Anda di halaman 1dari 37

Hukum Perlindungan Konsumen

Silabus mata kuliah Hukum Perlindungan Konsumen dengan beban kredit


2 sks sebagai berikut :

No Pokok Bahasan Minggu


ke

1. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen 1


 Asas Perlindungan Konsumen
 Tujuan Perlindungan Konsumen
2. Strategi Perlindungan Konsumen 2
 Strategi Perlindungan Konsumen pada umumnya
 Strategi Perlindungan secara hokum terhadap Konsumen
3. UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen ( UUPK) 3 dan 4
Sejarah singkat UUPK
Esensi UUPK
Beberapa pengertian pokok
Undang – undang paying
Konsumen
Pelaku Usaha
Hak dan kewajiban konsumen
Hak dan kewajiban pelaku usaha
Ruang lingkup pengaturan UUPK
Aspek Hukum Keperdataan
Aspek Hukum Pidana
Aspek Hukum Administrasi
No Pokok Bahasan Minggu ke

4. Tanggung jawab Keperdataan Pelaku Usaha 5 s/d 10


 Tanggung jawab Kontraktual
Konstruksi yuridik
Sanksi
Tanggung jawab Produk
 Konstruksi yuridik
 Sanksi
 Tanggung jawab Pemberi Jasa
Konstruksi yuridik
 Sanksi

5. Tanggung jawab Pidana Pelaku Usaha 11


 Kualifikasi Tindak Pidana dalam UUPK
 Kriminalisasi perbuatan perdata
 Sanksi Pidana dalam UUPK

6. Tanggung jawab Administrasi Pelaku Usaha 12


 Kualifikasi pelanggaran administrasi dalam UUPK
 Sanksi administrasi dalam UUPK

7. Penyelesaian Sengketa Konsumen 13 dan 14


 Pengertian sengketa konsumen
 Penyelesaian sengketa konsumen secara litigasi
 Penyelesaian sengketa konsumen secara non litigasi
PERLINDUNGAN
KONSUMEN
IMPLEMENTASI
DAN KENDALANYA

By : Rinitami Njatrijani
Isi Undang – Undang No.8 Tahun
1999
 Azas dan Tujuan (Pasal 2 s/d 3 )
 Hak dan Kewajiban : - Konsumen
(Ps. 4 s/d 7) - Pelaku Usaha
 Perbuatan yang dilarang : - Standar
( Ps. 8 s/d 18) - Informasi : label, iklan, brosur, leaflet, dll
- Klausula baku
- Cara Menjual
 Tanggungjawab Pelaku Usaha : - Ganti rugi
( Ps. 19 s/d 28 ) - layanan purna jual
 Pembinaan dan Pengawasan ( Ps. 29 s/d 30 )
 Kelembagaan : - BPKN ( Ps. 31 s/d 43 )
- LPKSM ( Ps. 44 )
- BPSK ( Ps. 49 s/d 58 )
 Penyelesaian Sengketa ( Ps. 45 s/d 48 )
 Penyidikan ( Ps. 59 )
 Sanksi ( Ps. 60 s/d 63 )
 Ketentuan Peralihan ( Ps. 64 )
 Ketentuan Penutup ( Ps. 65 )
Undang – Undang No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan
Konsumen
Mulai berlaku 20 April 2000
Undang – Undang Payung
(An Umbrella Act)
Esensi UUPK

 JUDUL versus ISI UUPK


Judul : UU Perlindungan Konsumen
Isi : Dominan mengatur perilaku
pelaku Usaha
 Esensi UUPK
Mengatur perilaku PELAKU USAHA
dengan tujuan agar KONSUMEN
terlindungi
Definisi
Konsumen
Setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan
Pelaku Usaha
Adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum Negara RI, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan
usaha dalam berbagai bidang ekonomi
Penjelasan UUPK
 Pengertian konsumen dalam undang – undang ini
adalah konsumen akhir
 Pelaku Usaha yang termasuk dalam pengertian ini :
 Perusahaan
 Korporasi
 BUMN
 Koperasi
 Importir
 Pedagang
 Distributor
 dan lain - lain
Setiap orang / Orang
Perorangan
Pasal 9 ayat (1) UU No. 16 tahun 2001
tentang Yayasan
Yayasan didirikan oleh satu orang atau
lebih dengan memisahkan….
Penjelasan pasal 9 ayat (1) UU No. 16
tahun 2001 tentang Yayasan
Yang dimaksud dengan “orang” adalah
perseorangan atau badan hukum
Tidak Untuk Diperdagangkan
 Penjelasan Pasal 1 butir 2 UUPK
Di dalam kepustakaan ekonomi dikenal istilah
konsumen akhir dan konsumen antara

konsumen akhir adalah pengguna atau


pemanfaat akhir dari suatu produk

konsumen antara adalah konsumen yang


menggunakan suatu produk sebagai bagian
dari proses produksi suatu produk lainnya
Kegiatan Usaha dalam pelbagai
bidang ekonomi
Jika dipadankan dengan istilah bisnis (business),
Black’s Law Dictionary menyatakan bahwa
“Business” adalah employment, occupation , profession,
or commercial activity engaged in for gain or livehood
(pekerjaan, profesi, atau kegiatan komersial dengan
keuntungan atau mata pencaharian)

Jadi, aktivitas bisnis atau kegiatan usaha dalam


pelbagai bidang ekonomi tidak selalu mencari laba,
tetapi dapat juga nirlaba, yaitu untuk mata
pencaharian tertentu
Perikatan (Obligation)

Perjanjian
Perikatan UU saja
( obligatian ) Hukum Perbuatan
sesuai hukum
UU disertai
perbuatan manusia

Perbuatan
melawan hukum
Struktur Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Hubungan
Langsung Tanggung Jawab
Dengan Kontraktual
Konsumen Contractual Liability

Pelaku
Usaha
Barang

Hubungan Tanggung Jawab


Tidak Langsung Produk
Dengan Konsumen Produk Liability
Tanggung Jawab
Pelaku Usaha

Tanggung Jawab
Langsung
Strict Liability

Pelaku Hubungan Langsung Tanggung Jawab


Usaha Jasa Dengan Konsumen Pemberi Jasa
Proffesional Liability
Tanggung Jawab Kontraktual
( Contractual Liability )

Klausula baku
Standarized Clause

Konstruksi Kebebasan Kontrak Keseketikaan


Yuridik Berkontrak Baku Contemporaneus
Contractual Freedom of Standarized
Liability Contract Contract Penyalahgunaan
Keadaan
Undue Influence
Kontrak tertulis berupa formulir yang isi,
bentuk, serta cara penutupannya telah
distandarisasi atau dibakukan secara
sepihak oleh pelaku usaha, serta bersifat
massal tanpa mempertimbangkan
perbedaan kondisi yang dimilliki konsumen
(take it or leave it contract)

Isi atau ketentuan yang terdapat di dalam


kontrak standar disebut sebagai klausula
baku/ standarized clause
Contemporaneous Doctrine
( Doktrin Keseketikaan )
Para pihak dalam suatu kontrak harus
telah memahami dan mengerti isi atau
ketentuan di dalam kontrak yang akan
ditutupnya, sebelum mereka menutup
kontrak tersebut atau paling tidak
seketika pada saat kontrak ditutup.
Pengurangan, pembatasan, penghapusan kewajiban atau
tanggung jawab pelaku usaha, serta penciptaan
kewajiban atau tanggung jawab yang dibebankan
kepada konsumen

Jenis – jenis klausula eksonerasi :


• Pengurangan atau penghapusan tanggung jawab
terhadap akibat-akibat hukum, misalnya ganti rugi
akibat wanprestasi
• Pembatasan atau penghapusan kewajiban-kewajiban
sendiri
• Penciptaan kewajiban-kewajiban yang kemudian
dibebankan kepada salah satu pihak, misalnya
penciptaan kewajiban memberi ganti rugi kepada pihak
ketiga yang terbukti mengalami kerugian
Undue Influence
( Penyalahgunaan Keadaan )
Penyalahgunaan keadaan (kelemahan, keraguan, atau
keadaan tertekan) seseorang, sehingga perilaku atau
keputusan orang tersebut berubah secara tidak
bebas, untuk memperoleh keuntungan

Indikasi undue influence :


• Isi perjanjian tidak masuk akal, tidak patut,
bertentangan dengan kemanusiaan (unfair contract
terms)
• Konsumen dalam keadaan tertekan
• Konsumen tidak memiliki pilihan lain kecuali
menerima isi perjanjian walaupun dirasakan
memberatkan
• Hak dan kewajiban para pihak tidak seimbang
 Sanksi Perdata :
 Untuk Kontrak baku yang berisi Klausula Baku :
 Pasal 18 ayat (1) UUPK – isi klausula baku
 Pasal 18 ayat (2) UUPK – letak, bentuk, sulit dimengerti
 Pasal 18 ayat (3) UUPK – pelanggaran ayat (1) dan (2)
batal demi hukum
 Pasal 18 ayat (4) UUPK – pelaku usaha wajib
menyesuaikan
 Untuk Kontrak Non Baku berlaku : KUH Perdata

• Sanksi Pidana :
Pasal 62 ayat (1) UUPK – pidana penjara 5 tahun /
pidana denda 2 M
Pasal 18 ayat 1 UUPK
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/ atau jasa ditujukan
untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan
klausula baku pada setiap dokumen dan/ atau perjanjia apabila :
a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha
b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/
atau jasa yang dibeli oleh konsumen
c. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnnya kegunaan
barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen
d. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi
manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen
yang menjadi objek jual beli jasa
e. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang
berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/ atau
pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha
dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya
Pelaku usaha dilarang mencantumkan
klausula baku yang letak atau bentuknya
sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara
jelas, atau yang pengungkapannya sulit
dimengerti.

Pasal 18 ayat 3 UUPK


Setiap klausula baku yang telah ditetapkan
oleh pelaku usaha pada dokumen atau
perjanjian yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
ayat 2 dinyatakan batal demi hukum.
Pasal 18 ayat 4 UUPK

Pelaku usaha wajib menyesuaikan


klausula baku yang bertentangan
dengan undang-undang ini

Pasal 62 ayat 1 UUPK


Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
sebagaimana dalam pasal 18 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun atau pidana dengan denda
paling banyak Rp. 2 Milyar
Hal – hal dalam kontrak baku yang
harus disesuaikan dengan UUPK
( berdasarkan Pasal 18 ayat q dan 2 jo. Ayat 4 UUPK)

Isi Klausula Baku


Letak Klausula Baku
Bentuk Klausula Baku
Pengungkapan Klausula Baku
Contoh dari APLIKASI PEMBUKAAN
REKENING CITIBANK TERPADU
Saya/ kami menyatakan dan menerima dan mengikatkan diri untuk
tunduk dan mematuhi setiap dan semua syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan baik yang sekarang berlaku dan/ atau di
kemudian hari berlaku setiap perubahan-perubahan daripadanya
menurut kebijaksanaan Citibank sehubungan dengan…..

Pasal 18 ayat 1 butir g UUPK :


Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/ atau jasa ditujukan
untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan
klausula baku pada setiap dokumen dan/ atau perjanjian apabila :
g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa
aturan baru, tambahan, lanjutan, dan/ atau pengubahan lanjutan
yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
memanfaatkan jasa yang dibelinya.
Contoh dari Tel – 2 Telkom
Pasal 11
Dalam hal terjadi pencabutan sambungan telekomunikasi/
pemutusan kontrak secara sepihak oleh TELKOM
berdasarkan pasal 2 dan pasal 10, kedua belah pihak
pelanggan dan TELKOM sepakat untuk mengesampingkan
berlakunya ketentuan pasal 1226 dan telekomunikasi/
pembatalan kontrak ini dapat dilakukan oleh TELKOM tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu tanpa menunggu keputusan
dari hakim

Pasal 18 ayat 2 UUPK :


Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak
atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara
jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti
Tanggung Jawab Produk
Product Liability
Tanggungjawab
Konsumen Kontraktual
Waspada Contractual Liability
Konstruksi Caveat Emptor
Yuridik no privity no liability Tanggungjawab
Product Perbuatan Melawan Hukum
Liablity Pelaku Usaha Turtious Liability
waspada
Caveat Venditor Tanggungjawab
No Privity liability Langsung
Strict Liability
Tortutious
Liability/PMH
a. Perbuatan pelaku usaha melawan hukum
b. Pelaku usaha melakukan kesalahan
c. Konsumen mengalami kerugian
d. Kerugian yang dialami konsumen adalah
akibat pelaku usaha melakukan perbuatan
melawan hukum

Konsumen harus membuktian keempat hal


tersebut
Strict Liability
 Pelaku usaha langsung (strict) dinyatakan
bersalah, sehingga pelaku usaha harus
membuktikan bahwa ia tidak bersalah (shifting
the burden of proof/ pembuktian terbalik)
 Konsumen masih harus membuktikan bahwa:
a. Perbuatan pelaku usaha melawan hukum
b. Konsumen mengalami kerugian
c. Kerugian tersebut adalah akibat pelaku usaha
melakukan perbuatan melawan hukum
5 Unsur Product Liability

a. Produsen (produser)
Subjek hukum dari produser s.d pemasok
b. Konsumen (consumer)
Consumer-consumer, konsumen akhir-konsumen antara
c. Produk (product)
Barang bergerak, listrik, senyawa kimia, hasil panen yang
telah mengalami proses awal, alat tranportasi, kecuali jasa,
hasil pertanian asli, produk tanaman, hasil peternakan dan
perikanan, hasil perburuan
d. Kerusakan (defect)
Intended use- high end caluse – design defect –
manufacturing defect – warning defect
e. Kerugian (damages)
Cedera – kematian – harta benda – produk itu sendiri –
material - imaterial
Sanksi dalam Tanggungjawab
Produk
 Sanksi Pidana :
+ Pasal 8 s/d 17 UUPK – Perbuatan pelaku usaha yang
dilarang
+ Pasal 19 UUPK – Sanksi pelanggaran pasal 8 s/d 19
UUPK
+ Pasal 28 UUPK – Pembuktian terbalik

 Sanksi Perdata :
+ Pasal 62 ayat (1) UUPK – pidana penjara 5 th/ pidana
denda 2 M
+ Pasal 62 ayat (2) UUPK – pidana penjara 2 th/ pidana
denda 500 juta
Tanggungjawab Profesional
Proffesional Liability

Pengertian Profesi
Menurut Black’s Law Dictionary (Abridge Sixth
Edition,1991,hal 841), profesi adalah A vocation
or occupation requiring special, usually advanced,
education knowledge and skill: excamlple :s law
or medical profesion.
Pengertian Profesional
Istilah profesional dalam Black’s Law Dictionary
(Abridge Sixth Edition,1991,hal 841), berarti :
One engaged in one or learned profesion or in an
occupation requiring a high level of training and
proficiency
Konstruksi Yuridik
Tanggungjawab Profesional
Internal
Berdasarkan Tanggungjawab
Kode Etik Kontraktual
Organisasi Terhadap
Konstruksi Klien
Yuridik Tanggungjawab
Professional Perbuatan
Liability Melawan Hukum
Eksternal
Berdasarkan
Hukum Tanggungjawab
Langsung
Terhadap
pihak ketiga Tanggungjawab
Perbuatan Melawan
HUkum
Tanggungjawab Profesional
berdasarkan Perjanjian
Jika kata profesional diartikan sebagai orang yang
memberi jasa, maka professional liability berarti
tanggungjawab dari pemberi jasa atau
tanggungjawab dari pengemban profesi atas jasa
yang diberikannya

Pasal 1601 KHU Perdata menyatakan :


Selain perjanjian untuk melakukan jasa, yang diatur
oelh ketentuan khusus dan oleh syarat-syarat yang
diperjanjikan, dan jika hal itu tidak ada, oleh
kebiasaan, maka terdapat dua macam perjanjian,
dimana satu pihak mengikatkan diri untuk
melakukan pekerjaan bagi pihak lain dengan
menerima upah, yaitu perjanjian kerja/ perburuhan
serta pemborongan pekerjaan
Dari pasal 1602 KUH Perdata dapat disimpulkan
bahwa perjanjian untuk melakukan pekerjaan,
dapat digolongkan menjadi :
• Perjanjian untuk melakukan jasa

• Perjanjian kerja/ perburuhan

• Perjanjian pemborongan pekerjaan

Seperti dikemukakan dalam pasal 1601 KUH Perdata,


perjanjian melakukan jasa TIDAK diatur dalam
KUH Perdata, melainkan diatur dalam :
• Ketentuan khusus

• Ketentuan dalam perjanjian terkait

• Hukum kebiasaan
Ad. A Ketentuan Khusus
Yang dimaksud ketentuan khusus adalah semua
ketentuan, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah
maupun oleh organisasi profesi sejauh telah diberi
bentuk hukum, yang mengikat para profesional.

Ad. B Ketentuan dalam Perjanjian terkait


Yang dimaksud dengan ketentuan dalam perjanjian
terkait adalah semua kondisi yang diperjanjikan dalam
perjanjian melakukan jasa yang bersangkutan. Isi
perjanjian ini tentu sangat bervariasi, tergantung dari
jenis/ macam jasa yang dikehendaki oleh penerima
jasa.
Ad. C Hukum Kebiasaan

Prinsip – prinsip yang dikemukakan di bawah ini


telah merupakan hukum kebiasaan yang wajib
ditaati oleh pemberi jasa, antara lain :
a. Confidentiality (kerahasiaan)
b. Duty of Care (prinsip kehati-hatian)
c. Advoiding Conflict of Interest (menghindari
konflik kepentingan)
d. Best Effort (berusaha sebaik mungkin)
Sanksi dalam Tanggungjawab
Pemberi Jasa
Sanksi Perdata
Untuk tanggungjawab Kontraktual (TK)
o Pasal 18 UUPK – untuk kontrak baku
o KUH Perdata – untuk kontrak non baku
Untuk tanggungjawab Perbuatan Melawan Hukum (TPMH)
o Pasal 8 s/d 17 jo. Pasal 19 jo. Pasal 28 UUPK

Sanksi Pidana
o TK : pasal 62 ayat 1 UUPK – pidana penjara 5 th/ pidana
denda 2 M
o TPMH : pasal 62 ayat 1 dan 2 UUPK – pidana penjara 5
th/ 2 th atau pidana denda 2 M/ 500 juta

Anda mungkin juga menyukai