Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
A. BIDANG DAN METODE ETIKA POLITIK
Etika politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan
manusia.pertama etika politik ditempatkan ke dalam kerangka filsafat pada
umumnya .kedua dijelaskan apa yang dimaksud dengan dimensi politis
manusia.ketiga dipertanggungjawabkan cara dan metode pendekatan etika politik
terhadap dimensi politis manusia itu.
1. Apa Itu Etika Politik
a. Sebagai salah satu cabang etika khusus,etika politik termasuk dalam
lingkungan filsafat.karena kata “filsafat” dipakai untuk segala apa saja,saya
merasa perlu untuk menerangkan dulu apa yang disini dimaksud dengan
istilah ini.Istilah “filsafat” tidak saya gunakan dalam arti “ kebijaksanaan
hidup”,”sikap hati”,”system nilai”,”pandangan nilai”,”usaha
kebatinan”,”angan angan”,atau”cita-cita mengenai hal-hal yang luhur”,dan
sebagainya,melainkan dalam arti ilmiah.sebagai usaha ilmiah filsafat sejak
lama,ini mempunyai tempat dalam lingkungan akademis walaupun di lain
pihak tempat ini selalu menjadi masalah.
b. Etika politik
Sebagai usaha ilmiah,filsafat pun dibagi ke dalam beberapa cabang,terutama
menurut bidang yang di bahas.dua cabang utama filsafat adalah filsafat
teoritis dan filsafat praktis.yang pertama mempertanyakan apa yang
ada,sedangkan yang kedua,bagaimana manusia harus bersikap terhadap apa
yang ada itu.jadi,filsafat teoritis mempertanyakan apa itu manusia,alam,apa
hakikat realitas sebagai keseluruhan,apa itu pengetahuan,apa yang dapat
kita ketahui tentang yang transenden dan sebagainya.dalam hal ini,filsafat
teoritis pun mempunyai suatu maksud praktik karena pemahaman yang
dicarinya diperlukan manusia untuk mengarahkan kehidupannya.filsafat yang
langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etika-etika
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia.
c. Arti kata “moral”
Sebelum kita melihat dimensi politis itu dengan lebih terperinci,perlu
dijelaskan arti satu kata yang memang merupakan kata kunci dalam seluruh
traktar ini kata “moral” apa yang kita maksud apabila kita menambah kata
sifat “moral” pada salah satu kata benda seperti
“kewajiban”,”norma”,”pertimbangan,dan sebagainya?Apa yang
membedakan kewajiban dan norma moral dari kewajiban dan norma
yangbukan moral?dengan demikian,etika politik mempertanyakan tanggung
jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai
warga negara terhadap negara,hukum yang berlaku dan lain sebagainya.
2. Dimensi Politis Manusia
a. Manusia sebagai makhluk social
Apa yang dimaksud dengan dimensi politis manusia yang menjadi bidang
pembahasan etika politik? Sebaiknya kita bertolak dari suatu paham yang
seimbang tentang manusia.berhadapan dengan individualisme yang
memandang sifat social manusia sebagai suatu yang sekunder dan
belakangan,dan dengan kolektivisme yang melihat individu sebagai sekedar
sarana bagi masyarakat sebagai keseluruhan,kami bertolak dari pengandaian
bahwa manusia adalah individu secara hakiki bersifat social.sebagai individu
manusia bermasyarakat.
b. Dimensi-Dimensi Kesosialan
Ketergantungan dan keterlibatan individu dengan masyarakat yang kita
singkat sebagai “kesosialan manusia” menyatakan diri dalam tiga dimensi
(1)dalam penghayatan spontan ndividual; (2) berhadapan dengan lembaga-
lembaga; (3) melalui pengartian pengartian simbolis terhadap realitas.
(1) .ketergantungan dari masyarakat pertama-tama dihayati manusia dalam
kehidupan konkret dan spontan setiap hari.dalam segala apa yang
dilakukannya,ia merasa ditentukan oleh kehadiran manusia-manusia lain.
(2) Hubungan social itu tidak bersifat amorf,melainkan berstruktur,ada
kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi dalam kebersamaan dengan orang
lain,dan ada lebih banyak lagi yang pemenuhannya sangat dipermudah
apabila diusahakan bersama-sama.
Keluarga adalah satuan kesosialan manusia yang akrab,persatuannya
berdasarkan minat spontan dan ditunjang oleh perangkat instingtual
yang kuat.
Istilah “masyarakat luas” merupakan terjemahan dari istilah inggris
“civil society” (jerman:burgerliche Gesellschaft).yang dimaksud adalah
apa yang dalam Bahasa Indonesia sering disebut “masyarakat” begitu
saja,yaitu segala macam lembaga,organisasi,dan bentuk komunikasi
lainnya yang tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga dan juga tidak
termasuk negara;masyarakat luas itu adalah pasar,sekolah,agama,tempat
kerja,klub olahraga,tempat hiburan dan sebagainya.
(3) Dimensi ketiga kesosialan manusia adalah apa yang oleh peter L.Berger
disebut sebagai “symbolic universe of meaning” yaitu segala macam
paham,kepercayaan,pandangan tentang makna realitas sebagai
keseluruhan,dan lain sebagainya.
c. Dimensi politis kehidupan manusia
Apa yang menjadi ciri khas dimensi politis manusia itu? Daripada memasuki
debat abadi tentang arti kata “politik” cukup kiranya menunjuk pada
perspektif yang dimaksud kalua istilah itu dipakai.”Dimensi politis manusia”
adalah dimensi masyarakat sebagai keseluruhan.jadi yang menjadi ciri khas
suatu pendekatan yang disebut “politis” adalah bahwa pendekatan itu terjadi
dalam kerangka acuan yang berorientasi pada masyarakat sebagai
keseluruhan.sebuah keputusan bersifat politis apabila diambil dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan.suatu
tindakan harus disebut politis apabila menyangkut masyarakat sebagai
keseluruhan.politis adalah orang yang mempunyai profesi yang mengenai
masyarakat sebagai keseluruhn.
Lembaga penata normative masyarakat adalah hukum.hukumlah yang
memberitahu semua anggota masyarakat tentang bagaimana mereka harus
bertindak.
Dengan demikian,hukum dan kekuasaan negara merupakan dua bahan
bahsan utama etika politik.hukum sebagai lembaga penata masyarakat yang
normative,kekuasaan negara sebagai lembaga penata masyarakat yang
efektif sesuai dengan struktur ganda kemampuan manusia.atau secara
singkat:etika politik membahas hukum dan kekuasaan.
3. Metode Etika Politik
a. Etika politik dan ilmu-ilmu politik lain.
Secara formal,filsafat politik,termasuk etikanya,dibandingkan terhadap ilmu-
ilmu politik seperti ilmu pengetahuan tingkat II terhadap ilmu-ilmu
pengetahuan tingkat I.Filsafat pada umumnya merupakan,sekurang-
kurangnya untuk sebagian,suatu meta science. Artinya,filsafat tidak langsung
menggarap realitas,melainkan menggarap realitas yang telah diangkat ke
dalam pengertian ilmiah oleh ilmu-ilmu yang spesifik.begitu pula
penggambaran segi-segi relevan dimensi politis manusia,perumusan istialah-
istilah,dan dalil-dalil yang membantu mendeskripsikan proses-proses yang
berlangsung,penyediaan strategi-straregi alternative dalam kerangka skema
tujuan sarana,pengamatan terhadap segala macam lembaga politis atau
quasi politis,terhadap kegiatan-kegiatan dan hubungan antara
mereka,klasifikasi pelbagai ideology dan sistem nilai politik dengan implikasi-
implikasi masing-masing tidak merupakan tugas filsafat melainkan tugas
ilmu-ilmu politik.
b. Pendekatan kritis-negatif
Dalam hal ini,etika politik dan etika normatif pada umunya,berada dalam
kedudukan lain daripada ilmu-ilmu eksas di satu pihak dan ilmu-ilmu empiris
dilain pihak (walaupun sudah sejak karl popper metode ilmu-ilmu empiris
disadari sebagai masalah yang komplek) ilmu-ilmu eksas dapat bertolak
secara deduktif dari beberapa aksiom atau dalil dasar yang diterima begitu
saja.ilmu-ilmu empiris dapat mengecek sesuai tidaknya hipotesis-hipotesis
mereka dengan mengusahakan falsifikasinya pada data-data empiris.
c. Pengandaian-pengandaian Normatif
Akan tetapi,pendekatan ini tidak berarti bahwa suatu etika politik tidak
dilator belakangi keyakinan-keyakinan dasar positif.metode kritis-negatif pun
hanya dapat bekerja atas dasar pengandaian-pengandaian tertentu.Etika
poltik mengandaikan prinsip-prinsip etika dasar dengan beberapa implikasi
lansung pada kedudukan manusia.

4. Politik di Indonesia
Perjalanan politik di Indonesia khususnya setelah masa reformasi memang
begitu luar biasa. Kalau dulu isu-isu politik hanya ramai dibicarakan di level-level
tertentu, sekarang semua orang bisa begitu reaktif menanggapinya. Hal ini
tentunya banyak dipengaruhi oleh kemunculan era sosial media dimana
informasi bisa diakses secara cepat dan bebas oleh siapa saja.
Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini dimana persoalan politik telah menjebak
kita pada hal-hal yang justru tidak ada manfaatnya. Isu-isu SARA yang kemudian
merusak keharmonisan dan menafikan keragaman dalam masyarakat kita,
informasi dusta dan black campaign yang ramai mewarnai media, atau bahkan
aktifitas bullying  yang berkaitan dengan kata-kata, fisik, dan lain-lain.
Rekam jejak para politisi juga menjadi penyebab politik di negeri kita menjadi
tidak jelas maknanya. Politik hanya dijadikan alat untuk mencapai kekuasaan
dengan menghalalkan segala cara. Tidak heran bila akhirnya sebagian
masyarakat  memberi stempel negatif pada politik karena pada kenyataannya
apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Tidak bisa dipungkiri
bahwa politik memang dekat dengan kekuasaan, dan kekuasaan sejatinya
adalah amanah. Sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya….” (QS. An-
Nisa [4]: 58).
Adapun pedoman dasar berpolitik sepert pada perkataan Rasulullah, Pada
suatu hari, Abu Dzar al-Ghifari meminta kepada Rasulullah SAW agar
diangkat menjadi seorang pejabat. Namun, Nabi Muhammad SAW
menolaknya.

Sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu, kepadanya Nabi


SAW menasihati, "Tidak, Abu Dzar, engkau orang lemah. Ketahuilah,
jabatan itu amanah. Ia kelak di hari kiamat merupakan kehinaan dan
penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkannya dengan benar
dan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan benar pula" (HR
Bukhari).

Anda mungkin juga menyukai