Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Agus Raharjo, S.H., M.Hum.
Oleh Kelompok :
Nabilla Shifa Chairunisa E1A019090
Diva Ramadha Firdiyani E1A019095
Nabila Arlia Putri E1A019097
Septian Mahadana Jaya E1A019127
Anggiat Abednego E1A019169
Razaq Salamat Adhigana E1A019307
Muhammad Sayyid Rafi E1A019313
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 3
a. Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 3
b. Permasalahan .................................................................................................................... 4
c. Metode Pemecahan Masalah ........................................................................................... 6
BAB II
ANALISIS KASUS ....................................................................................................................... 8
A. Illegal Access...................................................................................................................... 8
B. Illegal Interception .......................................................................................................... 10
BAB III
PENUTUP.................................................................................................................................... 12
a. Kesimpulan ...................................................................................................................... 12
b. Saran ................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Akbar Kurnia Putra, “Harmonisasi Konvensi Cyber Crime dalam Hukum Nasional”, Jurnal Ilmu Hukum,
hal. 100.
4
kasus dari kejahatan illegal access adalah seorang karyawan alih daya di GraPARI
Telkomsel Rungkut, Surabaya bernama Febriansyah Puji Handoko membobol data pribadi
milik Denny Siregar. Pelaku memfoto data pribadi Denny Siregar yang kemudian foto
tersebut dikirimkan ke pemilik akun twitter @opposite6890.
Berdasarkan latar belakang diatas, kami tertarik untuk mengkaji kasus kejahatan
illegal access dan Illegal Interception tersebut. Diharapkan dengan adanya Analisa kasus
yang kami buat dapat membantu memecahkan permasalahan yang sedang terjadi.
b. Permasalahan
a) Illegal Access
Karyawan Outsourcing Grapari Telkomsel Rungkut Surabaya bernama
Febriansyah Puji Handoko diduga telah mengambil data aktivis media sosial yang
bernama Denny Zulfikar Siregar secara diam-diam dan tanpa izin. Data tersebut
kemudian disebar luaskan melalui media sosial Twitter melalui akun
@opposite6890 dengan cara melakukan capture atau screenshot pada data milik
Denny Zulfikar Siregar. SPV Corporate Secretary Telkomsel yaitu Agus Akbar
juga menegaskan bahwa tidak ada peretasan dari pihak luar dan pihak Telkomsel
akan berkoordinasi dengan aparat penegak hukum untuk menyelesaikan persoalan
tersebut. Akibat dari tindakan tersebut maka tersangka dijerat dengan Pasal 46 ayat
(1), ayat (2) dan ayat (3) Jo Pasal 30 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dan/atau Pasal
48 ayat (1), (2), dan (3) Jo Pasal 32 ayat (1), (2) dan (3) Undang- Undang Nomor
5
b) Illegal Interception
Contoh dari kejahatan Illegal Interception adalah kejahatan carding yang
merupakan suatu bentuk kejahatan dengan memanfaatkan data dan keuangan
pribadi seseorang untuk keperluan transaksi pribadi menggunakan kartu kredit
orang lain. Bentuk kejahatan carding ada beberapa seperti :
1. Missue of card yang merupakan penyalahgunaan kartu kredit yang tidak
dipresentasikan;
2. Counterfeiting merupakan pemalsuan kartu kredit yang biasa dilakukan
oleh perorangan maupun berupa sindikat pemalsu kartu kredit yang dibantu
dengan beberapa alat dan program untuk menyalin data pada kartu kredit
sehingga dapat diakses secara Cuma-Cuma yang tentunya akan sangat
merugikan pemilik asli;
3. Wire Tapping merupakan penyadapan transaksi kartu kredit melalui
jaringan komunikasi yang dapat mengakses banyak data dengan kerugian
tinggi;
4. Phissing merupakan penyadapan yang biasanya dilakukan melalui website
dengan tujuan mendapatkan data pribadi nasabah, biasanya kasus phissing
menggunakan link tertentu dan kebanyakan untuk orang awam yang
mengakses suatu website untuk mendownload sesuatu dapat menjadi
korban phissing.
tersebut, ia juga menuturkan bahwa pelaku lain yang berinisial HKD dan ZU hanya
membutuhkan identitas pemilik kartu karena menurutnya untuk melakukan
pembelanjaan online tidak perlu melewati bank melainkan hanya membutuhkan
akun di Apple dan PayPal. Dari tindakan tersebut pelaku melakukan pembelanjaan
online menggunakan beberapa kartu kredit yang digunakan secara bergantian agar
tidak terlacak, sementara hasil dari penjualan barang tersebut yang dilakukan
melalui carding dapat mengantongi setidaknya Rp 500 juta rupiah oleh masing
masing pelaku.
2
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, hal. 35.
3
Encep Sopyan, “Implementasi Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Pemeluk Agama yang Belum
Diakui Pemerintah Dihubungkan dengan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945”, Tesis Magister Ilmu
Hukum, Bandung, 2012, hal. 24.
7
4
Peter Mahmud Marzuk, Op. Cit, hal. 133.
8
BAB II
ANALISIS KASUS
A. Illegal Access
Illegal Access atau Akses Ilegal merupakan salah satu bentuk dari kejahatan siber.
Akses Ilegal sendiri merupakan kejahatan yang dilakukan dengan memasuki atau
menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa
sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Dalam UU ITE
sendiri aturan mengenai akses ilegal terdapat dalam Pasal 30 UU Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain itu, ketentuan mengenai ancaman
hukuman tindak pidana terdapat dalam Pasal 46 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
Dalam kasus yang dialami Denny Siregar, data pribadi miliknya dibuka lalu difoto
dan dikirimkan ke pemilik akun Twitter @opposite6890 melalui direct message. Pelaku
bernama Febriansyah Puji Handoko merupakan karyawan outsourcing yaitu sebagai
customer service di GraPARI Rungkur, Surabaya sehingga ia memiliki akses terbatas atas
data pribadi dan device milik pelanggan.5 Pelaku dijerat Pasal 46 Jo Pasal 30 dan/atau Pasal
48 Jo Pasal 32 Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan/atau Pasal
50 Jo Pasal 22 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan/atau
Pasal 362 KUHP dan/atau Pasal 95 A Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan.
5
Habibie, Nur. (2020, Juli 10). Polisi Tangkap Karyawan Outsourcing Akses Data Pribadi Denny Siregar.
Diakses dari https://penerbitdeepublish.com/cara-menulis-kutipan-dari-berita-online/
9
terdakwa Febriansyah Puji Handoko terbukti bersalah atas Pasal 46 Ayat (2) Jo. Pasal 30
Ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Berdasarkan analisis kami atas pasal-pasal yang dijeratkan kepada pelaku, yang
pertama yaitu Pasal 46 Jo Pasal 30 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 pelaku dijerat
pasal ini dikarenakan ia terbukti membuka data pribadi pelanggan atas nama Denny Siregar
tanpa otorisasi. Lalu, pasal kedua yaitu Pasal 48 Jo Pasal 32 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008. FPH dijerat
pasal tersebut dikarenakan ia terbukti memindahkan informasi/dokumen elektronik
tersebut dengan cara memfoto data tersebut lalu mengirimkan data device milik Denny
Siregar ke akun @opposite6890 melalui direct message media sosial Twitter, dan hal ini
mengakibatkan terbuka suatu Informasi Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat
diakses oleh publik sesuai dengan Pasal 32 UU No. 11 Tahun 2008. Pasal ketiga, Pasal 50
Jo Pasal 22 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Menurut
kelompok kami, pasal tersebut tidak sesuai dengan apa yang FPH lakukan karena disini
pelaku tidak memanipulasi data milik Denny Siregar namun membuka dan menyebarkan
data pribadinya secara ilegal. Pasal keempat adalah Pasal 362 KUHP, pelaku dianggap
mencuri barang berupa data pribadi milik Denny Siregar dengan cara melawan hukum.
Pasal terakhir yang dijeratkan kepada pelaku yaitu Pasal 95A Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan, dalam hal ini pelaku juga terbukti menyebarluaskan data
pribadi tanpa hak. Namun dari beberapa pasal tersebut, pelaku sendiri sudah memenuhi
unsur dari pasal tuntutan utama yang dijeratkan kepadanya yaitu Pasal 46 Ayat (2) Jo. Pasal
30 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Akhir dari kasus ini adalah hakim menjatuhkan vonis penjara 8 bulan dengan denda
2 juta rupiah. Menurut kelompok kami, putusan hakim sudah benar karena dari beberapa
pasal yang dijeratkan kepadanya, pelaku sendiri sudah memenuhi unsur dari pasal tuntutan
utama terkait Illegal Access yaitu Pasal 46 Ayat (2) Jo. Pasal 30 Ayat (2) Undang-Undang
10
Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
B. Illegal Interception
Illegal interception itu adalah tindakan pencegatan informasi atau penyadapan
informasi secara ilegal.6 Intersepsi ilegal diatur dalam Pasal 31 Undang- Undang ITE
sebagai berikut7 :
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/ atau Sistem
Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa
pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau
penghentian Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedang
ditransmisikan.
(3) Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), intersepsi
yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian,
kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan berdasarkan
undang- undang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pelaku pencurian data kartu kredit atau carding berinisial IIR, HKD, dan ZU
ditetapkan sebagai tersangka pelanggaran UU ITE karena melakukan aksi spamming dan
carding. Ketiga pelaku menggunakan kartu kredit ilegal untuk belanja melalui transaksi
dalam jaringan (daring). Para pelaku melakukan aksinya menggunakan smartphone.
6
Imam Sujono, “Rekontruksi Hukum Cybercrime dalam konsep Cybersecurity National”, hal. 5.
7
Seminar Leksikografi Indonesia, Leksikografi di Era Digital, Badan Pengembangan bahasa dan
perbukuan, Jakarta, 2019, hal. 34.
11
Mereka masuk dengan akun palsu di Apple ID dan Paypal. Dari akun tersebut mereka
mencuri data dari nomor kartu kredit dan tanggal kadaluwarsanya.
Atas perbuatan pelaku, mereka dijerat pasal 30 ayat (2) dan atau pasal 32 ayat (1)
UU ITE dengan ancaman pidana penjara paling lama tujuh tahun dan denda paling banyak
700 juta.
12
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Perkembangan ilmu pengetahun, teknologi, dan informasi di era revolusi industri
4.0 dan sosial 5.0 yang diharapkan mampu mempermudah kehidupan umat manusia
rupanya memunculkan sebuah fenomena yang disebut sebagai cyber crime atau dapat
diterjemahkan sebagai kejahatan siber. Salah satu bentuk kejahatan siber sekarang ini
adalah illegal access dan illegal interception.
dan cincin berlian, sepatu, jam tangan, dan beberapa barang elektronik melalui sistem
daring atau online yang menurut pengakuan mereka akan dijual kembali. Atas perbuatan
tersebut, mereka dijerat pasal 30 ayat (2) dan atau pasal 32 ayat (1) UU ITE dengan
ancaman pidana penjara paling lama tujuh tahun dan denda paling banyak 700 juta.
b. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menyelesaikan
dan memutuskan perkara hukum pidana yaitu :
1. Perlunya sebuah definisi yang jelas dalam mengartikan setiap perbuatan melawan
hukum yang tertera dalam peraturan perundang-undangan sebelum menjatuhkan
pidana terhadap terdakwa.
2. Lama dan besarnya pemidanaan memang kewenang para hakim, namun
pertimbangan dalam menjatuhkan pidana terhadap terdakwa pun seharusnya tidak
berjauhan dengan perhitungan pidana yang tertera dalam peraturan perundang-
undangan.
14
DAFTAR PUSTAKA
a. Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 atas perubahan UU No. 11 Tahun 2008
b. buku
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. 2005. Jakarta : Kencana.
Seminar Leksikografi Indonesia. Leksikografi di Era Digital. 2019. Jakarta : Badan
Pengembangan Bahasa dan Perbukuan.
c. Jurnal
Putra, Akbar Kurnia. “Harmonisasi Konvensi Cyber Crime dalam Hukum Nasional”.
Jurnal Ilmu Hukum.
Sopyan, Encep. “Implementasi Perlindungan Hak Asasi Manusia terhadap Pemeluk
Agama yang Belum Diakui Pemerintah Dihubungkan dengan Pasal 28 Undang-
Undang Dasar 1945”. Tesis Magister Ilmu Hukum. 2012.
Sujono, Imam. “Rekontruksi Hukum Cybercrime dalam Konsep Cybersecurity”.
d. Internet
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210303175401-12-613324/pembocor-data-
pribadi-denny-siregar-divonis-8-bulan-penjara. Diakses pada 27 Februari 2022
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5479358/pembobol-data-pribadi-denny-
siregar-divonis-8-bulan-penjara. Diakses pada 27 Februari 2022
https://penerbitdeepublish.com/cara-menulis-kutipan-dari-berita-online/. Diakses pada 27
Februari 2022