Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PERTEMUAN KE-14 HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

NAMA : IIS ADE LIA                NPM : 10040018230          KELAS C

__________________________________________________________________________

1c. ketika Vaksin Covid-19 malah memperparah sakit yang di derita oleh konsumen, apakah bisa
dikatakan vaksin tersebut merupakan produk cacat?

Jawab :

Sebelumnya perlu kita ketahui bahwa produk cacat itu dapat didefinisikan sebagai produk yang
tidak memenuhi tujuan dari pembuatannya baik dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja
atau hal-hal lain yang menyebabkan berkurangnya atau kurang maksimalnya fungsi dan tujuan
dari pembuatan produk tersebut.

Dalam hal menjustifikasi bahwa sebuah vaksin dikatakan produk cacat perlu memperhatikan
beberapa pertimbangan sebagai berikut :

-          Apakah vaksin yang di edarkan tersebut sudah lulus uji klinis?

-          Apakah ada test terlebih dahulu kepada pasien yang akan di vaksin untuk mengetahui jika
ada kandungan dari vaksin tersebut yang malah menimbulkan penyakit baru atau
menimbulkan reaksi alergi pada pasien? Maka dalam hal ini pihak rumah sakit harus
memperhatikan setiap pasien yang akan diberi vaksinasi

-          Berapa jumlah orang yang sakitnya semakin parah setelah mendapat vaksinasi?

Jika vaksin Covid-19 ternyata belum lulus uji klinis, menimbulkan efek samping yang tidak
biasa bagi konsumen kebanyakan maka dapat dikatakan produk tersebut merupakan produk cacat
karena dapat membahayakan keselamatan, keamanan konsumen seperti yang ada pada Pasal 5
huruf a UUPK yang mengatakan bahwa konsumen mempunyai hak atas kenyamanan, keamanan
dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.  Hal ini sejalan dengan konsep yang
menentukan sebuah produk dapat dikatakan cacat atau tidak berdasarkan harapan konsumen,
dimana konsep harapan konsumen ini menjelaskan bahwa sebuah produk harus sesuai dengan
informasi (iklan dan promosi) yang diberikan oleh pelaku usaha kepada konsumen. Vaksin
covid-19 memang belum di iklan kan dan dipromosikan secara resmi, namun oleh beberapa
media pemberitaan vaksin ini telah ada dan siap untuk di distribusikan oleh pemerintah setelah
mendapat izin dari BPOM. Sampai sekarang BPOM masih menguji vaksin tersebut karena butuh
labelisasi dari BPOM agar vaksin aman ketika di distribusikan kepada masyarakat. 

 2b. dalam menuntut ganti rugi kepada pelaku usaha terdapat pasal 1365 KUHPerdata yang
menjadi dasar hukum ganti rugi, namun terdapat kelemahan dalam pasal tersebut, mengapa
demikian? jelaskan!

jawab : Pasal 1365 KUHPerdata berbunyi “ tiap perbuatan yang melanggar hukum, yang
membawa kerugian kepada oranglain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” kelemahan pasal ini ia hanya mengatur mengenai
kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan melanggar hukum, pasal ini tidak memfasiliasi
kerugian akibat wanprestasi. 

2c. jabarkan alasan pendapat hukum saudara terhadap 2 peraturan perundang-undangan yang
mengakomodir doktrin vicarious liability! 

jawab :  

Vicarious Liability yakni suatu doktrin yang mendasarkan pemahamannya pada employment
principle, dimana majikan bertanggungjawab atas perbuatan para karyawannya.

Undang-undang di Indonesia yang memfasilitasi doktrin tersebut adalah :

1.  Pasal 15 UU Darurat No.7 Tahun 1995 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak
Pidana Ekonomi (UU TPE) – yang mana menurut ketentuan dalam undang-undang tersebut yang
dapat bertanggungjawab terhadap tindak pidana ekonomi yang dilakukan korporasi atau suatu
badan yakni:

a.   Badan hukum atau korporasi

b.  Orang yang memberi perintah atau bertindak sebagai pemimpin tindak pidana

c.   Badan hukum atau korporasi dan orang yang member perintah atau bertindak sebagai
pemimpin tindak pidana.

2.  asas vicarious liability dalam konsep Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yakni merupakan
pengecualian asas ‘tiada pidana tanpa kesalahan’. Vicarious liability pada penjelasan Pasal 38
ayat (2) menyatakan harus dibatasi untuk kejadian tertentu yang ditentukan secara tegas oleh UU
agar tidak timbulnya kesewenang-wenangan dalam penerapan hukum. Rumusan Pasal 38 ayat
(2) KUHP yang menunjukkan adanya doktrin vicarious liability adalah :

“ dalam hal ditentukan oleh Undang-Undang, setiap orang dapat dipertanggung jawabkan atas
tindak pidana yang dilakukan oleh oranglain.”

3.  Pasal 1 angka 5 jo. Pasal 98 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas – yang
menyatakan bahwa Direksi lah yang dapat mewakili Perusahaan di dalam ataupun diluar
pengadilan. Dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan bahwasannya jika korporasi
melakukan tindak pidana pertanggung jawabannya ada pada pemberi perintah atas tindak pidana
yang dilakukan atau pengurus yang ada di dalam korporasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai