Anda di halaman 1dari 15

Cyber Crime

Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Ta’zir Dosen Pengampu Iman
Hilman Faturrahman M.Ag

Disusun Oleh:

Ahmad Rohid N.A 1213060003


Almas Aulia 1213060010
Dela Puspita 1213060025
Dewi S.N 1213060027
Ghina Cantika 1213060045

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Syukur alhamdulillah senantiasa kami haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini tepat waktu. Makalah berjudul “Cyber Crime “ ini ditujukan untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Fiqh Ta’zir.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dengan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Melalui kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Iman Hilman
Faturrahman M.Ag. yang telah memberikan dukungan moral dan materi pada kami.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi konten, susunan kalimat, maupun struktur makalah. Oleh karena itu, dengan
sangat terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang membangun agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Wassalamuaalaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Karawang, 05 Desember 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Pengertian Cyber Crime...............................................................................................2

B. Cyber Crime Menurut Hukum Positif........................................................................4

C. Cyber Crime Menurut Hukum Pidana Islam............................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................................10

Kesimpulan:........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat akan senantiasa berkemban, dengan adanya perkembangan itulah ilmu
pengetahuan teknologi dan informasi akan semakin berkembang sehingga masyarakat mulai
hidup dengan memanfaatkan dan mengaksesjaringan internet. Internet merupakan singkatan
dari interconnection networking atau jaringan yang saling terhubung, dimana di dalam
internet banyak sekali komputer di seluruh dunia yang saling terhubung satu sama lain.
Akibat pengaruh globalisasi inilah yang menyebabkan pula kejahatan yang timbul semakin
bervariatif.

Dengan adanya teknologi inilah dapat menciptakan “dunia tanpa batas” yang berarti
orang dapat mengakses apapun melalui internet dan bahkan ada yang menyebutkan bahwa
dengan internet akan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi membawa pengaruh positif dan negatif bagaikan pedang
bermata dua. Pemanfaatan teknologi ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan
kesejahteraan dan peradaban manusia, namun disisi lain dapat dimanfaatkan oleh oknum
yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan suatu perbuatan melawan hukum yang
menyerang berbagai kepentingan hukum orang, masyarakat dan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Cyber Crime
2. Bagaimana Cyber Crime menurut hukum positif
3. Bagaimana Cyber Crime menurut hukum pidana islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cyber Crime


Perkembangan teknologi jaringan komputer global atau Internet telah
menciptakan dunia baru yang dinamakan cyberspace, sebuah dunia komunikasi
berbasis komputer yang menawarkan realitas yang baru, yaitu realitas virtual. Istilah
cyberspace muncul pertama kali dari novel William Gibson berjudul Neuromancer
pada tahun 1984. Istilah cyberspace pertama kali digunakan untuk menjelaskan dunia
yang terhubung langsung (online) ke internet oleh Jhon Perry Barlow pada tahun
1990.
Secara etimologis, istilah cyberspace sebagai suatu kata merupakan suatu
istilah baru yang hanya dapat ditemukan di dalam kamus mutakhir. Pengertian
cyberspace tidak terbatas pada dunia yang tercipta ketika terjadi hubungan melalui
internet. Perkembangan teknologi komputer juga menghasilkan berbagai bentuk
kejahatan komputer di lingkungan cyberspace yang kemudian melahirkan istilah baru
yang dikenal dengan Cybercrime, Internet Fraud, dan lain-lain. Sebagian besar dari
perbuatan Cybercrime dilakukan oleh seseorang yang sering disebut dengan cracker.
Kegiatan hacking atau cracking yang merupakan salah satu bentuk cybercrime
tersebut telah membentuk opini umum para pemakai jasa internet bahwa Cybercrime
merupakan suatu perbuatan yang merugikan bahkan amoral. Para korban menganggap
atau memberi stigma bahwa cracker adalah penjahat. Perbuatan cracker juga telah
melanggar hak-hak pengguna jasa internet sebagaimana digariskan dalam The
Declaration of the Rights of Netizens yang disusun oleh Ronda Hauben. David I.
Bainbridge mengingatkan bahwa pada saat memperluas hukum pidana, harus ada
kejelasan tentang batas-batas pengertian dari suatu perbuatan baru yang dilarang
sehingga dapat dinyatakan sebagai perbuatan pidana dan juga dapat dibedakan dengan
misalnya sebagai suatu perbuatan perdata.
Kejahatan fraud sedang menjadi trend bagi beberapa kalangan pengguna jasa
internet. Channel #cc, #ccs, #cchome atau #cvv2 pada server-server IRC favorit,
seperti: DALnet, UnderNet dan Efnet banyak dikunjungi orang dari seluruh dunia
untuk mencari kartu-kartu kredit bajakan dengan harapan dapat digunakan sebagai
alat pembayaran ketika mereka berbelanja lewat Internet.
Modus Kejahatan Kartu Kredit (Carding) umumnya berupa :

2
a. Mendapatkan nomor kartu kredit (CC) dari tamu hotel.
b. Mendapatkan nomor kartu kredit melalui kegiatan chatting di Internet.
c. Melakukan pemesanan barang ke perusahaan di luar negeri dengan menggunakan
Jasa Internet.
d. Mengambil dan memanipulasi data di Internet.
e. Memberikan keterangan palsu, baik pada waktu pemesanan maupun pada saat
pengambilan barang di Jasa Pengiriman (kantor pos, UPS, Fedex, DHL, TNT,
dsb.).
Berdasarkan bentuk-bentuk kejahatan sebagaimana telah dikemukakan oleh
beberapa penulis serta memperhatikan kasus-kasus cybercrime yang sering terjadi,
maka kualifikasi cybercrime berdasarkan Tindak pidana yang berkaitan dengan
kerahasiaan, integritas dan keberadaan data dan sistem computer yaitu:
a. Illegal Access (akses secara tidak sah terhadap sistem komputer), yaitu
dengan sengaja dan tanpa hak melakukan akses secara tidak sah terhadap
seluruh atau sebagian sistem komputer, dengan maksud untuk
mendapatkan data komputer atau maksud-maksud tidak baik lainnya, atau
berkaitan dengan sistem komputer yang dihubungkan dengan sistem
komputer lain. Hacking merupakan salah satu dari jenis kejahatan ini yang
sangat sering terjadi.
b. Data Interference (mengganggu data komputer), yaitu dengan sengaja
melakukan perbuatan merusak, menghapus, memerosotkan (deterioration),
mengubah atau menyembunyikan (suppression) data komputer tanpa hak.
Perbuatan menyebarkan virus komputer merupakan salah satu dari jenis
kejahatan ini yang sering terjadi.
c. System Interference (mengganggu sistem komputer), yaitu dengan
sengaja dan tanpa hak melakukan gangguan terhadap fungsi sistem
komputer dengan cara memasukkan, memancarkan, merusak, menghapus,
memerosotkan, mengubah, atau menyembunyikan data komputer.
Perbuatan menyebarkan program virus komputer dan E-mail bombings
(surat elektronik berantai) merupakan bagian dari jenis kejahatan ini yang
sangat sering terjadi.
d. Illegal Interception in the computers, systems and computer networks
operation(intersepsi secara tidak sah terhadap komputer, sistem, dan
jaringan operasional komputer), yaitu dengan sengaja melakukan

3
intersepsi tanpa hak, dengan menggunakan peralatan teknik, terhadap data
komputer, sistem komputer, dan atau jaringan operasional komputer yang
bukan diperuntukkan bagi kalangan umum, dari atau melalui sistem
komputer, termasuk didalamnya gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan dari suatu sistem komputer yang membawa sejumlah data.
Perbuatan dilakukan dengan maksud tidak baik, atau berkaitan dengan
suatu sistem komputer yang dihubungkan dengan sistem komputer
lainnya.
e. Data Theft (mencuri data), yaitu kegiatan memperoleh data komputer
secara tidak sah, baik untuk digunakan sendiri ataupun untuk diberikan
kepada orang lain. Identity theft merupakan salah satu dari jenis kejahatan
ini yang sering diikuti dengan kejahatan penipuan (fraud). Kejahatan ini
juga sering diikuti dengan kejahatan data leakage.
f. Data leakage and Espionage (membocorkan data dan memata-matai),
yaitu kegiatan memata-matai dan atau membocorkan data rahasia baik
berupa rahasia negara, rahasia perusahaan, atau data lainnya yang tidak
diperuntukkan bagi umum, kepada orang lain, suatu badan atau perusahaan
lain, atau negara asing.”
g. Misuse of Devices (menyalahgunakan peralatan komputer), yaitu dengan
sengaja dan tanpa hak, memproduksi, menjual, berusaha memperoleh
untuk digunakan, diimpor, diedarkan atau cara lain untuk kepentingan itu,
peralatan, termasuk program komputer, password komputer, kode akses,
atau data semacam itu, sehingga seluruh atau sebagian sistem komputer
dapat diakses dengan tujuan digunakan untuk melakukan akses tidak sah,
intersepsi tidak sah, mengganggu data atau sistem komputer, atau
melakukan perbuatan-perbuatan melawan hukum lain.

B. Cyber Crime Menurut Hukum Positif


Indonesia belum memiliki Undang-Undang khusus/cyber law yang mengatur
mengenai cybercrime. Akan tetapi, terdapat beberapa hukum positif lain yang berlaku
umum dan dapat dikenakan bagi para pelaku cybercrime.

a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

4
Pasal-pasal didalam KUHP biasanya digunakan lebih dari satu Pasal karena
melibatkan beberapa perbuatan sekaligus pasal-pasal yang dapat dikenakan dalam
KUHP pada cybercrime yaitu:

1) Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding. Carding: tindakan
bertransaksi ilegal dengan menggunakan kartu kredit atau rekening orang lain.
2) Pasal 378 KUHP dapat dikenakan untuk Penipuan online: tindakan menipu
korban dengan cara menjual barang palsu atau tidak sesuai dengan deskripsi.
3) Pasal 335 KUHP dapat dikenakan untuk kasus Ransomware: tindakan
mengenkripsi data korban dan meminta tebusan untuk mengembalikan data
tersebut.
4) Pasal 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pencemaran nama baik dengan
menggunakan media Internet. Modusnya adalah pelaku menyebarkan email
kepada teman-teman korban tentang suatu cerita yang tidak benar atau
mengirimkan email ke suatu mailing list sehingga banyak orang mengetahui
cerita tersebut.
5) Pasal 303 KUHP dapat dikenakan untuk menjerat permainan judi yang
dilakukan secara online di Internet dengan penyelenggara dari Indonesia.
6) Pasal 282 KUHP dapat dikenakan untuk penyebaran pornografi maupun
website porno yang banyak beredar dan mudah diakses di Internet.Walaupun
berbahasa Indonesia, sangat sulit sekali untuk menindak pelakunya karena
mereka melakukan pendaftaran domain tersebut di luarnegeri dimana
pornografi yang menampilkan orang dewasa bukan merupakan hal yang
terlarang atau illegal.
7) Pasal 282 dan 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus penyebaran foto atau
film pribadi seseorang yang vulgar di Internet , misalnya kasus-kasus video
porno para mahasiswa, pekerja atau pejabat publik.
8) Pasal 378 dan 262 KUHP dapat dikenakan pada kasus carding, karena pelaku
melakukan penipuan seolah-olah ingin membeli suatu barang dan membayar
dengan kartu kreditnya yang nomor kartu kreditnya merupakan curian.
9) Pasal 406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking yang
membuat sistem milik orang lain, seperti website atau program menjadi tidak
berfungsi atau dapat digunakan sebagaimana mestinya.

5
b. Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Menurut Pasal 1 angka (8) Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,
program komputer adalah sekumpulan intruksi yang diwujudkan dalam bentuk
bahasa, kode, skema ataupun bentuk lain yang apabila digabungkan dengan media
yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk
melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk
persiapan dalam merancang intruksi-intruksi tersebut. Hak cipta untuk program
komputer berlaku selama 50 tahun (Pasal 30). Tindakan pembajakan program
komputer tersebut juga merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 72
ayat (3) yaitu “Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak
penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).”

c. UU No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi atau UU Nomor 11 Tahun 2008


Tentang Internet & Transaksi Elektronik.

Menurut Pasal 1 angka (1) Undang – Undang No 36 Tahun 1999, Telekomunikasi


adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan/atau penerimaan dan setiap informasi
dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem
kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya. Penyalahgunaan Internet
yang mengganggu ketertiban umum atau pribadi dapat dikenakan sanksi dengan
menggunakan Undang- Undang ini, terutama bagi para hacker yang masuk ke sistem
jaringan milik orang lain sebagaimana diatur pada Pasal 22, yaitu “Setiap orang
dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau memanipulasi”:

• Akses ke jaringan telekomunikasi


• Akses ke jasa telekomunikasi
• Akses ke jaringan telekomunikasi khusus

6
Pasal 50 yang berbunyi “Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)”

C. Cyber Crime Menurut Hukum Pidana Islam


Sariqah berarti mencuri harta (maal) orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi atau
diam-diam. Definisi mal menurut para fuqaha diartikan sebagai sesuatu yang cendedrung
pada tabiat manusia kepadanya dan mungkin disimpan untuk waktu keperluan. 1 Menurut
syariah pencurian adalah salah satu kejahatan paling serius dalam islam dan termasuk ke
dalam kejahatan hudud. Dalam islam pencurian terdiri dari pelanggaran hak milik dan privasi
orang lain. Penjahat dunia maya dapat memperoleh informasi tentang data pribadi seseorang
dengan berbagai cara.

Pencurian informasi telah dikutip oleh para ahli hukum islam. Pencurian data pribadi
disamakan dengan masalah pencurian buku-buku termasuk Al-Qur’an dan fiqh. Dalam hal ini
mazhab hanafi mengatakan bahwa mencuri buku-buku Al-Qur’an dan fikih tidak dikenakan
hukuman pencurian karena buku biasanya disimpan untuk membaca dan surat-surat tidak
memiliki nilai keuangan. Namun, ulama lain berpendapat sebaliknya. Menurut mazhab
Maliki mencuri Al-Qur’an atau fiqh dianggap sebagai pencurian. Pendapat ini dibenarkan
alasan bahwa mencuri barang yang bisa dijual adalah pencurian yang bisa dihukum.2

Ahli hukum islam kontemporer Dr. Yusuf al-Qaradawi ketika ditanya tentang
mencuri data pribadi yang dilindungi berpendapat bahwa data pribadi bukanlah properti
meskipun memiliki nilai yang besar. Dengan demikian, mencuri data pribadi bukanlah
pencurian konvensional atau dengan kata lain mencuri data pribadi tidak termasuk pencurian
dalam terminologi ahli hukum islam. Pendapat al-Qaradhawi telah dipengaruhi oleh mazhab
Hanafi.

1
T.M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah (Jakarta: Bulan Bintang, 1974).
2
Sonny Zulhuda dan Siti Mohamed Ould Mohamed, “The Shari’ah approach to criminalise identity theft,”
pertanika Journal of Social Sciences and Humanities, 23.October (2015), hlm 174-175.

7
Menerobos sistem keamanan komputer yang bertujuan untuk mencuri data pribadi
orang lain adalah dilarang, hal tersebut disamakan dengan memasuki rumah orang lain.
Aturan yang sama dapat diterapkan pada penjahat dunia maya yang menyalahgunakan data
pribadi untuk mengakses akun orang lain tanpa izin atau otoritas dan bisa menjadi hukuman
takzir. Aturan pencurian dapat berlaku bagi siapa saja yang mengambil harta benda yang
dihormati secara diam-diam.

Selain itu, pencurian data pribadi dianggap sebagai tindakan agresi dan kerusakan
terhadap milik orang lain yang dilarang oleh syariat sebagaimana dalam Q.S Al-Baqarah ayat
188 :

‫َو اَل َتْأُك ُلٓو ۟ا َأْم َٰو َلُك م َبْيَنُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل َو ُتْد ُلو۟ا ِبَهٓا ِإَلى ٱْلُح َّك اِم ِلَتْأُك ُلو۟ا َفِر يًقا ِّم ْن َأْم َٰو ِل ٱلَّناِس ِبٱِإْل ْثِم َو َأنُتْم َتْع َلُم وَن‬

Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”3

Seperti yang disebutkan oleh Ibn Juzay, agresi terhadap properti mencakup empat
jenis tindakan yang melanggar hukum:

a. Mengambil properti tanpa izin pemiliknya


b. Mengambil keuntungan dari properti
c. Menghancurkan properti
d. Merusak properti sepenuhnya atau sebagai sebagai atau membuatnya kurang
bermanfaat

Dikatakan bahwa pencurian data pribadi dapat dianggap sebagai aktivitas agresif terhadap
properti karena mencakup empat agresi. Misalnya pencuri data pribadi dapat mengambil alih
akun, dokumen, layanan, dan menggunakannya tanpa izin atau bahkan dengan pengetahuan
korban.

Prinsip-prinsip syariah berkaitan dengan hukum pencurian berlaku juga untuk


pencurian data pribadi dalam kasus yang berbeda seperti dalam kasus pengambil alihan akun

3
https://tafsirweb.com/699-surat-al-baqarah-ayat-188.html
8
yang terjadi ketika sebuah pihak yang tidak berwenang mendapatkan akses online rekening
bank yang ada dengan mencuri kredensial akses ke akun dan kemudian melakukan transaksi
ilegal.

Disimpulkan bahwa, pencuri data pribadi dengan pencurian konvensional atau dengan
kata lain pencurian data pribadi tidak termasuk dalam terminologi ahli hukum islam sehingga
tidak dapat dihukumi dengan hak potongan tangan layaknya pencurian konvensional.
Menurut ‘Abd al-Qadir Audah prinsip hukuman tazrir adalah tidak membinasakan, tapi hanya
sebagai ta’dib atau pengajaran. Namun, beberapa ulama fiqh membuat suatu pengecualian
dari aturan umum yaitu kebolehan dijatuhkan hukuman mati jika dikehendaki oleh
kepentingan umum.

Jarimah tazir adalah pelanggaran atas hak Allah dan hak sesama manusia yang
hukumannya tidak ditetapkan oleh Al-Qur’an dan hadis nabi yang bertujuan untuk
mengajarkan terpidana guna mencegah kejahatan yang sama tidak terulangi. Jadi apabila
pencurian tidak memenuhi persyaratan untuk dijatuhi had maka termasuk jarimah tazir.
Hukuman tazir jumlahnya cukup banyak mulai dari hukuman yang paling ringan sampai yang
paling berat. Dalam menetapkan jarimah tazir hakim mendapat wewenang untuk memilih
hukuman mana yang paling cocok bagi pelaku.

Menurut hukum pidana islam bahwa hukuman pelaku pencurian data pribadi adalah
jarimah tazir. Adapun bentuk hukumannya ditentukan oleh majlis hakim. Dalam penetapan
hukumnya dilakukan banyak pertimbangan supaya tidak keluar dari batas kurang atau
lebihnya minimal hukuman.

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:

Kejahatan cybercrime biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang


tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila
diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateril,
seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit tersembunyi dan
sebagainya. Penyalahgunaan Internet yang mengganggu ketertiban umum atau pribadi dapat
dikenakan sanksi dengan menggunakan Undang- Undang ini, terutama bagi para hacker yang
masuk ke sistem jaringan milik orang lain sebagaimana diatur pada Pasal 22, yaitu “Setiap
orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau memanipulasi”: Akses ke
jaringan telekomunikasi, akses ke jasa telekomunikasi, akses ke jaringan telekomunikasi
khusus. Dengan demikian, mencuri data pribadi bukanlah pencurian konvensional atau
dengan kata lain mencuri data pribadi tidak termasuk pencurian dalam terminologi ahli
hukum islam.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agus Raharjo, 2002,Cybercrime, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Andi Hamzah, 1990, Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer, Sinar Grafika, Jakarta. David
I. Bainbridge, 1993, Komputer dan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Undang-Undang Telekomunikasi 1999, 2000, cetakan pertama, Sinar Grafika, Jakarta.

AL-MAWARID “Penegakan Hukum Cyber Crime Ditinjau dari Hukum Positif dan Hukum
Islam” VOL. XII, NO 1, FEB-AGUST 2012

T.M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah (Jakarta: Bulan Bintang, 1974).
Sonny Zulhuda dan Siti Mohamed Ould Mohamed, “The Shari’ah approach to criminalise
identity theft,” pertanika Journal of Social Sciences and Humanities, 23.October (2015), hlm
174-175.
https://tafsirweb.com/699-surat-al-baqarah-ayat-188.html

11

Anda mungkin juga menyukai