Anda di halaman 1dari 9

TUGAS II

TUTOR : LUDOVIKUS BOMANS WADU, M.Pd

OLEH

NAMA : BAYU PUGAR PRIHARTONO


NIM : 041216456

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(MKDU4111)

UNIVERSITAS TERBUKA

2019
1. Mengapa Polstranas diperlukan untuk mencapai tujuan Nasional ?

Karena dalam politik strategi nasional (Polstranas) terdapat perencanaan, pengembangan,


pemeliharaan dan pengendalian, serta penggunaan secara totalitas dari potensi yang efektif
untuk mencapai tujuan nasional. Di dalam strategi yang baik juga terdapat koordinasi tim
kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk
mencapai tujuan secara efektif. Dasar penyusunan Polstranas adalah bersumber kepada:

 Geopolitik Indonesia,
 Geostrategi Indonesia,
 Wawasan nusantara,,
 Ketahanan nasional, dan
 Tata bina nasional.

2. Mengapa GBHN digantikan dengan visi dan misi calon Presiden dan Wakil Presiden ?

Karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, Platform politik atau visi dan
misi presiden terpilih nanti merupakan dasar untuk membangun Indonesia sebagai pengganti
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Namun, dengan mengandalkan platform itu
presiden tidak dapat dijatuhkan sebelum masa jabatannya berakhir, selama lima tahun.
"Jadi, memang platform politik presiden terpilih nanti yang dapat digunakan sebagai haluan
untuk membangun Indonesia," kata pakar hukum tata negara, Harun Alrasid, ketika
dihubungi Pembaruan, Kamis (13/5). Mengenai topik yang sama juga diwawancarai pakar
politik dari Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit dan Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi
Syndicated Dr Sukardi Rinakit.
Oleh karena itu, menurut Harun, para calon presiden yang akan bersaing dalam pemilihan 5
Juli 2004 nanti harus secara terbuka membeberkan platform atau visi dan misi mereka dalam
pembangunan Indonesia ke depan. Dengan demikian, seluruh rakyat Indonesia dapat
mengetahui dan mencatat janji apa saja yang mereka ucapkan.
Namun, Harun mengingatkan, dalam menyusun platform para capres harus tetap berpatokan
pada Undang- Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Indonesia.
Hal itu diperlukan agar presiden terpilih tidak menyimpang dari dasar-dasar negara dalam
memimpin bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Sistem seperti itu dinilai bagus terutama untuk membentuk pemerintah yang kuat. Presiden
dapat terus menjalankan kebijakannya selama masa jabatan lima tahun tanpa ada upaya dari
parlemen untuk menjatuhkannya.
Dikemukakan, mekanisme kontrol terhadap presiden yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) berkurang. Jika sebelumnya DPR dapat menjatuhkan presiden jika dianggap
melanggar GBHN, sekarang tidak bisa lagi.
"Selama masa kampanye para capres dapat mengumbar janji-janji. Baik itu secara lisan atau
tulisan. Masalahnya, apakah janji-janji itu dilaksanakan atau tidak, tidak ada yang dapat
mengontrolnya," katanya.
Kewenangan DPR dalam mengontrol kinerja presiden hanya sebatas meminta keterangan
atau hak interpelasi. Artinya, DPR tidak dapat lagi menjatuhkan atau memberikan mosi tidak
percaya kepada presiden.
Kontrol terakhir, menurun Harun, berada pada rakyat. Jika presiden dianggap melanggar
platformnya sendiri dan tidak menepati janjinya, rakyat dapat menjatuhkan hukuman berupa
tidak memilihnya lagi atau partai yang mencalonkannya pada pemilihan umum selanjutnya.
"Yang harus diingat, kita menganut sistem presidensil seperti model Amerika Serikat.
Presiden George Bush tidak dapat dijatuhkan meski kebijakannya soal Irak mendapat sorotan
tajam di parlemen. Tapi, popularitas dia menurun dan rakyat yang tidak setuju dengan
kebijakan itu tidak akan memilihnya lagi," kata Harun.
Interpretasi
Pakar politik dari UI Arbi Sanit berpendapat, tidak adanya GBHN membuat presiden terpilih
mendatang memiliki keleluasaan menginterpretasikan Pancasila sesuai visi dan misinya ke
dalam program-program yang dituangkan dalam UU tentang APBN. Sehingga, berbagai
kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintah mendatang masih harus dibahas dengan
DPR.
"Pertarungan yang sesungguhnya nanti di DPR, termasuk dengan melibatkan DPD, sehingga
pemerintahan mendatang tidak menjadi oligarki dan otoriter,'' katanya, Kamis pagi.
Dikatakan, pengawasan terhadap pemerintahan mendatang harus dilakukan secara ketat oleh
DPR, DPD, dan melalui pembentukan opini publik. ''Kebijakan pemerintah yang dituangkan
ke dalam APBN harus diuji dengan opini publik. Itulah mekanisme demokrasi,'' lanjutnya.
Saat ditanya apakah nanti presiden tidak bisa dijatuhkan di tengah masa pemerintahannya,
Arbi menyatakan, UUD 1945 menyatakan presiden hanya bisa dijatuhkan karena melakukan
kejahatan atau berkhianat kepada negara. Dengan demikian, kalau presiden membuat
anggaran yang menguntungkan dirinya atau korupsi berarti dia telah melakukan kejahatan
dan bisa dijatuhkan.
Sementara itu, Dr Sukardi Rinakit optimistis bahwa visi, misi, dan program kerja presiden
dan wakil presiden terpilih nanti cukup untuk menggantikan GBHN. Tentu ada syarat mutlak
yang harus dipenuhi oleh presiden dan wapres mendatang, yakni mereka harus didukung oleh
satu tim tangguh dan profesional di semua bidang.
"Sangat mungkin capres mendatang dengan program kerja yang komprehensif dapat
menggantikan kedudukan GBHN. Hanya, harus jelas dan mendetil program kerja yang
dipaparkan. Ada program kerja jangka panjang, menengah, dan jangka pendek. Harus ada
program secara makro, tapi ada juga program mikronya," kata Sukardi.
Dia mengatakan, presiden terpilih harus menyertakan tim yang tangguh di sektor ekonomi,
pendidikan, kesehatan, pertanian, perikanan, dan sektor lainnya. Untuk program ini harus ada
program aksi. Misalnya, apa yang akan dicapai selama 100 hari pemerintahan. Di sektor
pendidikan akan membebaskan SPP untuk SD hingga SLTP. Untuk pemberantasan KKN
akan diproses 10 koruptor di pengadilan. Untuk ekonomi akan ditingkatkan ekspor udang ke
Jepang sebesar 50 persen.
"Dengan begitu rakyat akan dapat dengan mudah mengecek, apakah dalam 100 hari itu sudah
diproses di pengadilan 10 koruptor, apakah ekspor udang ke Jepang sudah meningkat 50
persen, dan apakah SPP untuk murid SD hingga SLTP sudah bebas sama sekali. Kalau ada
yang belum dilaksanakan, rakyat termasuk LSM dan pers bisa menanyakan sekaligus
mengingatkan pemerintah bahwa target 100 hari pemerintahan belum tercapai," katanya.
Tim ini harus menguasai masalah yang sedang dihadapi bangsa. Misalnya, kalau ingin
membebaskan SPP murid SD dan SLTP harus jelas anggaran diambil dari pos mana dan
berapa. Ini harus dihitung dengan tepat agar program lainnya tetap berjalan dengan baik. (A-
16/O-1/M-11).

3. Apakah ada perbedaan Polstranas dari tiap pimpinan pemerintahan pada setiap
pergantian jabatan pemerintahan, misalnya orde lama  ke orde baru,  orde
reformasi jelaskan kalau ada, setiap periode menekankan pada bidang apa ?

Ya, terdapat perbedaan POLSTRANAS (POLA PENYUSUNAN POLITIK STRATEGI


NASIONAL) yang diterapkan pada orde lama ke orde baru serta orde reformasi, Seperti:

 Di Orde lama Pada awal-awal Republik Indonesia terbentuk, tahun 1945-1965 adalah
periode kepemimpinan Soekarno dengan demokrasi terpimpin. Kedudukan Presiden
Soekarno menurut UUD 1945 adalah Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan
(presidensiil/single executive), namun pada masa revolusi kemerdekaan (November
1945) berubah menjadi semi-presidensiil/double executive dengan Sutan Syahrir sebagai
Kepala Pemerintahan/Perdana Menteri.

Polstranas pada masa-masa ini sangat kental dengan unsur-unsur kediktatoran, karena politik
dan strategi nasional hanya berpusat pada satu orang, tanpa kontrol yang memadai dari pihak
manapun. Efek dari kediktatoran ini adalah perekonomian menjadi tidak maju, partisipasi
masa sangat dibatasi, penghormatan terhadap HAM rendah dan masuknya militer ke dalam
tubuh pemerintahan. Proses pemerintahan menjadi tidak sehat dan pada akhirnya masyarakat
yang merasakan imbas keterpurukan dari sistem ini.

 Di Orde Baru Presiden Soeharto diangkat menjadi Presiden oleh MPRS pada tahun 1966
dan lengser pada tahun 1998. Pada 32 tahun kekuasaannya, Soeharto menggunakan
GBHN sebagai acuan politik dan strategi nasional yang sebelumnya telah disusun oleh
MPR. Sebagian besar anggota MPR pada masa itu adalah orang-orang pilihan Soeharto
sehingga dapat dipastikan bahwa polstranas pada saat itu adalah polstranas pesanan
Soeharto. Pemerintahan yang dipimpinnya memang sukses dalam memajukan ekonomi
makro, namun ekonomi mikro sangat lemah. Pembangunan cenderung berpusat di
pemerintahan pusat.
 Awal Reformasi (di masa ini NKRI paling makmur menurut saya pribadi, hutang luar
negeri terlunasi separuhnya dan terdapat pelaksanaan HAM yang ideal, harga bensin
stabil, kebutuhan pokok murah, yakni di zaman Habibie dan Gusdur, sayang cuma
bentar). Pada tahun 1998-1999 Presiden B. J. Habibie, tahun 1999-2001 Abdurrahman
Wahid, kemudian tahun 2001-2004 menjabat Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden
Republik Indonesia. Masa-masa ini merupakan masa euphoria reformasi. Indonesia
seperti dilahirkan kembali, menjadi sebuah bangsa yang terbebas dari berbagai macam
ketidakadilan pemerintah. Reformasi didengungkan di segala bidang. Selama kurang
lebih enam tahun masa reformasi ini polstranas Indonesia masih mengacu kepada GBHN
yang dibuat dan ditetapkan oleh MPR. Pada kurun waktu ini bangsa Indonesia
mengalami perubahan hampir di seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Merupakan masa-masa transisi dari orde baru milik Soeharto menuju pemerintahan yang
demokratis di seluruh aspek kehidupan.

4. Sebutkan Polstranas pada masa pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla ?

 Jokowi mencoba untuk tidak lagi fokus pada koalisi partai IH maupun koalisi MP dan
Demokrat.
 Pemerintahan Jokowidodo tetap memprioritaskan program-program pro-rakyat.
 Pemerintahan Jokowi harus memegang teguh pernyatannya, agar kabinet Jokowi
bukanlah kabinet koalisi atau kabinet bagi-bagi kursi yang memberatkan pemerintahan.
 Kerja sama dengan koalisi MP maupun Demokrat tetap perlu dilakukan dengan
bijaksana.
 Pemerintahan Jokowi harus tetap merangkul kepala daerah tanpa memandang partai
pengusung jika pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung diganti dengan pemilihan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
 Pemerintahan Jokowi harus selalu menjalin silahturahmi politik, bukan sebagai petugas
partai, tetapi merupakan komunikasi antara Pemerinta RI dengan petinggi partai-partai
politik, terutama yang mempunyai basis masa cukup besar,seperti PAN, PPP, bukan
dalam rangka koalisi, tetapi dalam rangka kepentingan bangsa dan Negara (Pertemuan
Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa dengan presiden terpilih Jokowidodo,
intensif dilakukan).
 Pemerintahan Jokowi harus Jaga stabilitas Negara, salah satunya adalah dengan
meningkatkan komunikasi politik dan komunikasi budaya dengan melibatkan seluruh
unsur pendukung stabilitas, ABRI, POLRI, Agamawan, Budayawan, Tokoh Masyarakat
setempat, dalam kerangka ke-Bhinneka Tunggal Ika yang pelaksanaannya diselaraskan
dengan semangat otonomi daerah.
 Mempertahankan gaya dan sifat kepemimpinan Jokowidodo,sebagai seorang yang
merespon dengan gaya lembut tidak meledak-ledak, selau menerima kritik pedas dengan
senyuman, selalu memberi petunjuk kepada bawahannya denangan sabar, memaafkan
merelakan walau dihina dicaci-maki, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan,
sederhana, rendah hati, lemah lembut, dan jujur.
 Jokowidodo harus dapat mendorong PDI-P, khususnya kepadastruktural pengurus pusat
partai dan kader-kadernya yang potensial, agar mampu menjadi motor penggerak untuk
mencairkan ketegangan politik di parlemen.

5. Bagaimana Pandangan anda mengenai Polstranas Pemerintahan sekarang (Joko


Widodo – Jusuf Kalla) negatif /positifnya ?

Polstranas pemerintah RI saat ini (pimpinan presiden Joko Widodo) dapat dikatakan sudah
mengakomodasi reformasi administrasi pemerintahan dan menerapkan prinsip good
governance. Setidaknya, hal itu dapat dilihat dari kebijakan yang mengarah pada reformasi
birokrasi dengan ciri: manajemen perubahan, penataan peraturan perundang-undangan,
penataan dan penguatan organisasi, penataan ketatalaksanaan, penataan sistem manajemen
SDM aparatur, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, peningkatan kualitas
layanan publik, serta monitoring, evaluasi, dan pelaporan. Dalam bidang good governance,
polstranas pemerintah Indonesia pasca reformasi telah mengarah pada penguatan demokrasi
dan masyarakat sipil sebagai tuntutan rakyat setelah tumbangnya Orde Baru. Polstranas
tersebut mengakomodasi sifat-sifat berikut: akuntabilitas, pengawasan, daya tanggap,
profesionalisme, efisiensi dan efektivitas, kesetaraan, wawasan ke depan, partisipasi, dan
penegakan hukum.

6. Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi globalisasi


keterkaitannya dengan Polstranas?

Polstranas atau politik strategi nasional adalah kewenangan pemerintah (dalam hal ini
presiden sebagai pejabat eksekutif) untuk menentukan arah politik nasional kita. Polstranas
adalah penting terutama dalam menghadapi arus globalisasi. Namun harus disadari pula
globalisasi itu tidak bisa dihindari. Oleh sebab itu, sikap resisten (melawan) bukan suatu cara
yang bijak. Namun sikap ikut dan hanyut juga bukan sikap yang elok. Oleh sebab itulah
pemerintah dalam hal ini harus mempersiapkan strategi yang jitu, yang paling relevan adalah
meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan kita. Dengan pendidikan/kecakapan lah kita
bangsa indonesia bisa beradaptasi dengan situasi global.

Globalisasi saat ini tidak mungkin dihindari. Globalisasi akan berpengaruh di semua bidang
kehidupan. terutama dalam kehidupan pemerintahan. Pengaruh itu juga akan sampai ke
proses pembuatan Poltranas. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi
globalisasi keterkaitannya dengan Polstranas, antara lain:

 Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan aktif
agar tidak terpengaruh dengan budaya luar yang dibawa globalisasi.

 Menerapkan ideologi pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara dan pedoman
kehidupan sehari-hari.

 Memilih calon wakil negara yang dapat memimpin negara dan bisa membuat visi dan
misi yang nantinya akan menjadi Poltranas dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan
rakyat.

 Membuat Poltranas dengan landasan Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara dan
Pertahanan dan keamanan sebagai dasarnya.

 Mewajibkan pendidikan kewarganegaraan di setiap jenjang pendidikan

Daftar Pustaka

https://www.kompasiana.com/fajerin97/54f9245da333116c048b4707/pentingnya-gbhn-dalam-
pembangunan-nasional

https://politik.rmol.co/read/2019/04/30/388189/rizal-ramli-bangsa-indonesia-paling-tidak-suka-
ketidakadilan?i=1

https://galangkurniaardi.wordpress.com/2010/01/22/polstranas/
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/blob/F6313/Visi.doc

https://polmas.wordpress.com/2014/09/20/visi-misi-dan-program-aksi-pemerintahan-joko-widodo-
jusuf-kalla-2014-2019/

https://www.kompasiana.com/swadharma2/56518e766f7a61f204e13301/bab-2-konsep-dan-
strategi-pembangunan-jokowi-bersambung?page=all

Anda mungkin juga menyukai