannya referendum bagi warga Jogja.
Dilihat dari sisi demokrasi tentu keinginan agar Gubernur Jogja langsung ditetapkan
tentunya bisa mengusik rasa keadilan bagi daerah lainnya. Dimana kita tahu selama ini para
gubernur, walikota maupun bupati dipilih secara demokratis melalui pilkada. Apa jadinya jika
salah satu daerah diberi keistimewaan dalam pengisian jabatan-jabatan politis. Keinginan seperti
itu tentu saja biasa di alam demokrasi. Dalam sebuah negara yang menjunjung tinggi asas-asas
demokrasi, perbedaan pendapat adalah mutlak adanya. Hanya saja perlu digarisbawahi, bahwa
demokrasi juga mempunyai bingkai hukum yang harus ditaati bersama. Sepanjang semua pihak
bisa menghormatinya itu sangat berpengaruh bagi eksistensi dari sebuah sistim demokrasi.
Peranan dari Sri Sultan sangat dibutuhkan guna mereduksi adanya pemahaman yang
melenceng akan diskursus demokrasi-monarki ini. Dan melihat dinamika persoalan ini, tak
menutup kemungkinan isu seperti ini hendak dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu
untuk pencapaian agenda politisnya.
2. Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik
negara ( eksekutif, yudikatif dan legislatif ) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara
yang saling lepas ( independen ) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain.
Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga
negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip check and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang
memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembagalembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembagalembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan
kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh
wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya
( konstituen ) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai
hukum dan peraturan.
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting, misalnya pemilihan
presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemilihan umum tidak wajib atau
tidak mesti diikuti oleh seluruh warga negara, namun oleh sebagian warga yang berhak dan
secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara berhak
untuk memilih ( mempunyai hak pilih ).
Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden
atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu
pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara
tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung
presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam sistem
demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat
cara berpikir lama dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola,
bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun
seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu
sistem yang sudah teruji mampu membangun negara. Banyak negara demokrasi hanya
memberikan hak pilih kepada warga yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18
tahun, dan yang tak memliki catatan kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana).
Pembahasan
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg
sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan
agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang
memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembagalembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembagalembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan
kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh
wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen)
dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan
peraturan.
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting, misalnya
pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemilihan umum tidak
wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian warga yang berhak
dan secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara
berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih).
Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih
presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu
pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara
tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung
presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam sistem
demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat
cara berpikir lama dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola,
bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun
seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu
sistem yang sudah teruji mampu membangun negara. Banyak negara demokrasi hanya
memberikan hak pilih kepada warga yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun,
dan yang tak memliki catatan kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana).
Pemilihan kepala daerah (pilkada) dengan mekanisme dipilih langsung oleh rakyat dinilai mampu
meredam konflik yang terjadi di Aceh. Ada pergeseran penyampaian aspirasi dari gerakan
menggelar kampanye. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari acara pesta demokrasi untuk
memilih Presiden dan anggota Dewan Senat Mahasiswa.
Ketua Panitia, Arkadia Wicaksono (mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2005) menjelaskan,
kampanye hari ini diikuti oleh tiga kandidat Presiden RDM yaitu Herdiyan Prastanto, Rachmi
Elmira dan Hendra Kurnia Putra. Sementara untuk kandidat legislatif di Dewan Senat Mahasiswa
(DSM), sebanyak 63 mahasiswa mencalonkan dirinya melalui empat partai yaitu Partai
Mahasiswa Pinggiran (PMP) sebanyak 16 orang, Partai Fresh Perjuangan sebanyak 11 orang,
Partai Apache (Association of Peace and Human Equality) sebanyak 22 orang serta partai ASIK
(Aliansi Solidaritas Independen untuk Kemanusiaan) sebanyak 14 orang.
Kegiatan yang dimotori oleh Komisi Pemilihan Mahasiswa ini mengagendakan berbagai tahapan
kegiatan meliputi pendaftaran partai (verifikasi kandidat), kampanye (debat caleg dan debat
capres), hari tenang serta pemilihan.
Ditemui di tempat kampanye, Dekan Fakultas Hukum Herman Suryokumoro SH MS
mengatakan, kegiatan ini diharapkan dapat mewakili aspirasi mahasiswa untuk mensinergikan
seluruh potensi yang ada di Fakultas Hukum dalam semua bidang. Selain itu, ia juga berharap
agar mahasiswa memiliki sebuah sistem yang solid tanpa fragmentasi tajam. Karena, fenomena
yang ada menunjukkan fanatisme partai telah mempertajam fragmentasi di antara mahasiswa. ?
Sampai-sampai saya miris, masak ikut pertandingan bola voli saja kalau tidak dengan teman separtai-nya tidak mau?, katanya. Tidak hanya itu, dirinya juga melihat indikasi pemboikotan ketika
sebuah partai duduk di lembaga. Lepas dari itu, Dekan merasa bangga kegiatan kali ini
berlangsung semarak dan partisipatif. [nok]