Untuk itu lebih bijak apabila untuk pertama kita dapat memahami definisi dari klausul
baku itu sendiri. Merujuk kepada pengertian Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan Konsumen) pada Pasal 1 angka 10 dijelaskan
bahwa klausul baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu
dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Klausul
baku memang merupakan hal yang lumrah dalam suatu perjanjian pembiayaan. Namun
demikian, terdapat hal yang harus diperhatikan oleh pihak yang membuat klausul baku ini
sendiri yaitu klausul baku dilarang memuat klausul :
Selain mengenai ketentuan di atas, para pelaku usaha yang berencana membuat klausul
baku dalam perjanjian mereka juga dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit
dimengerti (Pasal 18 ayat (2) UU Perlindungan Konsumen). Sehingga dalam hal ini
konsumen harus cermat dalam melihat klausul yang terdapat dalam suatu perjanjian
pembiayaan yang biasa ditandatangani. Karena jika melanggar ketentuan-ketentuan diatas
maka sebenarnya konsumen memiliki hak untuk tidak menggubris dan menggunakan klausul
tersebut. Hal tersebut berdasar kepada Pasal 18 ayat (3) UU Perlindungan Konsumen yang
menyatakan jika terdapat klausul baku yang melanggar ketentuan dalam undang-undang
maka klausul tersebut batal demi hukum dan klausul tersebut harus segera disesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan jika memang tetap ingin klausul dalam perjanjian
tersebut berlaku.
Oleh karena itu, kita sebagai konsumen harus jeli dalam memperhatikan ketentuan-
ketentuan dalam suatu perjanjian pembiayaan yang kerap kali menaruh secara “tak kasat
mata” klausul-klausul yang berpotensi merugikan kita sebagai konsumen. Kita memiliki hak
untuk melaporkan kepada pihak yang berwajib jika memang terdapat klauatasul-klausul yang
melanggar ketentuan perundang-undangan sesuai yang telah diuraikan penulis sebelumnya.
Setiap konsumen memiliki hak atas ganti kerugian baik secara materiil maupun imateriil jika
terbukti klausul-klausul tersebut merugikan konsumen dan mengakibatkan klausul tersebut
tidak berlaku.