Anda di halaman 1dari 8

BAB III

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA

PENDAHULUAN

a. Deskripsi

Tanggung jawab pelaku usaha dalam UUPK, adalah tanggung jawab

untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban pelaku usaha sebagaimana yang

tercantum dalam UUPK. Tanggung jawab tesebut adalah “minimal” dalam

arti tanggung jawab pelaku usaha tidak sekedar atau hanya yang ada dalam

UUPK saja, tetapi untuk melindungi terhadap kepentingan konsumen dapat

meliputi kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilakukan sebagaimana

mestinya sebagai pelaku usaha, dapat berdasarkan undang-undang selain

UUPK, ketentuan-ketentuan lain, kebiasaan, doktrin dan lain-lain.

Dalam bab ini juga dibahas tentang Klausula Baku, yang mencegah

agar pelaku usaha sebagai pihak yang “kuat”, tidak mengeksploitasi

konsumen sebagai pihak yang “lemah”.

b. Relevansi

Bab ini akan membahas tentang prinsip-prinsip tanggung jawab,

tanggung jawab produk, tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dari

konsumen, pembuktian dan beban tanggung jawab pelaku usaha serta klausula

baku.

c. Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa mampu menyebutkan prinsip-prinsip tanggung jawab dalam

Hukum Perlindungan Konsumen.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan tanggung jawab pelaku usaha dalam

bidang jasa, periklanan, importir barang dan jasa.

46
3. Mahasiswa mempu menjelaskan tanggung jawab pelaku usaha atas

tuntutan ganti rugi atau gugatan konsumen.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian pengajian standar / kontrak

baku, jenis-jenis kontrak baku, unsur-unsur kebutuhan baku.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan larangan pencantuman klausula

berdasarkan UUPK yang merugikan konsumen.

1. TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA

Prinsip tanggung jawab dalam ilmu hukum dikenal paling sedikit ada tiga

macam :

a. Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan

Menurut prinsip ini apabila pihak pertama melakukan kesalahan kepada pihak

lainnya harus bertanggung jawab membayar ganti kerugian kepada pihak

lainnya atas segala kerugian yang timbul akibat dari kesalahannya itu. Beban

pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, bukan pada pihak yang

merugikan. Prinsip ini adalah yang umum berlaku seperti yang diatur dalam

Pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum.

b. Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga

Menurut prinsip ini pihak pertama dianggap selalu bertanggung jawab

terhadap pihak lain atas setiap kerugian yang timbul dari pelaksanaan

pekerjaan / perbuatan yang diselenggarakannya. Tetapi jika pihak pertama

dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah, maka ia dibebaskan dari

kewajiban membayar ganti kerugian. Yang dimaksud degnan tidak bersalah

adalah tidak melakukan kelalaian, telah mengambil tindakan yang perlu untuk

mnghindari kerugian, atau peristiwa yang menimbulkan kerugian itu tidak

mungkin dihindari. Beban pembuktian ada pada pihak pertama. Pihak lainnya

47
sukup menunjukkan adanya kerugian yang diderita dalam pekerjaan /

perbuatan yang diselenggarakan oleh pihak pertama.

c. Prinsip tanggung jawab mutlak

Menurut prinsip ini pihak pertama harus bertanggung jawab membayar ganti

kerugian kepada pihak lainnya terhadap setiap kerugian yang timbul dari

perbuatan / pekerjaannya yang diselenggarakan tanpa keharusan pembuktian

ada tidaknya kesalahan pihak pertama. Pihak pertama tidak dimungkinkan

membebaskan diri tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan

kerugian itu. Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian tentang kesalahan.

Unsur kesalahan tidak relevan. (Saefullah Wirapraja,1989)

Prinsip-prinsip di atas diambil dari hukum pengangkutan untuk

melengkapi pembahasan tentang masalah tanggung jawab.

Menurut Penulis, tanggung jawab pelaku usaha dalam membahas UUPK,

adalah tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban pelaku usaha

sebagaimana tercantum dalam UUPK. Tanggung jawab tersebut adalah “minimal”

artinya tanggung jawab dari pelaku usaha tidak sekedar yang ada dalam UUPK

saja tetapi dapat meliputi kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilakukan

sebagaimana mestinya sebagai pelaku usaha, dapat berdasarkan undang-undang

lain, ketentuan-ketentuan lain yang pada akhirnya. Tanggung jawab ini akan

berdampak positif kepada konsumen.

Adapun dalam hukum perlindungan konsumen ada istilah tanggung jawab

produk. Tanggung jawab produk merupakan terjemahan dari bahasa Belanda

“verantwoordelijkheid”. Tanggung jawab produk adalah tanggung jawab

produsen, pengolah atau “non manufacturing seller” berhubung dengan

kerusakan terhadap orang atau harta pihak pembeli yang disebabkan oleh produk

yang telah dijual

48
Sejalan dengan itu Nasution (1995:188) berpendapat tanggung jawab

produk adalah tanggung jawab mutlak produsen dan atau mereka yang

dipersamakan dengannya atas produk cacat mereka.

Pada prinsipnya tanggung jawab pelaku usaha yang diatur dalam bab IV

UUPK ini dibagi dalam 4 (empat) bagian :

a. Bagian pertama dari Pasal 19 sampai dengan Pasal 22 UUPK mengatur

tentang tanggung jawab.

Pelaku usaha yang bertanggung jawab berdasarkan pasal-pasal di atas adalah :

1) Pelaku usaha dalam bidang perdagangan;

2) Pelaku usaha dalam bidang jasa;

3) Pelaku usaha periklanan;

4) Importir barang;

5) Importir jasa.

b. Bagian kedua dari Pasal 23 sampai dengan Pasal 26 UUPK, disamping

mengatur tanggung jawab juga mengatur perlindungan bagi konsumen untuk

menuntut ganti rugi atau mengajukan gugatan apabila dirugikan.

c. Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam kasus pidana (Pasal

22 UUPK) dan pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam

gugatan (Pasal 28 UUPK).

d. Pembebasan tanggung jawab pelaku usaha (Pasal 27 UUPK).

Berkaitan dengan tanggung jawab pelaku usaha perdagangan dan pelaku

usaha dalam bidang jasa diatur dalam Pasal 19 UUPK yaitu :

a. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,

pencemaran, dan/ atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/

atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

b. Ganti kerugian dapat berupa :

49
1) pengembalian uang atau penggantian barang dan/ atau jasa yang sejenis

atau setara nilainya;

2) perawatan kesehatan dan/ atau pemberian santunan yang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tanggung waktu 7 (tujuh) hari

setelah tanggal transaksi.

d. Pemberian ganti rugi sebagaimana tersebut di atas tidak menghapuskan

kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut

mengenai adanya unsur kesalahan.

Dalam Pasal 20 UUPK ditentukan bahwa, pelaku usaha periklanan

bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan

oleh iklan tersebut.

Tanggung jawab importir ini diatur dalam Pasal 21 UUPK yang

menentukan :

a. importir barang bertanggung jawab sebagai pembuat barang yang diimpor

apabila importasi barang tersebut tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan

produsen luar negeri.

b. importir jasa bertanggung jawab sebagai penyedia jasa asing apabila

penyediaan jasa asing tersebut tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan jasa

asing.

Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam kasus pidana

pada pelaku usaha perdagangan, pelaku usaha jasa, pelaku usaha periklanan dan

importir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4), Pasal 20, dan Pasal 21

UUPK merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha tanpa menutup

kemungkinan bagi jaksa untuk melakukan pembuktian.

Apabila pelaku usaha menolak dan/ atau tidak memberi tanggapan dan/

atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud

50
Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan (4), dapat digugat melalui badan

penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat

kedudukan konsumen.

Pelaku usaha yang menjual barang dan/ atau jasa kepada pelaku usaha lain

bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/ atau gugatan konsumen apabila :

a. pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan perubahan

apapun atas barang dan/ atau jasa tersebut.

b. pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak mengetahui adanya

perubahan barang dan/ atau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak

sesuai dengan contoh, mutu dan komposisi (Pasal 24 UUPK)

Pelaku usaha di atas dibebaskan dari tanggung jawab atas tuntutan ganti

rugi dan atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain yang membeli barang

dan/ atau jasa menjual kembali kepada konsumen dengan melakukan perubahan

atas barang dan/ atau jasa tersebut.

Pelaku usaha bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/ atau gugatan

konsumen apabila pelaku usaha tesebut :

a. tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang dan/ atau fasilitas

perbaikan.

b. tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau garansi yang

diperjanjikan (Pasal 25 UUPK).

Pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi jaminan dan/

atau garansi yang disepakati dan/ atau yang diperjanjikan (Pasal 26 UUPK).

Pembebasan tanggung jawab bagi pelaku usaha yang memproduksi barang

atas kerugian yang diderita konsumen apabila :

a. barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak dimaksudkan

untuk diedarkan;

b. cacat barang timbul kemudian hari;

51
c. cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang;

d. lewatnya jangka waktu penuntutan 4 (empat ) tahun sejak barang dibeli atau

lewat jangka waktu yang diperjanjikan (Pasal 27 UUPK).

52
53

Anda mungkin juga menyukai