Anda di halaman 1dari 10

Lex Administratum, Vol. V/No.

3/Mei/2017

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP melakukan aktifitas sehari-hari,Salah satu


KONSUMEN DALAM PENARIKAN KENDARAAN penunjang kebutuhan yang paling utama pada
BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH saat ini ialah kendaraan baik roda empat
PERUSAHAAN1 maupun roda dua, Namun karena harga
Oleh: Demy Amelia Amanda Manalip2 kendaraan roda empat maupun roda dua tidak
dapat dijangkau oleh sebagian
ABSTRAK masyarakat.Sehingga pada saat ini untuk dapat
Untuk penelitian terhadap model perlindungan menikmatinya dapat dilakukan dengan cara
hukum terhadap konsumen dalam leasing kredit melalui perusahaan pembiayaan dengan
kendaraan bermotor dilakukan pendekatan sistem leasing, dalam leasing system yang
dengan metode penelitian hukum normatif digunakan yaitu perjanjian sewa beli dimana
seperti penelitian hukum pada umumnya. sebelum pelunasan terakhir status pembeli
Penelitian ini dikaji aturan-aturan hukum yang adalah penyewa bukan pemilik. Leasing adalah
menjadi dasar dan model perlindungan hukum perjanjian antara lessor dan lessee untuk
terhadap transaksi perbankan lewat L/C. menyewa suatu jenis barang tertentu yang
Penelitian difokuskan pada kajian-kajian hukum dipilih/ditentukan oleh lessee. Hak pemilikan
normatif yang terkait dengan upaya atas barang modal tersebut berdasarkan
perlindungan hukum transaksi perbankan. pembayaran uang sewa yang telah ditentukan
Sebagaimana dalam pengertian hukum yang dalam suatu Fenomena jual beli dengan system
bersifat normatif, maka untuk melakukan kredit (sewa beli), kendaraan bermotor
analisis dilakukan beberapa pendekatan yaitu menjadi menarik dari perpektif yuridis karena
pendekatan perundang-undangan (statue status pembeli sebelum cicilan terakhir adalah
approach), pendekatan konseptual (conceptual penyewa. Status pembeli baru menjadi pemilik
approach), dan pendekatan kasus (case study) pada saat pelunasan maka hak milik barang
khususnya pembobolan bank. Bahan dan data berpindah kepada pembeli.Leasing itu sendiri
penelitian yang telah terkumpul dikelola diatur dalam peraturan presiden nomor 9
dengan menggunakan metode deskriptif yuridis tahun 2009 tentang lembaga pembiayaan
dengan dua pendekatan yaitu pendekatan (Perpres 9/2009), Sewa guna usaha adalah
perundang-undangan dan pendekatan (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam
konseptual. Perusahaan leasing yang bentuk penyediaan barang modal baik secara
melakukan penarikan terhadap kendaraan sewa guna usaha dengan hak opsi (finance
bermotor yang dipakai oleh debitur yang lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
mengalami kredit macet, dilakukan melalui (operating lease) untuk digunakan oleh
prosedur yang terdiri dari 3 tahap : tahap penyewa guna usaha (lessee) selama jangka
pertama mulai dari surat peringatan pertama waktu tertentu berdasarkan pembayaran
(SP-1). Tahap yang kedua melalui surat secara angsuran.3
peringatan kedua (SP-2). Tahap ketiga yaitu Pembelian kendaraan bermotor secara
melalui surat peringatan ketiga (SP-3) yang angsuran dalam hukum Perdata bersifat sewa
merupakan peringatan terakhir baru dilakukan beli yang termasuk perjanjian Inominat atau
penyitaan atau penarikan kendaraan. Dalam perjanjian yang tidak diatur dalam
praktekknya memang masih melibatkan KUHPerdata, karena dalam KUHPerdata hanya
kolektor untuk melakukan penyitaan, apalagi menggatur jual beli dan sewa menyewa tukar
kalau debitur melakukan perlawanan. menukar, jual beli itu sendiri dengan system
tunai cash.Sejauh ini tidak ada peraturan yang
A. Pendahuluan menggatur tentang sewa beli, Akan tetapi,
Pada era Reformasi saat ini kebutuhan Dalam Keputusan Menteri Perdagangan dan
masyarakat pada umumnya semakin banyak Koperasi nomor 34/KP/II/80 tahun 1980
untuk menunjang kebutuhan mereka dalam tentang perizinan kegiatan usaha sewa beli
(hire purchase) jual beli dengan anggsuran,dan
1
Artikel Tesis. Dosen Pembimbing : Dr. Merry E. Kalalo,
sewa (renting) telah diatur dalam keputusan
SH, MH; Dr. Jemmy Sondakh, SH, MH
2 3
Mahasiswa pada Pascasarjana Unsrat, Manado. NIM. Pasal 1 angka 5 Perpres 9/2009 tentang Perusahaan
15202108015 Pembiayaan

42
Menteri Perdagangan No Tahun/1980) yang keluarga, orang lain maupun makhluk hidup
telah dicabut oleh peraturan Menteri lain dan tidak untuk diperdagangkan”.7
Perdagangan Republik Indonesia nomor 21/M- Muhamad Djumhana menjelaskan bahwa
DAG/PER/10/2005 tahun 2005 tentang leasing dalam praktik hukum mempunyai
pencabutan beberapa perizinan dan pengertian sebagai kegiataan pembiayaan
pendaftaran di bidang perdagangan, perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-
memberikan pengertian tentang sewa beli. barang modal untuk digunakan oleh suatu
Sewa beli (hire purchase) adalah jual beli perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu,
barang di mana penjual melaksanakan berdasarkan pembayaran-pembayaran secara
penjualan barang dengan cara sukarela yang disertai dengan hak pilih (optie)
memperhitungkan setiap pembayaran yang bagi perusahaan tersebut,untuk membeli
dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas barang-barang modal yang bersangkutan atau
harga barang yang telah disepakati bersama memperpanjang jangka waktu leasing
dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati.8
hak milik atas barang tersebut baru beralih dari Dalam melakukan pengambilan kendaraan
penjual kepada pembeli setelah jumlah melalui pihak leasing, ada perjanjian kontrak
harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada yang akan disepakti bersama antara konsumen
penjual. 4 Sesuai perjanjian angsuran, dengan pihak leasing yang mencamtumkan
ditetapkan dalam jangka waktu tertentu.”5 harga kendaraan, cicilan perbulan,dan
Pembeli kendaraan dalam leasing sebagai ketentuan dari pihak leasing apabila terjadi
konsumen yang harus dilindungi sesuai wanprestasi oleh pihak konsumen.
Undang-undang No 8 Tahun 1999Undang- Namun dalam kenyataan yang ada banyak
undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen yang tidak memperhatikan
Konsumen (UUPK) dalam konsiderannya, antara ketentuan-ketentuan yang telah disepakti
lain menyatakan : “bahwa pembangunan bersama dengan pihak leasing,banyak
ekonomi nasional pada era globalisasi harus konsumen yang tidak membaca ketentuan yang
dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha disepakati, sehingga ketika terjadi wanprestasi
sehingga mampu menghasilkan beraneka konsumen sering berpikir bahwa pihak leasing
barang dan/atau jasa yang memiliki kandungan telah melakukan penggelapan atau pencurian
teknologi yang dapat meningkatkan kendaraan dan melaporkan pihak leasing
kesejahteraan masyarakat banyak dan sekaligus kepada Kepolisian Republik Indonesia, selain itu
mendapatkan kepastian atas barang dan/atau ada juga konsumen yang berpikir mereka telah
jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa membayar cicilan hingga telah melunasi pokok
mengakibatkan kerugian konsumen.” . Tidak dan tinggal cicilan bunga,namun mereka tidak
jarang pengorbanan yang diberikan tidak sadari bahwa pada perjanjian yang telah
sebanding dengan pemulihan hak-haknya yang disepakati telah menggaturnya tidak ada alasan
dilanggar.6 Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun untuk kita bisa melakukan wanprestasi sedikit
1999 Pasal 1, pengertian dari Perlindungan pun. Hak konsumen dapat dilindunggi apabila
Konsumen:“Segala upaya yang menjamin pihak konsumen tidak melakukan wanprestasi,
adanya kepastian hukum untuk memberikan tetapi kalau konsumen melakukan wanprestasi
perlindungan kepada konsumen”. Pengertian sulit untuk melakukan perlindungan kecuali ada
tersebut diparalelkan dengan definisi pengabaian pihak pelaku Usaha tidak
konsumen, yaitu :“Setiap orang pemakai melaksanakan kewajibanya,sesuai Undang-
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam Undang no 8 1999
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

4
Pasal 1 huruf a kepmen 34/1980 tentang Perijinan
Kegiatan Usaha sewa Beli
5 7
Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Aspek Gunawan Widjaya & Ahmad Yani, Hukum Tentang
Yuridis Dalam Leasing, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal. 8. Perlindungan Konsumen, Gramedia Pustaka Utama,
6
Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen Dan Instrumen- Jakarta.2001, hal. 5.
8
Instrumen Hukumnya, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta. 2000, Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia,
hal. 301. Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm.214

43
Lex Administratum, Vol. V/No. 3/Mei/2017

B. Rumusan Masalah analisis dilakukan beberapa pendekatan yaitu


1. Bagaimana akibat hukum terhadap pelaku pendekatan perundang-undangan (statue
usaha Leasing atas penarikan kendaraan approach), pendekatan konseptual (conceptual
bermotor terhadap konsumen? approach), dan pendekatan kasus (case study)
2. Bagaimana penyelesaian sengketa terhadap khususnya pembobolan bank.
penarikan kendaraan yang merugikan 1. Pendekatan Perundang-undangan (Statue
konsumen dikaitkan dengan hokum approach).
perlindungan konsumen? Digunakan berkenaan dengan peraturan
hukum yang mengatur tentang
C. Tujuan Penelitian perlindungan konsumen dan perjanjian jual
1. Untuk menganalisis akibat hukum terhadap beli dengan system leasing kendaraan
pelaku usaha atas penarikan kendaraan bermotor.
bermotor terhadap konsumen? 2. Pendekatan Konseptual (Conceptual
2. Untuk menganalisis penyelesaian sengketa Approach)
terhadap penarikan kendaraan yang Berkenaan dengan konsep-konsep yuridis
merugikan konsumen dikaitkan dengan yang mengatur tentang kaedah-kaedah
hokum perlindungan konsumen? hukum lembaga pembiayaan konsumen
yang harus diperhatikan oleh pelaku usaha
D. Metodologi Penelitian khususnya lembaga pembiayaan leasing
A. Tipe Penelitian yang terkait dengan transaksi dengan
Untuk penelitian terhadap model perlindungan konsumen dan perjanjian jual
perlindungan hukum terhadap konsumen beli dengan system leasing kendaraan
dalam leasing kendaraan bermotor dilakukan bermotor.
pendekatan dengan metode penelitian hukum 3. Studi kasus (case study)
normatif seperti penelitian hukum pada Pendekatan kasus yaitu berupa kasus-kasus
umumnya. Penelitian ini dikaji aturan-aturan sengketa konsumen terkait dengan
hukum yang menjadi dasar dan model penarikan kendaraan secara sepihak oleh
perlindungan hukum terhadap transaksi perusahaan leasing di Indonesia dan kasus-
perbankan lewat L/C. Pengaturan-pengaturan kasus lainnya terkait dengan sengketa
yang diteliti baik pengaturan-pengaturan dalam antara konsumen dengan perusahaan
Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun pembiayaan leasing yang terkait dengan
1998 maupun pengaturan-pengaturan teknis penarikan paksa oleh perusahaan terhadap
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tentang kendaraan yang dikuasai konsumen yang
mekanisme transaksi perbankan dan aturan- menunggak pembayaran cicilan.
aturan lain sebagai penunjang.
C. Teknik Analisis Data
B. Fokus dan Pendekatan Penelitian Bahan dan data penelitian yang telah
Penelitian difokuskan pada kajian-kajian terkumpul dikelola dengan menggunakan
hukum normatif yang terkait dengan upaya metode deskriptif yuridis dengan dua
perlindungan hukum transaksi perbankan. pendekatan yaitu pendekatan perundang-
Upaya hukum ini terkait dengan proses undangan (statue approach) yaitu mengkaji
transaksi perbankan dan proses perlindungan asas-asas hukum yang menjadi dasar
transaksi perbankan terkait dengan perundang-undangan perlindungan konsumen
pembobolan bank. Dalam penelitian ini dan pengaturan lembaga pembiayaan, dan
terfokus pada kajian bahan hukum yaitu pendekatan konseptual (conceptual approach)
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang yaitu pendekatan konsep-konsep hukum yang
Perlindungan Konsumen dikaitkan dengan menjadi dasar kasus yang terkait dengan
perjanjian jual beli kendaraan bermotor dengan sengketa konsumen dengan pelaku usaha dan
system leasing, dimana salah satu pihak dalam terkait dengan leasing yang terjadi di Sulawesi
hal ini konsumen melakukan wanprestasi. Utara.
Sebagaimana dalam pengertian hukum yang
bersifat normatif, maka untuk melakukan

44
Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek yang
D. Lokasi Penelitian untuk selanjutnya disebut B. W adalah sistem
Lokasi penelitian difokuskan pada lembaga- terbuka, Sistem terbuka dalam KUHPerdata
lembaga pembiayaan leasung yang ada di Kota memungkinkan semua perjanjian termasuk
Manado baik tentang mekanisme perlindungan sewa beli diakui sesuai dengan Pasal 1338
transaksi dengan penggunaan dokumen dalam KUHperdata.
leasing kendaraan bermotor. Begitu juga studi Perusahan Leasing kedudukanya sangat
kepustakaan pada Fakultas Hukum Universitas kuat dalam perjanjian sewa beli selama tidak
Sam Ratulangi, studi kepustakaan di UNSRAT melanggar hak hak pembeli sebagai
yang terkait dengan dokumen-dokumen atau konsumen.Asas kebebasan berkontrak, seperti
aturan hukum tentang leasing. tercantum dalam Pasal 1338 BW. Berdasarkan
asas tersebut, para pihak dapat menggunakan
E. HASIL DAN PEMBAHASAN persetujuan-persetujuan yang sama sekali tidak
1. Akibat Hukum Penarikan Kendaraan diatur dalam BW ataupun KUHD atau Undang-
Bermotor Oleh Pihak Leasing Undang lain. Namun ketentuan-ketentuan
Akibat hukum terhadap perusahaan yang umum BW Bk. III titel I sampai dengan IV tetap
melakukan perjanjian kredit dari perpektif berlaku, misalnya mengenai sahnya suatu
kontrak jual beli secara angsuran tidak ada perjanjian (Pasal 1320) dan Pasal 1338 yang
tuntutan ganti rugi, karena dalam jual beli berhubungan dengan BW Bk. III yaitu sistem
kendaraan bermotor dengan system angsuran terbuka atau asas kebebasan berkontrak.
(kiredit) pembeli selama belum melunasi Berdasarkan asas kebebasan berkontrak
berstatu sebagai penyewa. Pranata jual beli tersebut maka lahir pranata sewa beli sebagai
angsuran; pranata sewa beli (hire purchase) dan terobosan dari pranata jual beli tunai dan
sewa guna usaha (leasing) merupakan pranata merupakan variant dari jual beli
hukum perjanjian yang perkembangannya angsuran.Berdasarkan ketentuan-ketentuan
didasarkan pada “kebebasan berkontrak” dalam BW, sebagai tercantum di dalam Bab
sebagai asas pokok dari hukum perjanjian yang atau Titel V sampai dengan XVIII tentang
diatur dalam Pasal 1338 juncto Pasal 1320 KUH persetujuan-persetujuan tertentu khususnya
Perdata.Secara khusus perundang-undangan pada pranata jual beli dan sewa menyewa
yang melandasi pranata jual beli tunai dan merupakan dasar awal timbulnya pranata sewa
pranata sewa menyewa adalah sama, keduanya beli tersebut. Hal ini didasarkan pada konstruksi
memiliki dasar hukum yang diatur dalam KUH sui genesis. Ajaran tersebut mendasarkan pada
Perdata. Dalam sistem Hukum Perdata prinsip bahwa syarat-syarat yang lebih dominan
pengelompokan Kitab-Kitab Undang-undang dari salah satu pranata apakah syarat-syarat
Hukum Perdata disebut sebagai perjanjian lebih banyak pada perjanjian jual beli ataukah
bernama atau benoemde contracten atau lebih banyak mempunyai syarat-syarat sewa
nominaat contracten. Sementara itu pranata menyewa.
jual beli angsuran dan pranata sewa beli, Perjajian jual beli kendaraan bermotor
dimasukkan dalam perjanjian tak bernama secara angsuran dalam bentuk perjanjian sewa
(onbenoumde contractem). J. Satrio (1996: 8) beli sepanjang tidak bertentangan dengan asas
memberikan pengertian sebagai berikut yang kebebasan berkontrak diakui keberadaanya.
dimaksud dengan perjanjian innominat Pranata sewa beli tersebut akan dapat
(perjanjian tak bernama) adalah perjanjian- dikelompokkan pada salah satu pranata
perjanjian yang belum ada pengaturannya tersebut diatas. Dalam hal sewa beli
secara khusus di dalam undang-undang.Karena dikelompokkan pada jual beli ataukah sewa
tidak diatur dalam perundang-undangan, baik menyewa. Perjanjian ini merupakan perjanjian
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maupun campuran dimana bahwa dalam ketentuan-
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), ketentuan mengenai perjanjian khusus
jual beli angsuran dan sewa beli keduanya diterapkan secara analogis sehingga setiap
didasarkan pada praktek sehari-hari dan unsur dari perjanjian khusus tetap ada
putusan pengadilan (Jurisprudensi)”.Sistem (contractus sui genesris)( Badrulzaman, 1994:
yang dipergunakan oleh Kitab Undang-Undang 36).Kewajiban produsen pelaku usaha menurut

45
Lex Administratum, Vol. V/No. 3/Mei/2017

pasal 7 Undang-undang nomo 8 tahun 1999 memperpanjang jangka waktu leasing


tentang perlindungan konsumen adalah: berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan bersama”.
usahanya Equipment Leasing Association di London
b. Memberikan informasiyang sebagaimana dikutip Amin Widjaja Tunggal dan
benar,jelas,dan jujur mengenai kondisi Arif Djohan Tunggal memberikan pengertian
dan jaminan baik barang dan/atau jasa leasing sebagai berikut :“Leasing adalah
serta memberi penjelasan penggunaan perjanjian antara lessor dan lessee untuk
dan perbaikan,dan pemeliharaan menyewa suatu jenis barang modal tertentu
c. Memperlakukan atau melayani yang dipilih/ditentukan oleh lessee. Hak
konsumen secara benar dan jujur serta pemilikan atas barang modal tersebut
tidak diskriminatif berdasarkan pembayaran uang sewa yang telah
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa ditentukan dalam suatu jangka waktu
yang diproduksi dan/atau tertentu.” 11
diperdagangkan berdasarkan ketentuan Kekuatan perusahan Leasing dalam
standar mutu barang dan/atau jasa yang melakukan penarikan kendaraan karena
berlaku perusahan Leasing telah membiayai barang
e. Memberikan kesempatan kepada yang diangsur tersebut. Dengan demikian
konsumen untuk menguji dan/atau dapatlah diartikan bahwa leasing itu adalah
mencoba barang dan/atau jasa tertentu pembiayaan perusahaan dalam bentuk
serta memberi jaminan dan/atau garansi penyediaan barang-barang modal dengan
atas barang yang dibuat dan/atau pembayaran secara berkala oleh perusahaan
diperdagangkan yang menggunakan barang-barang modal
Memberikan kompensasi, ganti rugi, terebut, dan dapat membeli atau
dan/atau penggantian kerugian apabila barang memperpanjang jangka waktu berdasarkan
dan/atau barang diterima atau dimanfaatkan nilai sisa. Bahkan, Kementerian Keuangan telah
konsumen tidak sesuai dengan perjanjian. 9 mengeluarkan peraturan yang melarang leasing
Pengertian Leasing dapat dilihat dalam atau perusahaan pembiayaan untuk menarik
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 secara paksa kendaraan dari konsumen yang
tentang lembaga pembiayaan (perpres 9/2009). menunggak kredit kendaraan. Hal itu tertuang
Sewa guna usaha (Leasing) adalah kegiatan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang No.130/PMK.010/ 2012 tentang pendaftaran
modal baik secara sewa guna berdasarkan fidusia bagi perusahaan pembiayaan yang
pembayaran secara angsuran. 10 Peraturan dikeluarkan tanggal 7 Oktober 2012.
tersebut menyempurnakan aturan lama Leasing Persoalan penting Jika pihak leasing tetap
berdasarkan Pada Pasal 1 Surat Keputusan melakukan penarikan paksa terhadap
Bersama Tiga Menteri, Menteri Keuangan, kendaraan yang dikuasai pembeli karena
Menteri Perdagangan, dan Menteri angsuran macet.,Perusahan leasing dapat
Perindustrian No. KEP. 122/MK/IV/2/1974, No. dikenakan sanksi Pasal 368, Pasal 365 KUHP
32/M/SK/2/1974, dan No. 30/Kph/I/1974 Ayat 2, 3 dan 4 juncto Pasal 3. Dalam KUHP
tertanggal 7 Febuari 1974, menyebutkan bahwa jelas disebutkan, yang berhak untuk melakukan
leasing itu adalah :“Setiap kegiatan eksekusi adalah pengadilan. Jadi, apabila mau
pembayaran perusahaan dalam bentuk mengambil jaminan, harus membawa surat
penyediaan barang-barang modal untuk penetapan eksekusi dari pengadilan negeri.
digunakan oleh suatu perusahaan tertentu, Keputusan bersama Tiga Menteri mengenai
berdasarkan pembayaran-pembayaran secara status hukum leasing di Indonesia, memang
berkala, disertai dengan hak pilih (optie) bagi terus dipertanyakan dan menjadi polemic para
perusahaan tersebut untuk membeli barang- pakar hukum Polenik terkait dengan eksistensi
barang modal yang bersangkutan atau leasing dalam melakukan eksekusi bila ditinjau
dari segi hukum Indonesia, sebab selama ini
9
Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
11
Perlindungan Konsumen Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Aspek
10
Pasal 1 angka 5 perpres 9/2009 Yuridis Dalam Leasing, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal. 8.

46
segi-segi ekonomislah yang lebih sering atas dasar kepercayaan (fidusia). Dengan
ditonjolkan dalam informasi tehnis yang perkataan lain bendanya sendiri secara nyata
diberikan oleh pihak-pihak yang bersangkutan, tidak pernah terlepas dan penguasaan debitur
namun aspek yuridisnya belumlah dianalisis dan beralih ke dalam penguasaan kreditur,
secara mendalam. tetapi tetap saja berada dalam penguasaan
Dalam penarikan kendaraan bermotor debitur. Yang berpindah hanyalah hak milik
karena wanprestasi status dari perusahan atas benda itu, sedangkan debitur tetap
leasing sangat kuat terkait dengan perjanjian menguasai fisik benda itu tetapi tidak lagi
yang sudah disepakati .Seperti kita ketahui sebagai pemilik. Debitur menguasai fisik benda
bersama, bahwa konsep leasing itu berasal dari itu hanya sebagai penyimpan atau pemakai
dan berkembang di Amerika Serikat, namun benda itu. Menurut Prof. Dr. Ny. Sri Soedewi
karena sistem hukum perdata kita berasal dari Masjchoen Sofwan, SH: Jadi pada fiduciaire
dan masih sangat mirip dengan hukum perdata eigendoms ovendracht itu yang dipindahkan itu
dan hukum dagang yang berlaku di negeri ialah hak milik atas benda sebagai jaminan atas
Belanda, maka logis adanya apabila kita dasar kepercayaan, sedangkan bendanya
memandang pada tulisan-tulisan dalam buku- sendiri masih tetap berada dalam tangan si
buku Belanda. Leasing, yang arti asal mulanya berutang, sehingga tetap dapat digunakan
merupakan gejala ekonomi, telah untuk perusahaan dan lain-lain.”12
mempengaruhi isi dari kontrak-kontrak lease, Dalam penyerahan hak milik pada fidusia,
kebanyakan ditentukan oleh maksud-maksud terjadi penyerahan Constitutum Possessorium
ekonomi daripada Perusahan.. Oleh karena itu (penyerahan dengan melanjutkan
di negara Belanda perjanjian lease itu tidak penguasaannya). Pada perjanjian ini yaitu
diatur suatu peraturan yang khusus, maka pemindahan hak milik, yang dituju bukan
untuk suatu kontrak lease yang memilih bentuk kepemilikan kendaraan tapi penguasaan dari
yuridis terbaik disangkutpautkan dengan tujuan kendaraan tersebut,
ekonomi. Timbul pertanyaan buat kita, yakni Dengan pelunasan pembayaran dari si
bentuk atau status hukum yang bagaimanakah debitur, maka hak milik kembali kepada pemilik
leasing itu? Apakah perjanjian sewa-menyewa, semula dan si berpiutang harus mengembalikan
sewa-beli, atau perjanjian utang dengan bendanya. Akan tetapi jika debitur lalai
jaminan ? memenuhi pelunasan hutangnya maka kreditur
Dalam sistem hukum perdata kita ada berhak mengambil pelunasan piutangnya dari
ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan benda fidusia menurut ketentuan yang telah
yang wajib ditaati dan yang tidak boleh diatur dalam Undang-Undang No. 42 Tahun
dikesampingkan walaupun pihak-pihak 1999. Jadi walaupun terjadi pemindahan hak
menghendakinya dan ada peraturan-peraturan milik, akan tetapi kreditur hanya berhak
yang tidak wajib, dalam arti bahwa apabila mengambil pelunasan dari benda jaminan
dikehendaki oleh pihak-pihak ketentuan- sebagaimana ditentukan dalam pasal 1 dan
ketentuan itu dapat dikesampingkan sesuai pasal 2 Undang-Undang No. 42 Tahun
asas kebebasan berkontrak. Dalam perspektif 1999.Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 42
kajian perdata leasing tampak adanya dua Tahun 1999 menyebutkan bahwa : Dalam
pendapat yang berlawanan : Pendapat yang undang-undang ini yang dimaksud dengan
pertama menyatakan bahwa leasing dalam fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan
pengertian yuridis adalah sewa suatu benda atas dasar kepercayaan dengan
menyewa.Sedangkan pendapat yang kedua ketentuan bahwa benda yang hak
menyatakan bahwa kontrak lease berdasarkan kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam
hukum perdata tidak dapat ditetapkan di penguasaan pemilik benda.Dalam ayat (2)
bawah satu penyebutan (noemen). ditentukan: Jaminan fidusia adalah hak jaminan
Jaminan Fidusia adalah jaminan berdasarkan atas benda bergerak baik yang berwujud
kepercayaan dimana obyek benda jaminan maupun yang tidak berwujud dan benda tidak
tetap dikuasai oleh pemilik. Dengan kata lain, di bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat
samping diadakan perjanjian utang kredit,
12
diadakan pula perjanjian pengalihan hak milik Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hak Jaminan Atas
Tanah, Liberty Yogyakarta 1974. hal 75-76.

47
Lex Administratum, Vol. V/No. 3/Mei/2017

dibebani hak tanggungan sebagaimana Pasal 45 ayat (2) dan Pasal 48 Undang-
dimaksud dalam Undang Perlindungan Konsumen (UUPK).
Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Kosa kata sengketa (conflict; dispute)
Hak Tanggungan benda yang menjadi obyek mestinya tidak hanya bersifat merusak
tetap berada dalam penguasaan pemberi (destructif) dan merugikan (harmfull),
fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang melainkan membangun (constructive),
tertentu, yang memberikan kedudukan yang menarik/menantang (challenging) serta
14
diutamakan kepada penerima fidusia terhadap dinamis sebagai katalisator perubahan. Ada
kreditur lainnya.Jadi walaupun terjadi beberapa kata kunci untuk memahami
penyerahan hak milik, kreditur bukan sebagai pengertian “sengketa konsumen” dalam
pemilik, akan tetapi benda tetap sebagai kerangka Undang-Undang Perlidungan
agunan bagi pelunasan utang debitur; dan Konsumen (UUPK) dengan menggunakan
debitur secara fisik masih tetap menguasai metode penafsiran.
bendanya Menurut Hartono Hadisoeprapto, Pertama, batasan konsumen dan pelaku
bahwa pengertian jaminan adalah: "segala usaha menurut Undang-Undang Perlidungan
sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk Konsumen (UUPK). Berikut diktuipkan batasan
menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan keduanya : “Konsumen adalah setiap orang
memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
uang yang timbul dari suatu perikatan. Di dalam dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
praktek perbankan masalah jaminan ini sangat sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk
penting sekali, terutama yang berhubungan hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.
dengan kredit yang dilepas kepada (Pasal 1 butir Undang-Undang Perlidungan
nasabahnya".13 Konsumen).” “Pelaku usaha adalah setiap orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang
2. Penyelesaian Sengketa Leasing Kendaraan berbentuk badan hukum maupun bukan badan
Bermotor Terkait Perlindungan Konsumen hukum yang didirikan atau berkedudukan atau
Penyelesaian sengketa terkait dengan hak- melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
hak konsumen sudah diatur dalam berbagai negara Indonesia, baik sendiri maupun
perundang-undangan seperti Undang-Undang bersama-sama melalui perjanjian
Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
maupun dalam Kitab Undang-Undang Perdata. berbagai kegiatan ekonomi”. (Pasal butir
Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah Undang-Undang Perlidungan Konsumen).”
mengatur tentang penyeledaian sengketa Konsumen dipastikan setiap orang atau
termasuk sengketa leasing. sengketa konsumen individu pemakain barang dan/atau jasa untuk
dijumpai pada beberapa bagian Undang- keperluan, sendiri, keluarga atau pihak lain.
Undang Perlindungan Konsumen (UUPK), yaitu : John F. Kennedy, mendiang mantan Presiden
1. Penyebutan sengketa konsumen sebagai Amerika Serikat, mengatakan bahwa secara
bagian dari seb utan institusi administrasi definisi konsumen adalah kita semua; mereka
negara yang mampu men yelesaikan adalah kelompok ekonomis dalam
sengketa antara pelaku usaha dan perekonomian yang mempengaruhi dan
konsumen, dalam hal ini Badan Pen dipengaruhi oleh hampir setiap keputusan
yelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) (Pasal masalah-masalah ekonomi yang bersifat
1 butir 11 Undang-Undang Perlindungan perdata dan publik. Kata Kennedy, mereka
Konsumen (UUPK) jo. Bab XI Undang- satu-satunya kelompok penting dalam
Undang Perlindungan Konsumen (UUPK). perekonomian yang secara efektif tidak
2. Penyebutan sengketa konsumen menyan
gkut tatacara atau prosedur penyelesaian
sengketa terdapat pada Bab X Penyelesaian
Sengketa. Pada bab ini digunakan istilah
sengketa konsumen secara konsisten, yaitu
14
Christoper W. Moore, The Mediation Process : Practical
13
Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan Strategies for Resolving Conflict, Edisi Kedua, Jossey-Bass
dan Hukum Jaminan, Liberty, Yogyakarta, 1984, hal. 50. Publishers, San Fransisco, 1996, hal. 16.

48
terorganisir serta pandangan-pandangan 1. Melayani keluhan masyarakat atas
mereka sering tidak didengar.15 keputusan atau tindakan penyelenggaraan
Perlindungan yang diberikan Undang- negara dan pemerintah yang didasarkan
Undang Perlidungan Konsumen (UUPK) tidak tidak adil, tidak patut merugikan, atau
hanya pada konsumen secara individu, melawan hukum;
melainkan juga diperluas pada mahluk hidup 2. Meningkatkan pengawasan terhadap
lain, misalnya binatang peliharaan, seperti : institusi dan instansi pemerintahan,
ikan, ayam, kucing, anjing, burung dan termasuk peradilan, dengan memberikan
sebagainya. Yang sangat asasi, Undang-Undang klarifikasi, informasi dan rekomendasi
Perlidungan Konsumen (UUPK) tidak mengakui kepada instansi terlapor yang di ikuti
badan hukum seperti : Yayasan dan Perseroan dengan pengawasan terhadap
Terbatas (PT) sebagai konsumen. Jika saja pelaksanaan rekomendasi Komisi
badan hukum diakui sebagai konsumen Ombudsman Nasional.
menurut Undang-Undang Perlidungan Melalui ketetapan Majelis Permusyawaratan
Konsumen (UUPK), maka esensi perlindungan Rakyat No. VIII/MPR/2001 tanggal 9 November
hukum yang diberikan Undang-Undang 2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan
Perlidungan Konsumen (UUPK) menjadi kabur. Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi
Kedua, batasan Badan Penyelesaian Sengketa dan Nepotisme, di tetapkan salah satu arah
Konsumen (BPSK) pada Pasal 1 butir 1 Undang- kebijakan pemberantasan korupsi, kolusi dan
Undang Perlidungan Konsumen (UUPK) nepotisme, yaitu: pembentukan Ombudsman
menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan melalui Undang-Undang beserta peraturan
“sengketa konsumen”, yaitu sengketa antara pelaksanaannya.
pelaku usaha dan konsumen. Tidak ada model Ombudsman yang tunggal
Penyelesaian melalui jalur pengadilan atau di berbagai negara. Di Inggris, Ombudsman
letigasi pada prinsipnya sama dengan perkara pada awalnya terbatas pada sektor publik
perdata pada umumnya yakni penyelesaian (public sector) menyangkut pemerintah pusat
berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum dan pemerintah daerah (central and local
Acara Perdata (KUHAP). Tetapi spesifikasi dari goverment) kemudian meluas pada misalnya,
sengketa konsumen yaitu dilibatkannya pelayanan kesehatan (the health service) (1974)
lembaga Ombudsman dalam mengawasi Hakim dan penjara (prisons) (1994). Berbagai bentuk
yang menangani sengketa konsumen. Dalam Ombudsman itu kemudian berkembang pada
penyelesaian sengketa konsumen hakim sektor swasta (privat sector), di mana kedua
dilarang juga berpihak kepada pelaku usaha pola menurut Undang-Undang dan sukarela
karena konsumen termasuk konsumen leasing (statutory and volutary schemes) telah mapan
kendaraan bermotor yang mengalami kredit dan mencakup wilayah yang bervariasi seperti:
macet dilarang. Dengan sebuah Keputusan jasa kesehatan (vinansial service), penasehat
Presiden (Keppres) No. 44 Tahun 2000 telah di hukum (lawyer), agen property (estate agents),
bentuk Komisi Ombudsman Nasional di dan pemimpin/perusahaan pemakaman
16
Indonesia. Menurut Antonius Sujata dan RM (funeral directors). The British and Irish
Surachman, sebagai instansi yang indefenden Ombudsman Association di Inggris belum
Ombudsman diperlukan untuk mengawasi mengesahkan model Ombudsman khusus di
administrasi negara guna mewujudkan bidang perlindungan konsumen. Menurut
pemerintahan yang bersih dan baik yang Oughton dan Lowry, jika hal ini dilakukan maka
berdasarkan asas negara hukum serta konsumen dapat diyakinkan bahwa model tdb
kepatutan dan penghormatan hak asasi betul-betul independen dan apapun putusan
manusia. Adapun tugas pokok Komisi yang dijatuhkan pada suatu sengketa akan
Ombudsman Nasional menurut Keputusan betul-betul tidak memihak, dengan 4 (empat)
Presiden tersebut, yaitu : kriteria dasar, yaitu:
1. Kebebasan (independence);

15 16
Consumer Dispute Resolution in Missouri, Missouri’s Colin Scott dan Julia Black, Cranston’s Consumers and
Need for a ‘True’ Cunsumer Onbudsman, Journal of the Law (Edisi Ketiga) (London Edinburg Dublin:
Dispute Resolution, Vol. 199 No. 1, hal. 6. Butterworths, 2000), hal. 134.

49
Lex Administratum, Vol. V/No. 3/Mei/2017

2. Berhasil guna (effectiveness); yang merupakan peringatan terakhir baru


3. Tidak memihak (fairness); dilakukan penyitaan atau penarikan
4. Bertanggung jawab (public accountability). kendaraan. Dalam praktekknya memang
Namun demikian, model Ombudsman yang masih melibatkan kolektor untuk
telah diterima di Inggris telah menangani melakukan penyitaan, apalagi kalau
sektor-sektor perdagangan (trading sectors), debitur melakukan perlawanan.
seperti: perbankan, asuransi, jasa investasi, 2. Penyelesaian sengketa konsumen leasing,
pelayanan hukum (legal service), penginapan, ditempuh melalui 2 jalur sesuai Undang-
pelayanan pemakaman (funeral services) undang Perlindungan Konsumen No. 8
pengaduan pelayanan polisi (police Tahun 1999, yaitu penyelesaian lewat
17
complaint). Beberapa hal harus diperhatikan BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa
dalam penyelesaian sengketa dengan model Konsumen) atau melalui jalur litigasi,
Ombudsman, yaitu:18 penyelesaian sengketa melalui pengadilan
1. Ombudsman tidak akan sesuai dengan Kitab Hukum Acara Perdata
mempertimbangkan suatu pengaduan, jika yang berlaku. Dalam penyelesaian di
proses hukum (legal proceedings) tengah di pengadilan melibatkan juga onbusdman
tempuh; untuk mengawasi kalau Hakim melakukan
2. Peran utama Ombudsman, sesuai Putusan-putusan yang keliru yang
yurisdiksinya, yaitu: mengupayakan merugikan konsumen dan mengutungkan
perbaikan pelayanan kepada pihak yang pelaku usaha dalam hal ini perusahaan
diadukan/pelaku usaha; leasing kendaraan bermotor.
3. Keputusan Ombudsman terbatas pada
rekomendasi yang berupa langkah-langkah B. Saran
tertentu yang dapat di ambil untuk 1. Pada kenyataannya masih terjadi
memperbaiki perilaku pelaku usaha keterlibatan kolektor dalam penarikan dan
(business practice). penyitaaan paksa kendaraan debitur yang
Adanya penjatuhan kompensasi yang harus mengalami kredit macet. Sesuai dengan
di bayarkan kepada konsumen bergantung putusan MK 2009, seharusnya tidak terjadi
pada syarat-syarat model tertentu sesuai penarikan paksa oleh perusahaan leasing
pengaduan yang telah di ajukan, seperti kalau debitur beritikad baik dan
misalnya: Ombudsman Asuransi (the Insurance mengalami musibah seperti penyakit dan
Ombudsman) berhak menjatuhkan kompensasi kecelakaan. Untuk itu perlunya
sejumlah maksimal £.100,000. Komisi pengawasan pemerintah terhadap
Ombudsman Nasional (KON) di Indonesia pada lembaga leasing agar supaya tidak terjadi
Tahun 2002 ini telah mempublikasikan laporan kesewenang-wenangan dalam penarikan
Tahunan 2001 (annual report 2001). kendaraan bermotor.
2. Untuk penyederhanaan penyelesaian
F. KESIMPULAN DAN SARAN sengketa leasing, maka peran BPSK harus
A. Kesimpulan lebih maksimal dalam melindungi nasabah
1. Perusahaan leasing yang melakukan sebagai konsumen agar supaya tidak
penarikan terhadap kendaraan bermotor terjadi kesewenang-wenangan baru
yang dipakai oleh debitur yang mengalami perusahaan leasing dalam melakukan
kredit macet, dilakukan melalui prosedur eksekusi terhadap kendaraan yang
yang terdiri dari 3 tahap : tahap pertama menjadi objek perjanjian kredit kendaraan
mulai dari surat peringatan pertama (SP- bermotor.
1). Tahap yang kedua melalui surat
peringatan kedua (SP-2). Tahap ketiga DAFTAR PUSTAKA
yaitu melalui surat peringatan ketiga (SP-3) Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal,
Aspek Yuridis Dalam Leasing,
17
David Oughton dan John Lowry, Textbook on Consumer Rineka Cipta, Jakarta, 1994.
Law (First Edition) (London, Great Brittain: Blackstone Ltd., Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen Dan
1997), hal. 48-49.
18
Ibid Instrumen-Instrumen Hukumnya,

50
PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta.
2000.
Gunawan Widjaya & Ahmad Yani, Hukum
Tentang Perlindungan Konsumen,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2001.
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di
Indonesia, Bandung, Citra Aditya
Bakti.
Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal,
Aspek Yuridis Dalam Leasing,
Rineka Cipta, Jakarta, 1994.
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hak Jaminan
Atas Tanah, Liberty Yogyakarta
1974.
Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum
Perikatan dan Hukum Jaminan,
Liberty, Yogyakarta, 1984.
Christoper W. Moore, The Mediation Process :
Practical Strategies for Resolving
Conflict, Edisi Kedua, Jossey-Bass
Publishers, San Fransisco, 1996.
Colin Scott dan Julia Black, Cranston’s
Consumers and the Law (Edisi
Ketiga) (London Edinburg Dublin:
Butterworths, 2000).
David Oughton dan John Lowry, Textbook on
Consumer Law (First Edition)
(London, Great Brittain: Blackstone
Ltd., 1997).

51

Anda mungkin juga menyukai