Anda di halaman 1dari 6

JUDUDL

PANCASILA ORDE BAR

Dosen Pembimbing:
Bu Arum

Disusun Oleh :
Danang Rio Pamungkas
E2A022527

FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022/2023
1.1 Politik Era Orde Baru
Sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden
untuk masa jabatan 5 tahun. Maka dimulailah masa Orde Baru. Masa ini
diawali dengan dibentuknya kabinet baru yang bernama Kabinet
Pembangunan dengan tugas Pancakrida, yang meliputi :
1) Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi
2) Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun
Tahap pertama
3) Pelaksanaan Pemilihan Umum
4) Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 30 September
5) Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari

Suharto sebagai pengemban Supersemar guna menjamin keamanan,


ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan maka melakukan :
1) Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan
dikukuhkannya Ketetapan MPRS No. IX Tahun 1966..
2) Dikeluarkan pula keputusan yang menyatakan bahwa PKI sebagai
organisasi terlarang di Indonesia.
3) Pada tanggal 8 Maret 1966 dilakukan pengamanan 15 orang menteri
yang dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965. Hal ini disebabkan
muncul keraguan bahwa mereka tidak hendak membantu presiden untuk
memulihkan keamanan dan ketertiban.
Dalam menyetabilkan kehidupan politik, pemerintah Orde Baru melalukan
penyederhanaan partai politik. Sistem multi partai ala Soekarno memang
membuka keterlibatan masyarakat dalam menjalankan haknya untuk
berserikat dan berkumpul. Namun tetap saja memberikan keterbukaan dan
memperuncing perbedaan dalam masyarakat atau lebih tepatnya
membangun batasan-batasan pandangan politik yang memiliki potensi
besar terhadap kesatuan. Soekarno tidak menyadari bahwa Indonesia
merupakan bangsa yang beraneka Ia tidak memahami bahwa masyarakat
Indonesia lahir dengan ciri khas budaya masing-masing dan demikian cinta
kedaerahan menjadi mutlak. Demokrasi Terpimpin oleh Soekarno dilihat
sebagai cara terbaik demi terjaganya kesatuan bangsa merupakan
pandangan yang keliru. Demokrasi Terpimpin hadir hanyalah
untuk menjaga kekuasaan tetap berjalan. Maka sampai di sini, demokrasi
dalam arti asalinya bukanlah merupakan gagasan yang penting. Runtuhnya
demokrasi terpimpin berkat pemberontakan beberapa perwira angkatan
darat yang bernaung di bawah partai Komunis Indonesia (PKI), menjadi
awal pendirian Orde Baru. Tidak dapat dipungkiri bahwa
lahirnya Orde Baru merupakan hasil dari legitimasi terhadap PKI sebagai
dalang pembunuhan rekan-rekan Soeharto. Dan sebutan Orde Baru
hanyalah dimaksudkan untuk membedakan dirinya dengan Orde Lama.
Namun pada kenyataannya tetaplah sama.
Sama seperti Soekarno, menurut Soeharto, demokrasi bukanlah
merupakan hal relevan bagi Bangsa Indonesia. Hal ini didasarkan pada
ketakutan Soeharto akan modernitas. Maksudnya adalah ketika masyarakat
menjadi melek terhadap politik, stabilitas negara tergerogoti. Dengan
demikian kekuasaan menjadi milik rakyat. Presiden bukan lagi pemegang
kekuasaan melainkan pelaksana kepercayaan masyarakat.
Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai
tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan
penggabungan (fusi) sejumlah 3 partai politik. Pelaksanaan Pemilu sendiri
pada masa orde baru berlangsung enam kali, yakni 1971, 1977, 1982, 1987,
1992, dan 1997. Pada pemilu 1971, peserta partai politik masih cukup
banyak yakni 10 partai politik, pada pemilu ini Golongan Karya meraih suara
terbanyak. Pemilu selanjutnya dimulai sejak tahun 1977 hingga 1997 partai
peserta pemilu diikuti oleh tiga partai politik yakni Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi
Indonesia (PDI), pada pelaksanaan pemilu itu pula Golongan Karya meraih
suara terbanyak.

1.2 Ekonomi
Ketika Presiden Soeharto memerintah keadaan ekonomi dengan
inflasi sangat tinggi 650 % setahun, langkah pertama adalah mengendalikan
inflasi dari 650 % menjadi 15 % dalam waktu hanya dua tahun dan untuk
menekan inflasi Soeharto membuat kebijakan dengan menertibkan
anggaran, menertibkan sektor perbankan, mengembalikan ekonomi dalam
pasar, memperhatikan sektor ekonomi dan merangkul Negara-negara barat
untuk menarik modal.

1.3 Ideologi
Rezim Orde Baru dipimpin oleh Presiden Soeharto. Pada masa Orde
Baru, pemerintah berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap
Orde Lama yang menyimpang dari Pancasila, melalui program P4
(Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila).
Pemerintahan Orde Baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai
dasar dan ideologi negara sekaligus berhasil memberantas paham komunis
di Indonesia. Akan tetapi, implementasi dan aplikasinya sangat
mengecewakan. Beberapa tahun kemudian, kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Pancasila
ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah sehingga tertutup
bagi tafsiran lain. Pancasila justru dijadikan sebagai indoktrinasi. Presiden
Soeharto menggunakan Pancasila sebagai alat untuk melanggengkan
kekuasaannya.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam indoktrinasi Pancasila.
Pertama, melalui ajaran P4 yang dilakukan di sekolah-sekolah melalui
pembekalan. Kedua, Presiden Soeharto membolehkan rakyat untuk
membentuk organisasi-organisasi dengan syarat harus berasaskan
Pancasila, atau yang disebut sebagai asas tunggal. Ketiga, Presiden
Soeharto melarang adanya kritikan-kritikan yang dapat menjatuhkan
pemerintah dengan alasan stabilitas, karena Presiden Soeharto
beranggapan bahwa kritikan terhadap pemerintah menyebabkan
ketidakstabilan di dalam negeri. Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas
negara, Presiden Soeharto menggunakan kekuatan militer sehingga tidak
ada pihak-pihak yang berani untuk mengkritik pemerintah.
Dalam sistem pemerintahannya, Presiden Soeharto melakukan
beberapa penyelewengan dalam penerapan Pancasila, yaitu dengan
diterapkannya demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat pada
pemerintah. Selain itu, Presiden Soeharto juga memegang kendali terhadap
lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif sehingga peraturan yang dibuat
harus sesuai dengan persetujuannya.

1.4 Sosial dan Budaya


Pada masa Orde Baru, pemerintah berhasil mewujudkan stabilitas
politik dan menciptakan suasana aman bagi masyarakat Indonesia.
Perkembangan ekonomi berjalan dengan baik dan hasilnya dapat
terlihat secara nyata.
Dua hal ini menjadi faktor pendorong keberhasilan pemerintah Orde
Baru dalam melaksanakan perbaikan kesejahteraan rakyat.
Keberhasilan itu dapat dilihat dari penurunan angka kemiskinan,
jumlah kematian bayi, dan peningkatan partisipasi pendidikan dasar.
Pada masa Orde Baru, usaha peningkatan dan pengembangan seni
serta budaya diarahkan pada upaya memperkuat kepribadian, kebanggaan,
dan kesatuan nasional.
Oleh karena itu, dilakukan pembinaan dan pengembangan seni secara
luas melalui sekolah seni, kursus seni, organisasi seni, dan wadah
kegiatan seni lainnya.

1.5 Pertahanan dan Keamanan


Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru memberikan
peran ganda kepada ABRI, yaitu peran Hankam dan sosial. Peran ganda ABRI ini
kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI. Timbulnya pemberian peran
ganda pada ABRI karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan
pejuang tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di
MPR dan DPR mereka mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa
melalui Pemilu. Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari ABRI
didasarkan pada fungsinya sebagai stabilitator dan dinamisator. Peran dinamisator
sebanarnya telah diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan. Waktu itu
Jenderal Soedirman telah melakukannya dengan meneruskan perjuangan,
walaupun pimpinan pemerintahan telah ditahan Belanda. Demikian juga halnya
yang dilakukan Soeharto ketika menyelamatkan bangsa dari perpecahan setelah G
30 S PKI, yang melahirkankan Orde Baru.
1.6 Kelebihan
Karena saat Orde Lama, udah terjadi pergantian kabinet sebanyak sembilan
kali, jadi pemerintah bisa fokus mengurus pertumbuhan ekonomi, daripada sibuk
dengan pergantian kabinet. Dan dengan begini, pertumbuhan ekonomi terjadi di
era Orde Baru. Dengan masa jabatan yang panjang, yaitu selama 32 tahun,
Presiden Soeharto bisa membuat kebijakan yang berkelanjutan, dengan target
pertumbuhan ekonomi jangka panjang, atau biasa disebut sebagai Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita).

1.7 Kelemahan
Di era Orde Baru, terdapat banyak pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM),
contohnya kayak serangkaian penembakan misterius (petrus), pembungkaman
aktivis, Peristiwa Tanjung Priok, dan lain sebagainya. Selain itu, pemerintahan di
era ini terkenal dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

1.8 Saran
Pemerintah harus memberikan akses bagi masyarakat untuk mengawasi secara
kerja pemerintah sehingga tidak ada praktek kkn kembali

Anda mungkin juga menyukai