SUMEDANG
OPTIMALISASI PELAYANAN PARKIR
WUJUD PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
LEGAL/ RESMI
ILLEGAL/ LIAR
PARKIR LIAR
SANKSI
• Sanksi administratif yang diberikan kepada tukang parkir ilegal adalah
teguran lisan atau tertulis, pencabutan izin, dan denda administratif.
• Berdasarkan Pasal 368 ayat (1) KUHP tersebut maka Anda dapat melakukan tuntutan pidana
atas dasar “pemerasan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan” karena “tukang parkir”
tersebut memaksa Anda untuk memberikan uang parkir.
P E N G E L O L A A N PA R K I R
RESMI/LEGAL
PENGELOLAAN PARKIR
seringnya terjadi kehilangan barang atau
kendaraan
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan
diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun
bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen telah diterbitkan dengan jelas, namun proses
pelaksanaannya belum maksimal dengan kata lain peraturan yang ada dalam undang-undang tidak sesuai dengan
praktek di lapangan. Dalam beberapa kasus banyak ditemukan pelanggaran-pelanggaran yang merugikan para
konsumen. Contohnya, dari lembaran karcis/tiket parkir yang pernah dicantumkan oleh pengelola parkir tertulis
klausula baku yang berisi klausula eksonerasi.
LANJUTAN...
Pengelola parkir sering mencantumkan perjanjian baku atau klausula baku pada karcis/tiket parkir yang diterima oleh
konsumen, yang berbunyi “segala kerusakan dan kehilangan bukan tanggung jawab pengelola parkir”, atau dengan kalimat
lain yang bermakna sama.
Hal tersebut merupakan perjanjian yang sudah ditentukan terlebih dahulu isi perjanjiannya oleh pengelola parkir.
Perjanjian tersebut dapat dikatakan tidak sah atau batal karena ada dua syarat yang bertentangan dengan Pasal 1320
KUH Perdata yaitu kata sepakat dan cakap.
Begitu pula halnya dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen dimana "Pelaku usaha dalam
menawarkan barang dan atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan
klausula baku pada setiap dokumen dan atau perjanjian apabila menyatakan pengalihan tanggungiawab pelaku
usaha" (kebebasan berkontrak)
dalam Pasal 4 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, konsumen
mempunyai hak untuk mendapatkan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan dalam menikmati jasa yang
ditawarkan, dan pada Pasal 4 huruf h dijelaskan “hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya”
SANKSI PIDANA
Pada Pasal 61 UU Perlindungan Konsumen, Penuntutan pidana dapat
dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya. Pasal 62 (1)
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1)
huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp.2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR
89 TAHUN 2022 TENTANG
PENYELENGGARAAN PARKIR
Pasal 27 :
Kehilangan kendaraan dan perlengkapan kendaraan pada titik Parkir bukan
merupakan tanggung jawab Juru Parkir dan Pemerintah Daerah Kabupaten.
KESIMPULAN
&
SARAN
TERIMAKASIH