SKRIPSI
OLEH :
HUSNI
NPM : 28120002
FAKULTAS HUKUM
SURABAYA
2012
HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH :
HUSNI
NPM : 28120002
FAKULTAS HUKUM
SURABAYA
2012
HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI
NAMA : HUSNI
FAKULTAS : HUKUM
NPM : 28120002
Pembimbing
Telah diterima dan disetujui oleh tim penguji skripsi serta di nyatakan
Surabaya………Agustus 2012
Dekan
Pembimbing
Penguji I
Penguji II
ii
Motto
Di saat kita mengambil sebuah keputusan atau tindakan hati dan pikiran akan
selalu bertentangan, namun hati kita tidak bisa di bohongin dan tidak akan
bisa di pengaruhi oleh apapun, tetapi pikiran yang paling cepat dan paling
gampang untuk di pengaruhi, maka dari itu setiap kita ingin mengambil
Penulisan skripsi ini dengan judul Hak Tanggungan Dan Eksekusi Hak
penulis sebagai salah satu syarat agar dapat memperoleh Gelar Sarjana Hukum
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran dari
Skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang
kepada :
Putra Surabaya.
TAROB, serta teman-teman penulis yang lainnya, yang telah ikut serta
harapkan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah…………………………………………………. 8
3. Penjelasan Judul…………………………………………………… 8
5. Tujuan Penelitian…………………………………………………... 10
6. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 11
7. Metode Penelitian………………………………………………….. 11
Tangan…………………………………………………………. 27
2. Pelelangan Umum……………………………………………. 32
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………… 46
B. Saran………………………………………………………………… 48
DAFTAR BACAAN………………………………………………………………49
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dimana kredit yang banyak berkembang dalam masyarakat adalah kredit dengan
Dalam praktek saat ini, bank menyalurkan berbagai macam kredit sesuai
menjadi lebih bermakna pada nilai Kapital Aset, salah satunya bisa di jadikan
jaminan suatu Kredit. Akan tetapi, tanah hak milik yang merupakan salah satu
bentuk hak tanggungan yang di jadikan jaminan kredit itu mengekor pada
tersebut, yaitu dengan cara menguangkan apa yang menjadi jaminan kredit itu
1
Bachtiar jajuli,Eksekusi perkara perdata segi hukum dan penegakan hukum, Akademika
pressindo, Jakarta, 1987, hal 43.
2
sendiri dalam hal ini adalah tanah yang di jadikan sebagai jaminan atas kredit
Secara umum, Undang-undang yang ada saat ini berlaku di Indonesia telah
“Segala harta kekayaan Debitur, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang yang sekarang maupun yang akan ada di kemudian
Dalam aturan ini bahwa jaminan yang di atur dalam Pasal 1131 KUH
Perdata tersebut masih bersifat umum atau dengan kata lain benda jaminan itu
tidak di tunjuk secara khusus dan tidak di peruntukkan bagi seorang kreditur
tertentu, sehingga apabila jaminan tersebut dijual maka hasilnya dibagi secara
Dalam praktek perbankan dewasa ini, jaminan yang bersifat umum tersebut
pinjaman kepada Debitur untuk menjamin kredit yang telah di berikan selama ini.
oleh Debitur kepada Kreditur. Jaminan ini di kenal dengan jaminan khusus yang
Debitur/Nasabahnya. Dalam hal ini, kerap yang terjadi adalah Debitur dengan
Kreditur/Bank.
sebagai salah satu syarat baku untuk memberikan suatu perlindungan bagi
atas pembayaran yang wajib dibayarkan oleh Debitur kepada Kreditur sesuai
suatu keadaan seseorang tidak memenuhi apa yang menjadi kewajibannya yang
sekali, atau terlambat memenuhi prestasi, atau memenuhi prestasi secara tidak
baik.
Dalam hal ini, berkaitan dengan adanya kesepakatan Kreditur dan Debitur
suatu badan lembaga Hak Tanggungan sebagai bentuk atas jaminan kredit dari
pihak Debitur. Hal ini dimaksudkan yakni bahwa Hak Tanggungan itu sendiri bisa
Menurut ketentuan pasal 1 ayat (1) UU NO. 4 Tahun 1996 tentang hak
bebankan kepada hak atas tanah dan juga seringkali terdapat benda-benda
diatasnya bisa berupa bangunan, tanaman dan hasil-hasil lainnya yang secara
sebelumnya. Menurut pasal 4 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak
Tanggungan, obyek hak tanggungan harus berupa hak atas tanah yang dapat di
alihkan oleh pemegang haknya yang berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, dan
Hak Guna Bangunan, serta Hak Pakai Atas Tanah Negara yang menurut
ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindah
Hak Tanggungan sebagai salah satu lembaga hak jaminan atas tanah untuk
Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, Pasal 3 disebutkan bahwa
pemegangnya.
2
Undang-undang no. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
5
yang berkepentingan.
tanah yang diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak
tanah. Kredit yang di jamin dengan hak atas tanah tersebut, apabila debitur tidak
lagi mampu membayarnya dan terjadi adanya wanprestasi dan kredit menjadi
macet, maka pihak kreditur tentunya tidak mau dirugikan dan akan mengambil
tersebut dengan cara menjualnya melalui sistem pelelangan umum agar debitur
juga tidak terlalu di rugikan karena kemungkinan masih ada sisa atas penjualan
penjualan cara lelang obyek Hak Tanggungan, dan apabila ada sisanya
telah di atur dalam Pasal 20 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang
3
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika,2008,hal, 186
6
“Obyek hak tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara
Dari ketentuan ini terlihat bahwa, Eksekusi atas Hak Tanggungan (jaminan),
tidaklah termasuk eksekusi riil, tetapi eksekusi yang mendasarkan pada alas hak
yang di kenal dengan Parate Eksekusi yang di atur dalam pasal 224 HIR/pasal
258 Rbg.
Tanggungan, dan alasan-alasan seperti ini sudah menjadi suatu hal yang tidak
asing lagi dilakukan oleh Debitur sebagai alasan dan upaya-upaya untuk
Selain itu juga, dalam praktek kerap sering di jumpai adanya Debitur yang
fungsi, maksud dan tujuan adanya jaminan Hak Tanggungan. Dalam proses
pemberian kredit, sering terjadi bahwa pihak Kreditur di rugikan ketika pihak
hukum bagi pihak-pihak terkait, khususnya dari pihak Kreditur yang memberikan
pinjaman kredit kepada Debitur dengan kata lain yaitu apabila Debitur melakukan
Tanggungan.
Dari ulasan diatas, maka hal-hal sebagaimana yang dijabarkan diatas yang
secara bersama-sama oleh para pihak yaitu Pihak Kreditur dan Pihak Debitur
menyusun skripsi ini dengan judul : “HAK TANGGUNGAN DAN EKSEKUSI HAK
2. Rumusan masalah
3. Penjelasan judul
Bagi Kreditur”. Oleh sebab itu penulis angkat dalam penulisan skripsi ini.
terjadi berbagai penjaminan hak tanggungan yang dilakukan oleh debitur kepada
pinjaman. Hal ini tentu saja memberikan suatu keuntungan yang sangat prosfek
Akan tetapi dalam hal ini, ada juga kerugian dan kerancuan yang menjadi
mendapatkan kepastian hukum atas hak-hak yang akan didapatkan dalam suatu
9
pinjaman yang diberikan kepada debitur. Misalnya saja, saat ini bukan menjadi
janji yang telah di buatnya bersama kreditur dalam akta perjanjian yang dibuat
selama ini, akibat hal ini tentunya mengakibatkan berbagai kerugian yang besar
bagi kepentingan kreditur sebagai peminjam dana kepada debitur misalnya bila
jalan satu-satunya atau pilihan terakhir yang di pilih oleh kreditur untuk melunasi
yang melakukan suatu bentuk perjanjian kredit antara individu dengan individu,
individu dengan lembaga keuangan dan antara individu dengan lembaga negara
Hal-hal seperti inilah yang harus segera dilakukan suatu kebijakan hukum
yang dimaksud dalam hal pinjaman kredit sebagaima yang disepakati bersama
Dalam praktek sering di jumpai debitur keberatan dan tidak bersedia secara
skripsi ini guna memberikan gambaran dan solusi untuk memecahkan masalah-
5. Tujuan penelitian
berikut:
11
6. Manfaat penelitian
7. Metode penelitian
a. Tipe Penelitian
b. Pendekatan Masalah
c. Bahan Hukum
sekunder atau bahan pustaka lebih di utamakan dari pada data primer.
tentang bahan hukum primer antara lain berupa tulisan para pakar ahli
tanggungan.
13
mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder antara lain
Bahan hukum primer dan bahan sekunder serta bahan hukum tertier,
Dalam sistematika skripsi ini penulis sengaja disusun secara runtut agar lebih
mudah diketahui dan dipahami isi materinya skripsi ini dengan jelas.
BAB I Pendahuluan
Bagian ini merupakan pendahuluan dari konsep materi yang akan dibahas.
Bagian pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
Tanggungan, Objek dan Subjek hukum dalam hak tanggungan Tujuan Hak
oleh debitur, meliputi hak untuk melakukan eksekusi hak tanggungan, baik
eksekusi yang di lakukan tanpa persetujuan dari pihak debitur sebagai bentuk
Terhadap Kreditur
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai pengertian eksekusi hak
yang di alami oleh kreditur untuk kepentingan secara hukum atas hak
BAB IV penutup
merupakan akhir dari penulisan skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan
BAB II
Yang dimaksud dengan Hak Tanggungan adalah salah satu jenis dari hak
maksud dari kreditur tertentu disini yaitu kreditur yang memegang hak jaminan
janji.
untuk menjualnya jika debitur cedera janji dan mengambil dari hasilnya
kepadanya.4
4
Sutan Remy sjahdeini, Hak Tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah-
Masalah yang di Hadapi Oleh Perbankan, Air Langga University Press, hal 3
16
dengan Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang diberikan pada hak atas
berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan
Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas tanah untuk pelunasan hutang
“Hak tanggungan adalah Hak jaminan yang di bebankan pada hak atas tanah
benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan
dari pasal 1 ayat (1) tersebut adalah Hak milik, hak guna usaha dan hak guna
Beranjak dari definisi di atas, dapat di tarik unsur-unsur pokok dari hak
janji, menjual lelang tanah yang secara khusus pula ditunjuk sebagai
kreditur-kreditur lain.
c) Hak Tangungan dapat dibebankan atas tanahnya (hak atas tanah) saja,
dibebankan pada hak atas tanah semata-mata, tetapi dapat juga hak atas
5
Supriadi,ibid, hal. 119
18
bebankan di atas tanah hak milik (pasal 25) Hak Guna Usaha (pasal 33) dan
Hak Guna Bangunan (pasal 39). Menurut pasal 51 UUPA. Hak Tamggungan
dibebani dengan Hak Tanggungan adalah hak-hak atas tanah beserta benda-
19
Tanggungan tersebut di jelaskan bahwa hak atas tanah yang dapat dibebani
a) Hak milik
b) Hak GunaUsaha
d) Hak Pakai Atas Tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib
e) Hak-Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah
ada atau akanada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut,
dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah. Dalam hal ini
Sementara itu, dalam Hak Tanggungan juga terdapat subyek hukum yang
Tanggungan. Di dalam suatu perjanjian Hak Tanggungan ada dua pihak yang
b) Pemegang Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menerima Hak
diberikannya.
ketentuan mengenai subyek hukum Hak Tanggungan dalam pasal 8 dan pasal
pemegang hak tanggungan kepada debitur. Apabila debitur cidera janji, tanah
(hak atas tanah) yang di bebani dengan hak tanggungan itu berhak dijual oleh
pemegang hak tanggungan tanpa persetujuan dari pemberi hak tanggungan dan
obyek Hak Tanggungan tersebut.Terhadap jaminan berupa hak atas tanah dapat
jaminan/bank baik dari segi hukum maupun dari nilai ekonomisnya yang pada
6
Sutan Remy Sjahdeini, ibid, hal. 41
21
Tujuan hak tanggungan adalah untuk memberikan jaminan yang kuat bagi
(Burgerlijk Weetboek)
Menurut pasal 1131 KUH Perdata, segala harta kekayaan seorang debitur,
baik yang berupa benda-benda bergerak maupun benda-benda tetap, baik yang
sudah ada maupun yang baru akan ada akan di kemudian hari, menjadi jaminan
bagi semua perikatan utangnya. Dengan berlakunya ketentuan pasal 1131 KUH
pemberian jaminan oleh seorang debitur kepada setiap krediturnya atas segala
kreditur dan ternyata debitur cidera janji terhadap salah satu kreditur atau
beberapa kreditur itu. Atau debitur jatuh pailit dan harta kekayaanya harus
hak terhadap harta kekayaan debitur itu sebagai jaminan piutangnya masing-
masing. Menurut ketentuan pasal 1132 KUH Perdata, harta kekayaan debitur itu
menjadi jaminan secara bersama-sama bagi semua kreditur yang memberi utang
Menurut pasal 1132 KUH Perdata tersebut, hasil dari penjualan benda-
benda yang menjadi kekayaan debitur itu dibagi kepada semua krediturnya
22
tersebut, di berikan oleh pasal 1133 KUH Perdata tersebut, hak untuk di
dari hak istimewa, Gadai dan Hipotik. Urutan dari hak yang di dahulukan yang
timbul dari ke tiga hak yang di sebut dalam pasal 1133 KUH Perdata tersebut,
menurut dalam pasal 1134 KUH Perdata, Gadai dan hipotik lebih tinggi dari pada
sebaliknya.
Dari ketentuan pasal 1132 KUH Perdata tersebut jika di hubungkan dengan
ketentuan pasal 1133 KUH Perdata dan pasal 1134 KUH Perdata, maka para
tentukan dalam pasal 1132 KUH Perdata, hak mereka untuk memperoleh dari
hasil penjualan harta kekayaan debitur, dalam hal debitur cidera janji, adalah
tidak berkedudukan yang sama dengan kreditur-kredditur lain dari hasil penjualan
harta kekayaan debitur, apabila debitur cidera janji, sebagai mana menurut
ketentuan pasal 1132 dan pasal 1136 KUH Perdata. Kedudukan yang berimbang
Kreditur yang bersangkutan tidak akan pernah tau akan adanya kreditur-kreditur
23
lain yang mungkin muncul kemudian hari. Makin banyak kreditur dari debitur
dahulukan terhadap kreditur-kreditur lain. Itulah pula tujuan dari eksistensi Hak
memperoleh hak baik berdasarkan atas hak yang umum maupun pada hak yang
khusus, juga terhadap para kreditur dan pihak lawannya. Hak tersebut selalu
mengikuti bendanya dalam arti bahwa yang mengikuti bendanya itu tidak hanya
24
haknya tetapi juga kewenangan untuk menjual bendanya dan hak melakukan
eksekusi.7
hukum yang tetap dan berlaku sebagai pengganti Grosse Acte Hypotheek
sepanjang mengenai hak atas tanah. Irah-Irah yang di cantumkan pada sertifikat
siap untuk di lakukan eksekusi seperti halnya suatu putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap melalui tata cara yang telah di
Karena salah ciri Hak Tanggungan adalah mudah dan pasti dalam
pelaksanaan eksekusinya, jika suatu saat debitur cidera janji. Dalam ketentuan
cidera janji, maka berdasarkan Hak Tanggungan yang ada pada pemegang Hak
Tanggungan yaitu janji untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan
7
Sutan Remy Sjahdeini, op,cit….hal 5-7
25
pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hokum yang tetap, kreditur dapat
Tanggungan.
yang di berikan oleh pemegang hak tanggungan kepada debitur. Apabila debitur
obyek Hak Tanggungan tersebut melalui pelelangan umum menurut tata cara
Hak pemegang hak tanggungan untuk menjual obyek Hak Tanggungan tidak
8
Adrian Sutedi. Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika,Cetakan Pertama,….hal. 118
26
Hak Tanggungan Kepada Debitur. Apabila debitur cidera janji, maka tanah (hak
atas tanah) yang di bebani dengan hak tanggungan itu berhak untuk di jual oleh
pemegang hak tanggungan tanpa persetujuan dari pemberi hak tanggungan dan
tersebut.
pelaksanaan penjualan itu dapat dilakukan secara jujur (fair), maka Undang-
(1) UUHT.
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut, apabila debitur cidera janji.
dahulu dari pemberi hak tanggungan dan tidak perlu pula meminta penetapan
eksekusi obyek Hak Tanggungan yang telah di jadikan jaminan oleh debitur.
tersebut dipunyai demi hukum), maka Kepala Kantor Lelang Negara harus
atas dasar kesepakatan antara pemegang Hak Tanggungan dan pemberi Hak
Tanggungan.
tangan jika demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang
menguntungkan semua pihak. Sesuai yang di tentukan dalam pasal 20 ayat (2)
UUHT. Oleh karena penjualan di bawah tangan dari obyek hak tanggungan
bawah tangan terhadap obyek Hak Tanggungan atau agunan kredit itu apabila
debitur tidak menyetujuinya. Apabila kredit sudah menjadi macet, sering terjadi
baik agunan itu di jual di bawah tangan dari pada di jual di pelelangan umum.
misalnya karena nasaba/debitur yang tidak lagi beritikad baik tidak bersedia
ditemui oleh Bank, atau telah tidak di ketahui lagi dimana keberadaannya.
Agar Bank kelak setelah kredit yang di berikan tidak mengalami kesulitan
yang demikian itu, bank pada waktu kredit diberikan, mensyaratkan agar di
dapat menjual sendiri agunan tersebut secara di bawah tangan atau meminta
kekuasaan kepada bank untuk dapat menjual sendiri agunan tersebut secara di
bawah tangan.
dengan asas kepatutan dan itikad baik, bank tidak menentukan sendiri harga
nasabah/debitor. .9
9
Sutan Remy Sjahdeini, loc, cit, hal.119
29
. BAB III
1. Pengertian Eksekusi
pemenuhan prestasi oleh pihak yang kalah kepada pihak yag menang dalam
mengatur hal ihwal pelaksanaan putusan Hakim. Dalam hal ini, sebagaimana
tetapi yang berhubungan dengan penjualan cara lelang obyek Hak Tanggungan,
pengertian eksekusi itu sendiri, oleh karena itu ada beberapa pendapat ahli
putusan pengadilan tidak lain adalah realisasi dari pada apa yang
prestasi yang merupakan hak dari pihak yang di menangkan, sebagai mana
atau eksekkusi pada hakikatnya adalah realisasi dari pada kewajiban dari
putusan tersebut.
30
yang di lakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu
perkara oleh karena itu eksekusi tidak lain dari pada tindakan yang
syarat yang di pakai oleh alat-alat Negara guna membantu pihak yang
tidak bersedia dengan suka rela memenuhi putusan yang telah di tentukan
oleh Undang-Undang.
pemenuhan prestasi oleh pihak yang kalah kepada pihak yang menang dalam
hakim.
riil, karena eksekusi riil hanya di lakukan setelah adanya pelelangan. Eksekusi
akan tetapi yang berhubungan dengan penjualan dengan cara lelang obyek Hak
yang dapat di lakukan terhadap obyek Hak Tanggungan apabila debitur cidera
janji, yaitu :
cidera janji, kreditur berhak untuk menjual obyek hak tanggungan atas
kekuasaan sendiri melalui pelelangna umum menurut tata cara yang di tentukan
dari hasil penjualan tersebut. Karena dengan cara melalui pelelangan umum ini
di harapkan dapat di peroleh harga yang paling tinggi untuk menjual obyek hak
tanggungan.
10
M.Yahya Harahap, Ruang lingkup permasalahan eksekusi bidang perdata, Jakarta, PT.
Gramedia, 1988….. hal. 1
32
mengambil pelunasan piutangnya.Dalam hasil penjualan itu lebih besar dari pada
umum atau melalui lelang (pasal 1 ayat (1) UUHT). Dasar pikirannya adalah
akan di peroleh harga yang wajar atau paling tidak mendekati wajar, karena
dalam suatu lelang tawaran yang rendah bisa di harapkan akan memancing
menambah tawaran. Hal ini merupakan salah satu wujud bagi perlindungan
2. Pelelangan Umum.
cidera janji, maka tanah (hak atas tanah) yang di bebani dengan Hak
Tanggungan itu berhak untuk di jual oleh pemegang hak tanggungan tanpa
persetujuan dari pemberi hak tanggungan dan pemberi hak tanggungan tidak
pelaksanaan penjualan itu dapat dilakukan secara jujur (fair), maka Undang-
33
(1) UUHT.
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut, apabila debitur cidera janji.
dahulu dari pemberi Hak Tanggungan dan tidak perlu pula meminta penetapan
eksekusi obyek Hak Tanggungan yang telah di jadikan jaminan oleh debitur.
demikian itu akan di peroleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.
tangan, asalkan hal tersebut di sepakati oleh pemberi dan pemegang Hak
tangan, jika dengan cara itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang
antara pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, Bank tidak mungkin melakukan
penjualan di bawah tangan terhadap obyek Hak Tanggungan atau agunan kredit
Apabila kredit sudah macet, sering bank menghadapi kesulitan untuk dapat
justru menurut pertimbangan bank lebih baik agunan di jual di bawah tangan dari
tersebut dapat terjadi misalnya karena nasabah debitur yang tidak lagi beritikad
baik tidak bersedia di temui oleh bank, atau telah tidak di ketahui lagi
keberadaannya.
Agar bank kelak setelah kredit diberikan tidak mengalami kesulitan yang
menjual sendiri agunan tersebut secara di bawah tangan atau meminta kepada
kepada bank untuk dapat menjual sendiri agunan tersebut secara di bawah
tangan.11
11
Adrian Sutedi,ibid….. hal. 128
36
jalur pengadilan negeri. Eksekusi menurut pasal 224 HIR atau pasal 258 RBG
dapat di laksanakan oleh Pengadilan Negeri untuk memenuhi isi perjanjian yang
telah di buat oleh pihak debitur dan pihak kreditur dalam bentuk Gross Akte,
secara sukarela. Gross Akte Hak Tanggungan yang dapat di eksekusi bila telah
YANG MAHA ESA. Maka kekuatan Gross Akte Hak Tanggungan secara Hukum
sudah pasti, atau sama kedudukannya seperti keputusan dari hakim yang
Adapun khusus kredit macet pada bank-bank pemerintah, selama ini proses
bentuk dengan Undang-Undang Nomor 49 Prp 1960, Badan Usaha Piutang dan
Tahun 1991. Pasal 2 dari Kepres ini menentukan bahwa Badan Usaha Piutang
badan Negara. Dengan demikian bagi bank milik Negara menyelesaikan kredit
mana dengan adanya penyerahan piutang macet kepada badan tersebut secara
12
Adrian Sutedi, op, cit….hal.221
37
Upaya Pemecahannya
Pengadilan Negeri, ada sebagian pemohon dapat di terima dan ada juga yang
mengambil pelunasan piutang yang dijamin dari hasil penjualan obyek Hak
Tangungan dalam hal hasil penjualan itu lebih besar dari pada piutang
tersebut berarti utang yang harus dibayar dari uang hasil penjualan lelang
tersebut.
yang tertuang dalam sertifikat Hak Tanggungan, hal ini di karenakan pada
dan denda, sehingga jumlahnya bisa melebihi apa yang tersebut dalam
b. Kendala lain yang berhubungan dengan janji yang terdapat dalam pasal 11
ayat (2) yaitu janji bahwa pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan
Janji seperti ini oleh Kreditur selalu di masukan dalam Sertifikat Hak
mengosongkan obyek Hak Tanggungan itu baik pada saat obyek Hak
pelelangan dilaksanakan.
c. Kendala lain yang sering terjadi adalah adanya gugatan perlawanan oleh
membakar ban-ban mobil bekas dan ada pula yang sengaja mabuk-
keadaan menjadi tidak kondusif karena jumlah massa yang lebih banyak
sebagai berikut:
Tanggungan.
obyek Hak Tanggungan baik yang berupa tanah atau tanah dan
dalam hal ini pemenang lelang dengan pemilik lama atau penghuni
setempat.
kewenangannya adalah ketentuan dalam pasal 200 ayat (1) HIR dan
masuk akal, hal ini berarti melakukan setelah penjualan lelang obyek Hak
menghindari adanya suatu gugatan, selain itu dari uraian di atas apabila
berarti Hak Milik masih berada pada Debitur sebagai pemberi Hak
Tanggungan, akan tetapi setelah jaminan di lelang berarti Hak Milik atas
sudah disita eksekusi oleh kreditur lain, dan ia tidak segera ikut
jaminan oleh kreditur lain, berarti hutang-hutang yang lain ikut jatuh
tempo sebelum waktunya. Oleh karena itu dari pada pemegang Hak
13
Ngadenan, Tesis, hal.....101
46
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Indonesia menjadi acuan bagi banyak pihak salah satunya adalah pihak
pihak yang mengadakan suatu perjanjian khususnya dalam hal ini adalah
Dengan adanya suatu perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak,
cidera janji, tanah (hak atas tanah) yang di bebani dengan hak tanggungan
itu berhak dijual oleh pemegang hak tanggungan tanpa persetujuan dari
1996 Tentang Hak Tanggungan mempunyai ciri khas eksekusi mudah dan
pasti pelaksanaannya.
di rancang sebagai jaminan yang kuat, dengan ciri khas eksekusi “mudah
tersebut.
48
2. Saran
fiat pengadilan.
49
DAFTAR BACAAN
Bachtiar Jajuli, Eksekusi Perkara Perdata Segi Hukum Dan Penegakan Hukum,
Akademika Pressindo, Jakarta, 1987.