Anda di halaman 1dari 7

Inventarisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

No Pasal Unsur-Unsur
1. Pasal 61: “Penuntutan pidana Dalam Pasal ini dijelaskan bahwa penuntutan pidana atau
dapat dilakukan terhadap pemberian sanksi pidana terhadap pelanggaran
pelaku usaha dan/atau sebagaimana yang telah dicantumkan dalam undang
pengurusnya” undang ini dapat diterapkan kepada pelaku usaha dalam
hal ini yaitu badan usaha atau korporasi dan juga terhadap
pengurusnya.
2 Pasal 62 (1): “Pelaku usaha ➢ Subyek Hukum
yang melanggar ketentuan Subyek hukum dalam Pasal 62 (1) adalah “Pelaku
sebagaimana dimaksud dalam usaha” yang mana dalam Pasal 1 angka 3 dijelaskan
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,
bahwa “Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan
Pasal 13 ayat (2), Pasal 15,
Pasal 17 ayat (1) huruf a, atau badan usaha, baik yang berbentuk berbadan
huruf b, huruf c, huruf e, ayat hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan
(2) dan Pasal 18 dipidana dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
dengan pidana penjara paling wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik
lama 5 (lima) tahun atau sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
pidana denda paling banyak menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
Rp 2.000.000.000,00 (dua
bidang ekonomi”, hal ini berarti bahwa dalam Pasal
miliar rupiah)”
62 (1) mengakui korporasi sebagai subyek hukum
sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal ini.
➢ Unsur Kesalahan
Unsur kesalahan dalam Pasal 62 ayat (1) adalah
“Pelaku usaha melanggar perbuatan sebagaimana
dimaksud…” dalam hal ini berarti pelaku usaha
melakukan perbuatan yang dilarang yaitu tidak
dipenuhinya kewajiaban hukum bagi pelaku usaha
sebagaimana terdapat dalam pasal yang disebutkan di
dalam Pasal 62 ayat (1) ini.
➢ Bentuk Perbuatan
Bentuk perbuatan yang dimaksud dalam Pasal 62 (1)
adalah apabila pelaku usaha melanggar ketentuan
dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2),
Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c,
huruf e, ayat (2) dan Pasal 18, dari beberapa Pasal
yang telah disebutkan, pelaku usaha dilarang
memproduksi dan mempromosikan iklan yang
melanggar etika dalam periklanan.
- Dalam Pasal 8 dijelaskan mengenai
kelayakan produk yang akan diperdagangan
oleh pelaku usaha dalam hal ini yaitu badan
usaha atau korporasi yang mana dalam Pasal
8 dimaksudkan bahwa kewajiban dari pelaku
usaha yaitu beritikad baik dalam melakukan
kegiatan usahanya;
- Dalam Pasal 9 dijelaskan mengenai pelaku
usaha dalam hal ini yaitu badan usaha atau
korporasi dilarang untuk memanipulasi
produk, dalam hal ini pelaku usaha
berkewajiban untuk memberikan informasi
yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa serta
memberi penjelasan penggunaan, perbaikan
dan pemeliharaan;
- Dalam Pasal 10 dijelaskan mengenai
larangan bagi pelaku usaha dalam hal ini
yaitu badan usaha atau korporasi
mengiklankan produknya dengan
menyesatkan konsumen, dalam hal ini
kewajiban dari pelaku usaha yaitu
memperlakukan atau melayani konsumen
secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
- Dalam Pasal 13 ayat (2) yang dimaksud
dalam Pasal 62 ayat (1) dijelaskan mengenai
pelaku usaha dalam hal ini yaitu badan usaha
atau korporasi dilarang untuk menawarkan
obat, suplemen makanan dengan cara
menjanjikan pemberian hadiah berupa
barang/atau jasa lain
- Dalam Pasal 15 dijelaskan bahwa pelaku
usaha dalam hal ini yaitu badan usaha atau
korporasi dilarang melakukan pemaksaan
dalam memperdagangkan usahanya, dalam
hal ini pelaku usaha berkewajiban
memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan
barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
- Dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c, huruf e, ayat (2) sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) dijelaskan
bahwa pelaku usaha dalam hal ini yaitu badan
usaha atau korporasi dilarang untuk
menayangkan iklan yang menyesatkan atau
mengelabuhi konsumen terkait produk yang
di perdagangkan, dalam hal ini pelaku usaha
berkewajiban untuk beritikad baik dalam
melakukan kegiatan usahanya;
- Dalam Pasal 18 sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 62 ayat (1) dijelaskan bahwa
pelaku usaha dalam hal ini yaitu badan usaha
atau korporasi dilarang membuat atau
mencantumkan klausula baku yang
bertentangan dengan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dalam hal
ini pelaku usaha dilarang mencantumkan
klausula baku yang dicantumkan dengan
letak dan bentuknya yang sulit terlihat atau
tidak dapat dibaca secara jelas oleh
konsumen, oleh karena itu pelaku usaha
wajib menyesuaikan klausula bagunya
dengan ketentuan sebagaimana yang terdapat
dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen dalam Pasal 18 ayat (4).
➢ Ancaman Sanksi Pidana
Ancaman sanksi pidana dalam Pasal 62 ayat (1) yang
dikehendaki apabila pelaku usaha baik orang
perorangan ataupun badan hukum melanggar
ketentuan yang disebutkan dalam Pasal 62 ayat (1)
adalah adanya sanksi pidana pokok yaitu pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah), ancaman pidana dalam hal ini adalah pidana
pokok dan bersifat alternatif.
3 Pasal 62 ayat (2): “Pelaku ➢ Subyek Hukum
usaha yang melanggar Subyek hukum dalam Pasal 62 (2) adalah “Pelaku
ketentuan sebagaimana usaha” yang mana dalam Pasal 1 angka 3 dijelaskan
dimaksud dalam Pasal 11,
bahwa “Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan
Pasal 12, Pasal 13 ayat (1),
Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal atau badan usaha, baik yang berbentuk berbadan
17 ayat (1) huruf d dan huruf hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan
f dipidana dengan pidana dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
penjara paling lama 2 (dua)
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik
tahun atau pidana denda
paling banyak Rp sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
500.000.000,00 (lima ratus menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
juta rupiah)” bidang ekonomi”, hal ini berarti bahwa dalam Pasal
62 (2) mengakui korporasi sebagai subyek hukum
sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal ini.
➢ Unsur Kesalahan
Unsur kesalahan dalam Pasal 62 ayat (2) adalah
“Pelaku usaha melanggar perbuatan sebagaimana
dimaksud…” dalam hal ini berarti pelaku usaha baik
perorangan atau badan hukum melakukan perbuatan
yang dilarang yaitu tidak dipenuhinya kewajiaban
hukum bagi pelaku usaha sebagaimana terdapat
dalam pasal yang disebutkan di dalam Pasal 62 ayat
(2) ini.
➢ Bentuk Perbuatan
Bentuk perbuatan yang dimaksud dalam Pasal 62 (2)
adalah apabila pelaku usaha melanggar ketentuan
dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14,
Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f,
dari beberapa Pasal yang telah disebutkan, pelaku
usaha dilarang memproduksi dan mempromosikan
iklan yang melanggar etika periklanan.
- Dalam Pasal 11 dijelaskan bahwa pelaku
usaha dalam hal ini yaitu badan usaha atau
korporasi dilarang menyesatkan konsumen
melalui obral atau lelangan, dalam hal ini
kewajiban dari pelaku usaha yaitu menjamin
mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
- Dalam Pasal 12 dijelaskan mengenai pelaku
usaha dalam hal ini yaitu badan usaha atau
korporasi dilarang untuk memberikan tarif
atau harga khusus dalam mempromosikan
barangnya apabila pelaku usaha tersebut
tidak bermaksud untuk melaksanakannya,
dalam hal ini pelaku usaha berkewajiban
untuk memberikan informasi yang benar,
jelas dan jujur mengenai harga dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi
penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
- Dalam Pasal 13 ayat (1) dijelaskan mengenai
larangan bagi pelaku usaha dalam hal ini
yaitu badan usaha atau korporasi harus
melakukan pembatasan dalam menawarkan
barang dengan memberikan hadiah melalui
undian, dalam hal ini pelaku usaha
berkewajiban memberi kesempatan kepada
konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi
jaminan dan/atau garansi atas barang yang
dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
- Dalam Pasal 14 dijelaskan bahwa pelaku
usaha dalam hal ini yaitu badan usaha atau
korporasi dilarang memberikan hadiah
melalui cara undian tetapi tidak sesuai dengan
apa yang dijanjikannya, dalam hal ini, apabila
pelaku usaha memberikan hadiah dengan
cara undian maka pelaku usaha berkewajiban
untuk memberikan hadiah tersebut
sebagaimana seperti yang dijanjikan;
- Dalam Pasal 16 dijelaskan bahwa pelaku
usaha dalam hal ini yaitu badan usaha atau
korporasi dilarang untuk menawarkan barang
dan/atau jasa melalui pesanan tidak sesuai
dengan apa yang dijanjikan, dalam hal ini
pelaku usaha berkewajiban untuk
menawarkan barang dan/atau jasanya seperti
yang telah diperjanjikan;
- Dalam Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f
dijelaskan bahwa pelaku usaha dalam hal ini
yaitu badan usaha atau korporasi dilarang
untuk tidak mencantumkan resiko atau akibat
dari pemakaian barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan, dalam hal ini pelaku usaha
berkewajiban untuk berkewajiban untuk
memberikan informasi yang benar, jelas dan
jujur atas barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan, serta memberi penjelasan
terkait akibat atau efek yang diberikan atas
pemakaian dari barang dan/atau jasa tersebut.
➢ Ancaman Sanksi Pidana
Ancaman sanksi pidana dalam Pasal 62 ayat (1) yang
dikehendaki apabila pelaku usaha baik orang
perorangan ataupun badan hukum melanggar
ketentuan yang disebutkan dalam Pasal 62 ayat (1)
adalah adanya sanksi pidana pokok yaitu pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah) ancaman pidana dalam hal ini adalah pidana
pokok dan bersifat alternatif.
4 Pasal 62 ayat (3): “Terhadap ➢ Akibat yang ditimbulkan
pelanggaran yang Dalam Paal 62 ayat (3) ini merupakan Pasal yang
mengakibatkan luka berat, menjelaskan terkait akibat yang ditimbulkan yang
sakit berat, cacat tetap atau
mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap
kematian diberlakukan
ketentuan pidana yang atau kematian dari adanya pelanggaran terhadap
berlaku” Pasal 62 ayat (1) dan Pasal 62 ayat (2).

5 Pasal 63: “Terhadap sanksi Dalam Pasal ini menyebutkan pertanggung jawaban
pidana sebagaimana pelaku usaha khususnya badan hukum (korporasi) dapat
dimaksud dalam Pasal 62, dijatuhi pidana tambahan selain pidana pokok seperti
dapat dijatuhkan hukuman yang telah diuraikan dalam Pasal 62.
tambahan, berupa:
a. Perampasan barang
tertentu;
b. Pengumuman
keputusan hakim;
c. Pembayaran ganti
rugi;
d. Perintah penghentian
kegiatan tertentu yang
menyebabkan
timbulnya kerugian
konsumen;
e. Kewajiban penarikan
barang dari peredran;
atau
f. Pencabutan izin
usaha.

Anda mungkin juga menyukai