Ita Susanti
(Staf Pengajar UP MKU Politeknik Negeri Bandung)
ABSTRAK
ABSTRACT
kendaraan yang dititipkan. Akan tetapi, kehilangan mobil milik tertanggung, pihak
apabila parkir dianggap sebagai sewa lahan, asuransi telah membayar klaim asuransi
berarti pengelola tidak memiliki tanggung yang diajukan oleh Mori Hanafi.
jawab untuk menjamin keamanan
kendaraan yang dititipkan; pengelola hanya IDENTIFIKASI MASALAH
bertanggung jawab kepada penyedia lahan.
Ketidakjelasan konstruksi hukum 1. Apakah konstruksi hukum yang tepat
perparkiran tersebut tentunya akan untuk pengaturan perparkiran di
merugikan masyarakat sebagai pengguna Indonesia?
lahan parkir apabila kendaraan yang 2. Bagaimanakah bentuk perlindungan
diparkir hilang atau rusak. Selain itu, hukum terhadap konsumen berkaitan
pengelola parkir biasanya juga dengan klausula baku pada perjanjian
mencantumkan klausula baku yang perparkiran menurut UU No. 8 Tahun
menyatakan pengalihan tanggung jawab 1999 tentang Perlindungan Konsumen?
terhadap segala bentuk kehilangan atau
kerusakan. KAJIAN PUSTAKA
Seperti terjadi pada kasus
perparkiran antara PT Sukabumi Trading Menurut ketentuan Pasal 1548
Coy dengan Wisma Bumi Putra yang KUHPerdata, sewa-menyewa adalah suatu
melibatkan PT Asuransi Allianz Utama perjanjian dengan pihak yang satu
Indonesia. Berdasarkan Putusan No. mengikatkan dirinya untuk memberikan
34/Pdt.G/2001/PN Jakarta Selatan, majelis kenikmatan dari suatu barang kepada pihak
hakim berpendapat bahwa Wisma Bumi yang lainnya, selama suatu waktu tertentu
Putera tidak mempunyai kewajiban untuk dan dengan pembayaran dari suatu harga,
mengganti kerugian atas hilangnya mobil di yang oleh pihak tersebut terakhir itu
lahan parkir yang dikelola. Pada perjanjian disanggupi pembayaranya.
parkir yang ditandatangani kedua belah Dari pengertian tersebut, menurut
pihak, tercantum klausul baku yang Naja (2003:39) dapat disimpulkan bahwa
menyatakan bahwa segala kerusakan atau 1. terdapat dua pihak yang saling
kehilangan kendaraan selama parkir mengikatkan dirinya. Masing-masing
menjadi tanggung jawab dari pemilik mempunyai hak dan kewajiban yang
sendiri dan pencantuman klausul baku timbul dari perikatan sewa-menyewa
tersebut dapat dibenarkan berdasarkan asas tersebut;
kebebasan berkontrak berdasarkan pasal 2. pihak yang satu berhak untuk
1338 ayat (1) KUHPerdata. mendapatkan/menerima pembayaran
Sementara itu, pada kasus antara dan berkewajiban memberikan
PT Asuransi Takaful Umum melawan PT kenikmatan atas suatu kebendaan,
Securindo Pactama, berdasarkan Putusan sedangkan pihak lainnya berhak
No.421/Pdt.G/2003/PN Jakarta Pusat, mendapatkan/menerima kenikmatan atas
majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta suatu kebendaan dan kewajiban
Pusat mengesampingkan klausul baku dan menyerahkan suatu pembayaran;
Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 1999 3. hak bagi pihak yang satu merupakan
tentang perparkiran yang menyatakan kewajiban bagi pihak lainnya. Begitu
bahwa pengelola parkir tidak bertanggung pula sebaliknya, kewajiban bagi pihak
jawab atas hilangnya kendaraan yang yang satu merupakan hak bagi pihak
diparkir. Menurut majelis hakim, tergugat lainnya;
yaitu PT Securindo Pactama sebagai 4. bila salah satu hak tidak terpenuhi atau
pengelola lahan parkir, harus bertanggung kewajiban tidak terpenuhi oleh salah
jawab atas hilangnya mobil milik Mori satu pihak, tidak akan terjadi perikatan
Hanafi. Mobil tersebut telah diasuransikan sewa-menyewa.
kepada PT Asuransi Takaful dan atas
82 Sigma-Mu Vol.3 No.1 – Maret 2011
Mengenai resiko dalam sewa- tersebut adalah tetap merupakan resiko dari
menyewa, menurut Pasal 1553 KUHPerdata pemilik kendaraan.
ditegaskan bahwa dalam sewa-menyewa Menurut ketentuan Pasal 1694
itu, resiko mengenai barang yang KUHPerdata, penitipan baru akan berlaku
disewakan dipikul oleh pemilik barang, apabila seseorang menerima sesuatu barang
yaitu pihak yang menyewakan. Resiko dari orang lain dengan syarat bahwa ia akan
adalah kewajiban untuk memikul kerugian menyimpannya dan mengembalikannya
yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang dalam ujud asalnya. Perjanjian penitipan
terjadi di luar kesalahan salah satu pihak, termasuk pada suatu perjanjian “riil”; yang
yang menimpa barang yang menjadi objek berarti ia baru terjadi dengan dilakukanya
perjanjian. suatu perbuatan yang nyata, yaitu
Pengaturan tentang resiko dalam diserahkanya barang yang dititipkan.
sewa-menyewa tidak begitu jelas diatur Menurut Simanjuntak (2005:64),
oleh Pasal 1553 KUHPerdata tersebut hak dan kewajiban dari si penerima titipan
seperti halnya dengan peraturan tentang barang, antara lain,
resiko dalam jual-beli yang diatur oleh 1. si penerima titipan barang diwajibkan
Pasal 1460 KUHPerdata. Pada pasal untuk menjaga dan merawat barang
tersebut, dengan jelas digunakan kata yang dititipkan sebagai barang sendiri
tanggungan yang berarti resiko. Pengaturan (Pasal 1706 KUHPerdata);
tentang resiko dalam sewa-menyewa itu 2. si penerima titipan barang tidak
harus diambil dari Pasal 1553 KUHPerdata diperbolehkan untuk mempergunakan
dengan mengambil kesimpulan. Dalam barang yang dititipkan untuk
pasal tersebut dituliskan bahwa keperluannya sendiri tanpa izin dari
orang yang menitipkan barang (Pasal
“Apabila barang (objek sewa 1712 KUHPerdata);
menyewa) yang disewakan itu 3. si penerima titipan hanya wajib
musnah karena suatu peristiwa yang mengembalikan barang titipan dalam
terjadi di luar kesalahan salah satu keadaan semula pada saat pengembalian
pihak, maka perjanjian sewa- itu (Pasal 1715 KUHPerdata);
menyewa gugur demi hukum.” 4. barang yang dititipkan harus
dikembalikan kepada orang yang
Dari perkataan gugur demi hukum inilah menitipkan barang atau kepada orang
disimpulkan bahwa masing-masing pihak yang ditunjuk untuk menerima kembali
sudah tidak dapat menuntut suatu apa pun barangnya (Pasal 1719 KUHPerdata);
dari pihak lawannya. Berarti, kerugian 5. si penerima titipan tidak berhak
akibat musnahnya barang yang disewa akan meminta bukti bahwa orang yang
dipikul sepenuhnya oleh pihak yang menitipkan barang tersebut adalah
menyewakan. Ini memang suatu peraturan pemilik barang dari barang yang
resiko yang sudah sepatutnya karena pada dititipkan (Pasal 1720 KUHPerdata).
asasnya setiap pemilik barang wajib Dihubungkan dengan usaha
menanggung segala resiko atas barang perparkiran, apabila perjanjian perparkiran
miliknya. antara pengelola perparkiran dengan
Bila dihubungkan dengan usaha konsumen dikonstruksikan sebagai suatu
perparkiran, apabila perjanjian perparkiran perjanjian penitipan barang,
antara pengelola dengan konsumen konsekuensinya adalah pengelola
dikontruksikan sebagai suatu perjanjian perparkiran, sebagai si penerima titipan
penyewaan lahan, konsekuensinya adalah barang diwajibkan untuk menjaga dan
pengelola perparkiran hanya menanggung merawat barang yang dititipkan seperti
resiko atas objek perjanjian sewa-menyewa, barangnya sendiri. Artinya, terhadap
yaitu lahan perparkiran. Kendaraan yang kerusakan atau kehilangan dari barang
rusak atau hilang dari lahan yang disewa objek penitipan (kendaraan-kendaraan
Konstruksi Hukum Perparkiran di Indonesia 83
dan Bentuk Perlindungannya terhadap Konsumen
Menurut UU No. 8 Tahun 1999
sebagai pihak yang menyewakan, untuk sudah tepat, konstruksi hukum yang terjadi
bertanggung jawab atas kehilangan barang antara para pihak dapat menjadi dasar
milik PT Sukabumi sebagai penyewa. Hal pertimbangan hakim dalam memutuskan
tersebut dapat dengan jelas dilihat pada perkara ini.
Pasal 1556 KUHPerdata yang menyebutkan Pada kasus antara PT Asuransi
bahwa Takaful Umum melawan PT Scurindo
Pactama dengan Perkara
“Pihak yang menyewakan No.421/Pdt.G/2003/PN.Jakarta Pusat,
tidaklah diwajibkan menjamin si Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta
penyewa terhadap rintangan- Pusat mengesampingkan klausul baku dan
rintangan dalam kenikmatannya Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 1999
yang dilakukan oleh orang-orang tentang perparkiran. Perda itu menyatakan
pihak ketiga selain tuntutan hak bahwa “pengelola parkir tidak bertanggung
atas barang yang disewa.” jawab atas hilangnya kendaraan yang
diparkir”.
Dengan demikian, memang tidak ada Karena itu, menurut majelis hakim,
pengalihan tanggung jawab dari tergugat tergugat yaitu PT Scurindo Pactama sebagai
sebagai pelaku usaha, kepada konsumen. pengelola area parkir harus bertanggung
Kewajiban Wisma Bumi Putera sebagai jawab atas hilangnya mobil milik Mori
pihak yang menyewakan adalah Hanafi. Mobil tersebut telah diasuransikan
memberikan kenikmatan atas tempat yang kepada PT Asuransi Takaful dan atas
disewa oleh PT Sukabumi supaya dapat kehilangan mobil milik tertanggung, pihak
digunakan untuk memarkir mobilnya. asuransi telah membayar klaim asuransi
Pada hubungan hukum atau yang diajukan oleh Mori Hanafi.
perikatan antara Wisma Bumi Putera Dengan demikian, menurut Pasal
dengan PT Sukabumi, tidak ada kewajiban 1400 KUHPerdata pembayaran yang
Wisma Bumi Putera (sebagai pihak yang dilakukan oleh PT Asuransi Takaful
menyewakan) kepada PT Sukabumi mengakibatkan terjadinya subrogasi yaitu
(sebagai penyewa tempat parkir) untuk pihak asuransi menggantikan kedudukan
memberikan ganti rugi atas hilangnya Mori Hanafi untuk menuntut ganti rugi.
mobil. Mobil ini diasuransikan kepada PT Secara lebih khusus, Pasal 284 KUHD
Asuransi Allianz Indonesia sehingga tidak menyebutkan bahwa
ada dasar bagi PT Asuransi Allianz
Indonesia, sebagai penggugat yang telah “Penanggung yang membayar
membayar klaim PT Sukabumi, untuk barang yang dipertanggungkan,
melakukan subrogasi terhadap Wisma memperoleh semua hak yang
Bumi Putera sebagai tergugat dalam kasus dimiliki oleh tertanggung terhadap
ini. Subrograsi menurut Sastrawidjaja pihak yang bertanggung jawab
(2005:58) adalah penggantian kedudukan atas kerugian tersebut.”
pihak debitur oleh pihak ketiga. Subrograsi
muncul karena adanya pembayaran. Dalam Majelis Hakim pengadilan Negeri Jakarta
prinsip subrograsi pada asuransi jangan Pusat berpendapat bahwa karyawan
sampai kreditur mendapat pembayaran tergugat telah melakukan kelalaian karena
lebih dari satu kali. telah memberikan kesempatan kepada
Berdasarkan hal tersebut, penulis pihak lain untuk membawa keluar mobil
berpendapat bahwa majelis hakim kurang milik tertanggung tanpa disertai bukti tanda
teliti dalam memutuskan perkara ini karena parkir. Dengan demikian, pegawai tergugat
hakim tidak memperhatikan hubungan telah melakukan perbuatan melawan hukum
perikatan antara Wisma Bumi Putera dalam pasal 1365 KUHPerdata.
dengan PT Sukabumi. Hubungan itu adalah Dalam memutus perkara ini,
sewa-menyewa. Walaupun putusan hakim majelis hakim telah menggunakan
Konstruksi Hukum Perparkiran di Indonesia 85
dan Bentuk Perlindungannya terhadap Konsumen
Menurut UU No. 8 Tahun 1999
penafsiran sistematis (logis), yaitu metode Pasal 1365 KUHPerdata, majelis hakim
yang menafsirkan peraturan perundang- juga melakukan penafsiran sistematis
undangan yang dihubungkan dengan dengan cara menghubungkannya dengan
peraturan hukum (undang-undang lain) atau UU No. 8 Tahun 1999 tentang
dengan keseluruhan sistem hukum. Selain Perlindungan Konsumen. Undang-undang
itu, majelis hakim juga telah menggunakan Perlindungan Konsumen melarang pelaku
penafsiran ekstensif yaitu mode penafsiran usaha untuk mencantumkan klausul
yang membuat penafsiran melebihi batas- pengalihan tanggung jawab (exclusion
batas hasil penafsiran gramatikal. clause) dari pelaku usaha kepada
Penafsiran ini digunakan untuk konsumen. Dalam kasus ini, tergugat
menjelaskan suatu ketentuan undang- mencantumkan klausula pengalihan
undang dengan melampaui batas yang tanggung jawab pada karcis parkir dan
diberikan oleh gramatikal (Mas, 2004:45) klausul ini batal demi hukum.
Majelis hakim telah memperluas Berbeda dengan kasus sebelumnya,
makna dari perbuatan melawan hukum pada kasus ini hubungan hukum antara
menurut ketentuan pasal 1365 KUHPerdata. pengelola parkir dengan pengguna jasa
Perbuatan melawan hukum diartikan tidak adalah perjanjian penitipan barang,
hanya sebagai perbuatan melanggar sehingga PT Securindo Pactama sebagai
undang-undang, tetapi juga melanggar pengelola area parkir memang harus
kepatutan, ketelitian, dan kehati-hatian atas bertanggung jawab atas hilangnya mobil
benda orang lain. Berdasarkan hal tersebut, milik tertanggung (Mori Hanafi).
majelis hakim berpendapat bahwa tindakan Dari kedua kasus tersebut, terdapat
pegawai PT Securindo Pactama (tergugat), dua hubungan hukum yang mengenai
karena kelalaian sehingga mengakibatkan perparkiran dalam hukum positif Indonesia,
mobil milik Mori Hanafi hilang, dapat yaitu perjanjian penitipan barang dan
dikualifikasikan sebagai perbuatan perjanjian sewa-menyewa. Kedua jenis
melawan hukum. perjanjian tersebut mempunyai akibat
Putusan majelis hakim sudah tepat. hukum yang berbeda-beda. Hal ini dapat
Selain melakukan perluasan terhadap dilihat dari tabel berikut ini:
makna perbuatan melawan hukum menurut
mencantumkan salah satu klausul berikut (2001:70) adalah keadaan sosial ekonomi.
ini Perusahaan besar dan perusahaan
1. menyatakan pengalihan tanggung jawab pemerintah mengadakan kerja sama dalam
pelaku usaha; suatu organisasi untuk kepentingan mereka
2. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak sehingga syarat-syarat ditentukan secara
menolak penyerahan kembali barang sepihak. Pada umumnya pihak lawannya
yang dibeli konsumen; (wederpartij) mempunyai kedudukan
3. menyatakan bahwa pelaku berhak (ekonomi) lemah baik karena posisinya,
menolak penyerahan kembali uang yang maupun karena ketidaktahuannya sehingga
dibayarkan atas barang dan/atau jasa hanya menerima apa yang disodorkan.
yang dibeli oleh konsumen; Sementara, Sjahdeni (2000:120)
4. menyatakan pemberian kuasa dari mengartikan perjanjian standar sebagai
konsumen kepada pelaku usaha; baik suatu perjanjian yang hampir seluruh
secara langsung, maupun tidak langsung klausulanya dibakukan oleh pemakainya
untuk melakukan segala tindakan sementara pihak lain pada dasarnya tidak
sepihak yang berkaitan dengan barang mempunyai peluang untuk merundingkan
yang dibeli oleh konsumen secara atau meminta perubahan. Dalam perjanjian
angsuran; tersebut, yang belum dibakukan hanya
5. mengatur perihal pembuktian atas beberapa hal, misalnya menyangkut harga,
hilangnya kegunaan barang atau jumlah, tempat, waktu, dan beberapa hal
pemanfaatan jasa yang dibeli oleh spesifik dari objek yang diperjanjikan.
konsumen; Adapun yang dibakukan bukan formulir
6. memberi hak kepada pelaku usaha untuk perjanjian melainkan klausul-klausulnya.
mengurangi manfaat jasa atau Dengan penggunaan klausula
mengurangi harta kekayaan konsumen baku ini, pengusaha akan memperoleh
yang menjadi objek jual beli jasa; efisiensi dalam pengeluaran biaya, tenaga,
7. menyatakan tunduknya konsumen dan waktu. Sehubungan dengan sifat massal
kepada peraturan yang berupa aturan dan kolektif, klausula baku atau perjanjian
baru, tambahan, lanjutan, dan/atau baku dinamakan sebagai take it or leave it
pengubahan lanjutan yang dibuat contract. Jika konsumen menyetujui salah
sepihak oleh pelaku usaha dalam masa satu syarat, konsumen mungkin hanya
konsumen memanfaatkan jasa yang bersikap menerima atau tidak menerimanya
dibelinya; sama sekali karena kemungkinan untuk
8. menyatakan bahwa konsumen memberi mengadakan perubahan terhadap isi
kuasa kepada pelaku usaha untuk perjanjian sama sekali tidak ada.
pembebanan hak tanggungan, hak gadai, Klausul baku atau disebut juga
atau hak jaminan terhadap barang yang dengan klausula eksonerasi dapat
dibeli oleh konsumen secara angsuran. dibedakan dalam tiga jenis (Badrulzaman,
Selanjutnya, Pasal 18 ayat (2) UU 2005:46).
No. 8 Tahun 1999 menyatakan bahwa 1. Perjanjian baku sepihak adalah
perjanjian yang isinya ditentukan oleh
“Pelaku usaha dilarang pihak yang kuat kedudukannya di dalam
mencantumkan klausula baku yang perjanjian itu. Pihak yang kuat di sini
letak atau bentuknya sulit terlihat adalah pihak produsen (kreditur) yang
atau tidak dapat dibaca secara jelas, lazimnya mempunyai posisi (ekonomi)
atau pengungkapannya sulit kuat dibandingkan pihak konsumen
dimengerti.” (debitur). Kedua pihak lazimnya terikat
dalam organisasi, misalnya dalam
Latar belakang timbulnya perjanjian buruh kolektif;
perjanjian baku atau klausula baku
(standard contract) menurut Badrulzaman
88 Sigma-Mu Vol.3 No.1 – Maret 2011