Anda di halaman 1dari 2

Perikatan yang dimaksud dalam buku ketiga KUH Perdata, menurut subjek, mengacu pada

“hubungan hukum antara dua orang (hidup mandiri), yang memberi hak kepada yang satu untuk
menuntut sesuatu dari yang lain, sedangkan yang lain tidak.

Saat ini operator e-commerce sering mengalami kerugian akibat pembatalan sepihak oleh
konsumen, karena e-merchant memproses barang pesanan konsumen dengan uang pribadinya
sendiri, dan jika konsumen membatalkan secara sepihak dan tidak melanjutkan pembayaran maka
akan menimbulkan kerugian ke jaringan pedagang bisnis Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan hak pelaku usaha adalah:
a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi
barang dan nilai tukar barang dan/jasa yang diperdagangkan;
b. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beriktikad baik;
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa
konsumen;
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen
tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
e. Hak hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Pasal 19 Peraturan tersebut menyatakan sebagai berikut: “Para pihak yang melakukan
transaksi elektronik harus menggunakan sistem elektronik yang telah disepakati.” KUHPerdata
mengatur syarat-syarat pemutusan kontrak yang tertuang dalam pasal 1266 KUH Perdata, yang
menurutnya syarat-syarat pemutusan kontrak selalu dianggap termasuk dalam kesepakatan bersama,
jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.

Hukum positif yang berlaku saat ini (ius constitutum) tentang pembuatan suatu kontrak
diatur dalam Pasal 1458 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa: “Pembelian dan penjualan dianggap
telah terjadi antara dua pihak segera setelah orang mencapai kesepakatan tentang barang dan
harganya, meskipun tidak ada produk yang dikirimkan dan tidak ada harga yang dibayar."

8 Tahun 1999 menyebutkan hak pengusaha:


a) Hak untuk menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan tentang keadaan barang dan
nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b) hak atas perlindungan hukum bagi konsumen yang beritikad baik;
c) hak untuk membela diri dengan baik dalam penyelesaian sengketa konsumen;
d) Hak untuk memulihkan reputasi yang baik apabila secara hukum terbukti bahwa kerugian
konsumen bukan disebabkan oleh barang dan/atau jasa yang diperjualbelikan;
e) Hak-hak yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya.

Pelaku usaha toko online yang bertindak sebagai reseller berhak menerima pembayaran
sesuai dengan syarat dan nilai tukar yang telah disepakati atas barang dan jasa yang diperjualbelikan,
serta berhak mendapatkan perlindungan hukum dari tuntutan hukum konsumen yang tidak
menguntungkan pihaknya.
Perlindungan hukum pedagang e-commerce yang mengalami pembatalan sepihak konsumen
yang membeli dan menjual secara online dapat mengandalkan Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, karena melanggar hak-hak pedagang yang dijelaskan dalam ayat 1 dan 2 pasal 6 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Oleh karena itu, pemutusan perjanjian secara sepihak tanpa alasan yang baik tidak
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 1266 KUH Perdata dan dapat dianggap sebagai
perbuatan melawan hukum, terutama jika dilakukan dengan memanfaatkan posisi dominan untuk
merugikan pihak lain yang lebih lemah.
Hal tersebut jelas tidak memadai dan tidak mencerminkan keadilan yang diberikan kepada
pihak pelaku usaha toko online yang dirugikan oleh perilaku konsumen yang tidak bertanggung
jawab, pemutusan hubungan kerja secara sepihak atau tidak jujur.

Bedaa yaa inii…

Perlindungan hukum bagi reseller terkait pembatalan sepihak oleh konsumen dalam perbelanjaan
online dapat bervariasi tergantung pada undang-undang yang berlaku di setiap negara. Namun, pada
umumnya, reseller memiliki hak-hak tertentu di bawah undang-undang perlindungan konsumen dan
kontrak pembelian online.

Dalam banyak kasus, konsumen memiliki hak untuk membatalkan pembelian secara sepihak dalam
jangka waktu tertentu setelah menerima barang atau layanan. Namun, reseller dapat dilindungi oleh
ketentuan kontrak dengan penyedia platform e-commerce, yang dapat membatasi hak konsumen
untuk membatalkan pembelian.

Selain itu, reseller juga dapat dilindungi oleh undang-undang perlindungan konsumen yang
menetapkan standar tertentu untuk pembatalan atau pengembalian barang atau layanan. Misalnya,
beberapa undang-undang mengharuskan konsumen memberikan pemberitahuan tertentu sebelum
membatalkan pembelian, atau membatasi jumlah waktu yang tersedia untuk membatalkan.

Dalam hal ini, reseller dapat memastikan bahwa mereka mematuhi undang-undang perlindungan
konsumen dan ketentuan kontrak yang berlaku, dan mempersiapkan dokumen-dokumen yang
diperlukan untuk membuktikan ketaatan mereka terhadap undang-undang dan ketentuan kontrak.
Hal ini dapat membantu reseller untuk melindungi diri mereka dari tuntutan hukum yang mungkin
timbul akibat pembatalan sepihak oleh konsumen dalam perbelanjaan online.

Anda mungkin juga menyukai