Anda di halaman 1dari 12

“KASUS CYBER CRIME BERJENIS CARDING”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Sistem Operasi

Dosen Pengampu:
Bunga Intan, M.Kom.

Disusun oleh:

Ferdi Valentino Zega (2302030044)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


UNIVERSITAS BINA INSAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kasus Cyber Crime Berjenis Carding" dengan
tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Konsep Sistem Informasi. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang kejahatan Cyber Crime yang
sekarang sering terjadi, bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Bunga Intan,M.Kom. Selaku dosen Mata Kuliah
Sistem Operasi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membaca isi dari makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
A. Pengertian dari Ilmu Sosial dan Budaya Sosial Dasar...................................................................6
1.1 Cyber Crime...........................................................................................................................7
1.2 Carding..................................................................................................................................7
1.3 Kasus Carding Yang Pernah Terjadi di Kota Lubuklinggau....................................................7
B. Dampak Yang di Timbulkan dari Kejahatan Cyber Crime Carding................................................7
1.1 Dampak dari Cyber Crime.....................................................................................................8
1.2 Dampak dari Carding.............................................................................................................8
C. Tindakan dan Solusi Yang Dapat di Lakukan Untuk Terhindar dari Carding.................................8
D. Hukuman dan Perundang-undangan Yang Mengatur Tentang Cyber..........................................9
1.1 Pasal 17 UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik......................9
1.2 Pasal 18 UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.......................9
1.3 Pasal 19 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik......................9
1.4 Pasal 20 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik......................9
1.5 Pasal 21 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik....................10
1.6 Pasal 22 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik....................10
1.7 Perubahan dari UU No 11 Tahun 2008 Ke UU No 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan
Transaksi..........................................................................................................................................10
BAB III.................................................................................................................................................11
PENUTUP............................................................................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cybercrime merupakan kejahatan yang memanfaatakan perkembangan teknologi komputer


khususnya internet. Di Negara-negara maju dan berkembang kasus kejahatan seperti ini
sangat sering terjadi. Contohnya seperti yang saat ini sering terjadi di Indonesia. Kasus
kejahatan Pencurian Transaksi elektronik dengan via transfer dan kebocoran data pribadi
melalui akun media sosial sering menjadi kasus yang terjadi hingga saat ini, Kasus kejahatan
dunia maya atau yang lebih dikenal dengan Cyber Crime.

Untuk meminimalisir atau mengurangi kasus kejahatan tersebut maka diperlukan pengawasan
yang ketat dan undang-undang untuk memberikan perlindungan serta jaminan keamanan
untuk para pengguna teknologi informasi.

POLDA JAWA TIMUR, pada tahun 2022, sudah melakukan penangkapan kasus sindikat
Cyber Crime yang bersifat pembobolan kartu kredit, atau yang sering kita kenal dengan kata
Carding, Carding adalah sebuah Tindakan kejahatan dengan melakukan transaksi atau belanja
menggunakan nomor dan kartu orang lain. Pelaku biasanya mendapatkan data nomor kartu
kredit korbannya secara ilegal. Kedua hacker asal Kota Lubuklinggau ini ditangkap oleh
pihak Polda Jatim, dari hasil penangkapan tersebut pihak Polda Jatim memperoleh hasil dari
tindak Cyber Crime tersebut dengan nominal yang sangat besar yaitu sejumlah milyaran
rupiah.

Hasil dari kejatan yang dilakukan oleh Kgs Egi Pratama dan Prasetyo Bagus adalah dengan
membangun rumah mewah, senjata api merk SPS Standard, 2 air soft gun merk Tokyo Marui,
3Kotak peluru 9mm merk Federal, dan mobil Toyota Yaris. Dari pengakuan tersangka
mereka sudah beraksi selama 5 Tahun dan sudah mendapatkan hasil ratusan milyar.

Uniknya dari kasus tersebut dari penghasilan yang telah mereka peroleh berupa uang
sejumlah ratusan milyar dan kedapatan senjata api, hukuman yang diberikan hakim kepada
saudara Kgs Egi Pratama hanya 10bulan kurungan penjara serta denda sebesar Rp.15.000.000
subsider selama 3 bulan, dan hukuman kepada saudara Prasetyo Bagus hanya 8 bulan
kurungan penjara serta denda Rp.15.000.000 subsider selama 3 bulan.

Adapun software yang mereka gunakan Bernama “Umbrella” software tersebut diketahui
merupakan software yang digunakan untuk menyebarkan scampage dengan tujuan
mendapatkan data-data kartu kredit dan data pribadi milik korban.
B. Rumusan Masalah
1. Pembahasan tentang Kasus Cyber Crime berjenis Carding
2. Dampak yang ditimbulkan dari Kasus Cyber Crime berjenis Carding
3. Tindakan dan solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah kejahatan tersebut terjadi
4. Hukuman yang didapatkan dari kejahatan Cyber Crime tersebut

C. Tujuan Masalah
1. Memberikan pengertian tentang cyber crime dan carding
2. Memberikan dampak apa saja yang ditimbulkan dari kejahatan cyber crime
3. Memberikan solusi untuk mencegah terjadinya kejahatan cyber crime
4. Mengenal perundang-undangan dan hukuman dari kejahatan cyber crime
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Ilmu Sosial dan Budaya Sosial Dasar

1.1 Cyber Crime


Cyber crime atau kejahatan siber adalah tindak kejahatan yang memanfaatkan teknologi
komputer dan jaringan internet untuk melakukan peretasan, pencurian, penipuan,
penyebaran virus, dan tindak kriminal digital lainnya.

1.2 Carding
Carding adalah kejahatan siber yang memanfaatkan data kartu kredit orang lain untuk
bertransaksi. Data kartu kredit tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara, misalnya
meretas situs tempat Anda menggunakan nomor kartu kredit untuk berlangganan dan
menanamkan hardware khusus di balik mesin EDC yang Anda gunakan untuk membayar
di supermarket. Hardware khusus ini digunakan untuk merekam data kartu yang telah
Anda gesek dan mengirimkannya kepada oknum penipu terkait.

1.3 Kasus Carding Yang Pernah Terjadi di Kota Lubuklinggau


POLDA JAWA TIMUR, pada tahun 2022, sudah melakukan penangkapan kasus sindikat
Cyber Crime yang bersifat pembobolan kartu kredit, atau yang sering kita kenal dengan
kata Carding, Kedua hacker asal Kota Lubuklinggau ini ditangkap oleh pihak Polda
Jatim, dari hasil penangkapan tersebut pihak Polda Jatim memperoleh hasil dari tindak
Cyber Crime tersebut dengan nominal yang sangat besar yaitu sejumlah milyaran rupiah.

Menurut sumber Sindonew.com, keduanya ditangkap oleh tim cyber, pada Senin,
8 Agustus 2022 Sekitar pukul 18.00. Tersangka Egi ditangkap di Pasar Kalimantan
Lubuklinggau saat sedang berbelanja. Sementara, Prasetyo ditangkap di kediamannya
Kelurahan Marga Mulya. Penjelasan dari mantan Kapolres Kota Lubuklinggau, AKBP
Harrisandi menjelaskan, bahwa penangkapan kasus hacker ini berdasarkan informasi dari
masyarakat, dan otak dari motif kejahatan cyber crime ini yakni saudara Kgs Egi Pratama

Menurut saksi Resky Dwi Aditya ikut melakukan penyebaran scampage untuk
mendapatkan data-data kartu kredit dan data pribadi milik orang lain atas perintah
terdakwa Kgs Egi Pratama sejak tahun 2020.

Selama bekerja untuk terdakwa Egi Pratama saksi Resky Dwi Aditya mendapatkan ±
1.000 data-data kartu kredit milik orang-orang dari Negara Amerika Serikat.
Sedangkan menurut saksi Thomas Defransa Putra ikut melakukan penyebaran scampage
untuk mendapatkan data-data kartu kredit dan data pribadi milik orang lain atas perintah
terdakwa Kgs Egi Pratama dengan mendapatkan gaji Rp.3.500.000,- hingga
Rp.5.000.000,- perbulan.

Hasil dari kejatan yang dilakukan oleh Kgs Egi Pratama dan Prasetyo Bagus adalah
dengan membangun rumah mewah, senjata api merk SPS Standard, 2 air soft gun merk
Tokyo Marui, 3Kotak peluru 9mm merk Federal, serta mobil Toyota Yaris, Honda Hrv,
dan Mitshubishi Pajero. Dari pengakuan tersangka mereka sudah beraksi selama 5 Tahun
dan sudah mendapatkan hasil ratusan milyar.
Adapun software yang mereka gunakan Bernama “Umbrella” software tersebut diketahui
merupakan software yang digunakan untuk menyebarkan scampage dengan tujuan
mendapatkan data-data kartu kredit dan data pribadi milik korban.

B. Dampak Yang di Timbulkan dari Kejahatan Cyber Crime Carding

1.1 Dampak dari Cyber Crime


Dampak terbesar akibat cyber crime, khususnya peretasan data perusahaan adalah
penurunan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Apabila kepercayaan
masyarakat menurun, bukan tidak mungkin mereka akan melakukan aksi tambahan,
seperti menghapus aplikasi dari handphone mereka, atau berhenti berlangganan produk
dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaspersky sebagaimana diberitakan oleh
Liputan6.com, sebanyak 29% perusahaan yang menjadi objek penelitian lembaga
tersebut, mengalami kesusahan untuk mendapatkan pelanggan baru pasca sistemnya
diretas. Pada akhirnya, pendapatan perusahaan akan mengalami penurunan.

1.2 Dampak dari Carding


Dampak dari kasus yang dilakukan oleh saudara Kgs Egi Pratama dan saudara Prasetyo
Bagus tentu sangat merugikan banyak pihak,mulai dari orang dalam negeri dan luar
negeri, pasalnya dari keterangan tersangka, korban yang mereka targetkan adalah orang-
orang Negara Amerika, hal ini merugikan pengguna kartu kredit, karena motif dari
kejahatan cyber crime yang besifat carding ini adalah orang-orang pengguna kartu kredit,
yang dimana sang pelaku mengambil data-data kartu kredit korban dan data-data pribadi
korban, sehingga para pelaku memperoleh data pengguna kartu kredit dari korban lalu
saldo dari kartu kredit tersebut dialihkan oleh pelaku untuk membeli apapun yang mereka
mau, sehingga biaya yang di tanggung adalah sang korban.

Dari kasus ini juga berdampak bagi citra nama baik Kota Lubuklinggau, karena kedua
pelaku adalah orang dari Kota Lubuklinggau, bukan hanya nama baik Kota Lubuklinggau
yang tercoreng, tetapi nama baik Negara Indonesia pun ikut buruk. Pasalnya, korban-
korban yang ditargetkan oleh sang pelaku kebanyakan dari orang luar negeri.

C. Tindakan dan Solusi Yang Dapat di Lakukan Untuk Terhindar dari Carding
Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengantisipasi tindak kejahatan
carding:

1. Jika Anda bertransaksi di toko, restoran, atau hotel menggunakan kartu kredit
pastikan Anda mengetahui bahwa kartu kredit hanya digesek pada mesin EDC yang
dapat Anda lihat secara langsung.

2. Jika Anda melakukan transaksi belanja atau reservasi hotel secara online, pastikan
bahwa website tersebut aman dengan dilengkapi teknologi enskripsi data (https) serta
memiliki reputasi yang bagus. Ada baiknya juga jika Anda tidak melakukan transaksi
online pada area hotspot karena pada area tersebut rawan terjadinya intersepsi data.
3. Jangan sekali-kali Anda memberikan informasi terkait kartu kredit Anda berikut
identitas Anda kepada pihak manapun sekalipun hal tersebut ditanyakan oleh pihak
yang mengaku sebagai petugas bank.

4. Simpanlah surat tagihan kartu kredit yang dikirim oleh pihak bank setiap bulannya
atau jika Anda ingin membuangnya maka sebaiknya hancurkan terlebih dahulu
menggunakan alat penghancur kertas (paper shredder). Surat tagihan memuat
informasi berharga kartu kredit Anda.

5. Jika Anda menerima tagihan pembayaran atas transaksi yang tidak pernah Anda
lakukan maka segera laporkan kepada pihak bank penerbit untuk dilakukan
investigasi.

D. Hukuman dan Perundang-undangan Yang Mengatur Tentang Cyber


Secara luas, tindak pidana cyber adalah semua tindak pidana yang menggunakan sarana atau
dengan bantuan Sistem Elektronik. Artinya semua tindak pidana konvensional dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana sepanjang dengan menggunakan bantuan atau sarana Sistem
Elektronik seperti pembunuhan, perdagangan orang, dapat termasuk dalam kategori tindak
pidana cyber dalam arti luas. Arti luas adalah segala bentuk tindakan kejahatan cyber

Pengaturan tindak pidana cyber diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

1.1 Pasal 17 UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
1. Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun
privat.
2. Para pihak yang melakukan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Transaksi Elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

1.2 Pasal 18 UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
1. Transaksi Elektronik yang dituangkan ke dalam Kontrak Elektronik mengikat para
pihak.
2. Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum yang berlaku bagi Transaksi
Elektronik internasional yang dibuatnya.
3. Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam Transaksi Elektronik
internasional, hukum yang berlaku didasarkan pada asas Hukum Perdata
Internasional.
4. Para pihak memiliki kewenangan untuk menetapkan forum pengadilan, arbitrase,
atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang berwenang menangani
sengketa yang mungkin timbul dari Transaksi Elektronik internasional yang
dibuatnya.
5. Jika para pihak tidak melakukan pilihan forum sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
penetapan kewenangan pengadilan, arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa
alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari
transaksi tersebut, didasarkan pada asas Hukum Perdata Internasional.
1.3 Pasal 19 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
1. Para pihak yang melakukan Transaksi Elektronik harus menggunakan Sistem
Elektronik yang disepakati.

1.4 Pasal 20 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
1. Kecuali ditentukan lain oleh para pihak, Transaksi Elektronik terjadi pada saat
penawaran transaksi yang dikirim Pengirim telah diterima dan disetujui Penerima.
2. Persetujuan atas penawaran Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik.

1.5 Pasal 21 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
1. Pengirim atau Penerima dapat melakukan Transaksi Elektronik sendiri, melalui pihak
yang dikuasakan olehnya, atau melalui Agen Elektronik.
2. Pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam pelaksanaan
Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. Jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi
Elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi;
b. Jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum dalam pelaksanaan
Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab pemberi kuasa; atau
c. Jika dilakukan melalui Agen Elektronik, segala akibat hukum dalam pelaksanaan
Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik.
3. Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya Agen Elektronik
akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap Sistem Elektronik, segala
akibat hukum menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik.
4. Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya Agen Elektronik
akibat kelalaian pihak pengguna jasa layanan, segala akibat hukum menjadi tanggung
jawab pengguna jasa layanan.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat
dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak
pengguna Sistem Elektronik.

1.6 Pasal 22 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
1. Penyelenggara Agen Elektronik tertentu harus menyediakan fitur pada Agen
Elektronik yang dioperasikannya yang memungkinkan penggunanya melakukan
perubahan informasi yang masih dalam proses transaksi.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggara Agen Elektronik tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
1.7 Perubahan dari UU No 11 Tahun 2008 Ke UU No 19 Tahun 2016 Tentang
Informasi dan Transaksi

Cyber Crime diatur dalam Undang-Undang Transaksi Elektronik Nomor 8 Tahun 2011
sebagaimana telah diubah menjadiUndang- Undang Nomor 19 Tahun 2016, ( "UU ITE")
khususnya pada pasal 27 sampai 30 mengenai perbuatan yang dilarang. Lebih lanjut,
aturan tentang hacking diatur dalam pasal 30 ayat (1), (2) dan (3) mengatakan bahwa:

1. Dengan sengaja tapa hak dan tapa hak atau melawan hukum mengakses dan/ atau
sistem elektronik orang lain dengan cara apapun

2. Dengan sengaja dan tapa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/ atau
sistem orang lain dengan cara apapun untuk tujuan memperoleh Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik.

3. Dengan sengaja dan tapa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/ atau
sistem elektronik dengan tujuan melanggar menerobos, melampaui, menjebol sistem
pengaman Lebih lanjut sanksi bagi yang melanggar ketentuan pasal 30 UU ITE diatur
di dalam pasal 46 UU ITE berupa:

1. Ayat (1): dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

2. ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).

3. ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kejahatan cyber crime sangat
marak terjadi bukan hanya di negara maju saja, tetapi negara berkembang pun sangat
sering terjadi. Khususnya seperti kejahatan cyber crime jenis Carding tersebut yang
dimana modusnya para pelaku melakukan penyebaran scampage kepada para
korbannya, sehingga dari sana para pelaku dapat memperoleh data-data kartu kredit
hingga data-data pribadi sang korban, lalu para pelaku melakukan pengalihan dana
kartu kredit yang akan mereka beli apapun sesuai keinginan pelaku, dan yang
menanggung semua biaya tersebut adalah sang korban. Dari kasus yang saya angkat
tersebut adalah seorang hacker yang berasal dari tanah kelahiran saya sendiri yaitu
Kota Lubuklinggau, sangat di sayangkan para pelaku menyalah gunakan kelebihan
mereka, yang dimana dapat memperoleh hasil yang posif tapi pelaku ingin mencari
jalan yang lebih instan untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dengan cara
melakukan tindak kejaharan cyber crime yang bersifat Carding tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Prasetio,bimoprasetio.com,2022,Mengintip Isi Rekening 2 Hacker Yang di Tangkap Oleh
Kepolisian,2022

Era Neizma Wedya, Sindonews.com, 2022, Terungkap Rekening Hacker yang Ditangkap Tim Cyber
Berisi Ratusan Miliar, Sumatera Selatan.

Endang Kusmadi, Linggaupos.co.id, 2023, Warga Lubuklinggau Dihukum di Surabaya Karena Kasus
Hacker ini Kata Pengacaranya, Lubuklinggau.

Era Neizma Wedya,iNewsSumsel,2022,Mengenal Carding Kejahatan 2 Hacker yang Miliki Rumah


Mewah dan Saldo Miliaran Asal Lubuklinggau,Sumatera Selatan.

Eko Hepronis, Vada Rosetiati,TribunSumsel.com,2022,BREAKING NEWS: Dua Hacker Asal


Lubuklinggau Ditangkap Polda Jatim Bobol Kartu Kredit Miliaran,Lubuklinggau.

Novi Hariyanto,Sumateraekspres.id,2023,Bobol Kartu Kredit Dua Hacker Lubuklinggau Divonis 10


Bulan Penjara,Sumatera Selatan.

Telecommunicartion,linknet.id,2023, Apa Itu Cyber Crime? Pengertian Jenis dan Contoh


Kasusnya,2023

Teguh Arifiyadi, S.H., M.H./Ahmad Zamzami,2013,Hukumonline.com,Langkah-langkah Agar Terhindar


Dari Kejahatan Carding,Indonesia Cyber Law Community (ICLC)

Legalku.com, https://www.legalku.com/jenis-jenis-cyber-crime-dan-perlindungan-hukumnya/

https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/users/4761/UU%2019%20Tahun%202016.pdf

https://www.kemhan.go.id/itjen/wp-content/uploads/2017/08/uu19-2016bt.pdf

https://jdihn.go.id/files/4/2008uu011.pdf

Anda mungkin juga menyukai