Anda di halaman 1dari 8

KEDUDUKAN BENDASETELAH PUTUSNYA PERJANJIAN

FINANCIAL LEASE ANTARA LESSOR DAN LESSEE


Supriyadi
Dosen Jurusan Syan'ah STAIN Kudus
Jalan Conge Ngembal ReJO PO. BOX 51 Kudus
Email: supnyad,_rama@yahoo.co id

Abstract

Leasing business, nowadays, has a rapid growth. However, there are so many wrong opinions about
leasing business. Some lessee still consider that leasing is ordinary rental agreement in which the
agreement can be cancelled any time ifthey don't like the goods anymore or cannot give profit for them. It
causes, frequently, the lease financial contract breaks up in the mid of term. Certainly, it will cause
different legal consepuences if the leasing financial contract breaks up according to the term of leasing
contract. The purpose of this research is to provide correct perspective about leasing according to the
law that prevails. This research is a juridical normative research by qualitative approach. The conclusion
shows that status of the object of the lease agreement is belong to lessor and can not be transferred to
third party during the agreement. There fare, unilateral action of lessee by transferring the object to third
party will remain obligation to pay installment under the agreement. Lessor can sue the thirdparty if the
third party has a bad will.

Key words : Agreement, Default

Abstrak

Usaha leasing sekarang mengalami perkembangan yang pesat, akan tetapi masih banyak pandangan
yang keliru tentang usaha leasing, banyak para lessee yang masih beranggapan bahwa leasing adalah
perjanjian biasa dimana perjanjian nu dapat dibatalkan setiap saat jika dirasa barang tersebut sudah
tidak lagi disukai atau tidak lagi memberikan keuntaungan kepadanya. Hal inilah sering kali putusnya
kontrak financial lease di tengah jalan. Hal ini mempunyai akibat hukum yang berbeda apabila kontrak
financial leasing putus sesuai dengan akhir kontrak leasing. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memberikan perspektifyang benar mengenai leasing sesuai hukum yang berlaku. Penelitian ini adalah
penelitian yuridis normative dengan pendekatan kualitatif. Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah
bahwa kedudukan benda yang menjadi objek dalam perjanjian leasing adalah milik lessor dan tidak
dapat dialihkan kepada pihak ketiga selama perjanjian berlangsung, sehingga apabila terjadi
pemutusan sepihak oleh lessee atau lessee telah mengalihkan benda yang menjadi objek leasing
kepada pihak ketiga, maka lessee masih berkewajiban untuk membayar angsuran sewa sesuai dengan
perjanjian antara lessor dan lessee. Lessor dapat menuntut pihak ketiga apabila pihak ketiga tersebut
beritikat buruk.

Kata Kunci: Perjanjian, Pemutusan

A. Pendahuluan Menteri Perdagangan Nomor : Kep-


1. Latar belakang 122JMK/IV/2/197 4; Nomor 32/M/SK/2/197 4; Nomor
Leasing secara resmi muncul di Indonesia 32/Kpb/U1974 tertanggal 7 Pebruari 1974. Sejalan
dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bersama dengan perkembangan pembangunan ekonomi
(SKB) Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan usaha ini mulai menunjukkan perkembangannya

513
MMH, Ji/id 41 No. 4 Oktober 2012

sejak tahun 1980, dan nampaknya akan leasing. Sekali dana dicairkan, maka pada
berkembang lebih pesat lagi pada masa yang akan prinsipnya selesailah tugas substansial dari lessor,
datang.1 Dalam perkembangannya masih banyak maka tentunya sulit bagi lessor untuk ikut setuju jika
pandangan yang keliru tetang usaha leasing. pihak lessee ingin memutuskan kontrak leasing,
Banyak para lessee yang masih menganggap ditengah jalan. karena kalau putus, lalu bagaimana
bahwa leasing adalah perjanjian sewa menyewa dengan nasib dana yang telah dicairkan itu.
biasa dimana dalam perjanjian itu dapat dibatalkan Terhadap putusnya kontrak financial lease ditengah
setiap saat jika dirasa barang tersebut sudah tidak jalan, tentu akan mempunyai akibat hukum yang
lagi disukai atau tidak lagi memberikan keuntungan berbeda apabila kontrak financial leasing putus
kepadanya. Bahkan tidak jarang para nasabah sesuai dengan akhir kontrak leasing.
datang ke perusahaan leasing dan mengatakan Berdasarkan uraian diatas maka rumusan
bahwa ia meminta fasilitas leasing sebesar sekian masalah dalam penelitian ini adalah;
juta rupiah tanpa menyebutkan jenis barang tertentu a. Hal-hal apa yang menyebabkan terjadinya
yang dibutuhkan. Disamping itu juga ada yang putusnya perjanjian financial lease, yang mana
berpandangan bahwa perjanjian leasing adalah dalam kenyataannya sejak awal perjanjian
sama dengan perjanjian sewa menyewa, sewa beli, sudah terjadi kesepakatan antara lessor dan
jual beli dengan angsuran. Kenyataannya leasing leassee?
mempunyai perbedaan yang prinsip dengan b. Bagaimana kedudukan benda yang menjadi
perjanjian tersebut. objek leasing apabila terjadi pemutusan secara
Pada pasal 1 Surat Keputusan bersama Tiga sepihak oleh lesse sedangkan lesse telah
Menteri, menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, memperoleh manfaat ekonomis dari obyek
dan Menteri Perindustrian No. KEP.- leasing tersebut.
122/MK/IV/2/1974, No. 32/MSK/2/1974, dan No. c. Apakah lessor berhak menuntut pihak ketiga
30/Kpb/1/197 4 tertanggal 7 Pebruarui 197 4, (pembeli) yang beritikat baik, apabila benda
menyebutkan bahwa leasing itu adalah "Setiap leasing dijual oleh leasee kepada pihak ketiga
kegiatan pembiayan perusahaan dalam bentuk tersebut?
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan
oleh suatu perusahaan untuk jagka waktu secara 2. Metode penelitian
berkala, disertai dengan hak pilih (optie) bagi Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif yaitu
modal yang bersangkutan atau memperpanjang dengan menjelaskan secara sistematis tentang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang keadaan nyata dalam praktek dihubungkan dengan
telah disepakati bersarna.' Dari definisi ini ketentuan perundang-undangan yang maupun dari
pengertian leasing akan mengandung unsur-unsur : aspek teoritis, sehingga bukan berupa angka yang
Sebagai pembiayaan perusahaan, penyediaan dianalisis secara statistik, dan penelitian empiris
barang modal, jangka waktu tertentu, pembayaran dilakukan dengan analisa domain untuk
secara berkala, adanya hak opsi, adanya nilai sisa memperoleh gambaran atau pengertian yang
yang disepakati bersama, adanya lessor dan bersifat umum dan relatif menyeluruh.
adanya lessee2 dimana hal ini tidak terdapat dalam
perjanjian-perjanjian yang lain. Sehingga akibat 3. Kerangka teori
hukum yang di timbulkan dalam perjanjian leasing lstilah perjanjian merupakan terjemahan dari
dengan perjanjian lainnya juga berbeda. kata overeenkomst (Belanda) atau contract
Pemutusan kontrak financial leasing secara (lnggris).3 Ada dua teori yang membahas tentang
konsensus sangatjarang terjadi, hal ini dikarenakan pengertian perjanjian : teori lama dan teori baru
karakteristik dari penjanjian financial leasing dimana Pasal 1313 KUHPerd: "perjanjian adalah suatu
salah satu pihak berprestasi tunggal, yaitu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih
menyerahkan dana untuk pembelian barang mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
1 Charles Oufles Marpaung. 1985, Pemahamanmendasaratasusaha leasing, Jal(arta, lntegnta Press, him. 6.
2 Amm Wi13yaTunggal,Anf 0,oha.n Tunggal. 1994, Akuntansi/eamg,Jakarta, Rinel<a C1pla,hlm. 4.
3 SaJ,mHS, 2001,PengantarHukumPerrlataTertulis(BW},Bardung SinarGrafika,hlm.160.

514
Supriyadi, Kedudukan Benda Sele/ah Putusnya Perjanjian

lebih." Menurut doktrin (teori lama), yang disebut B. Hasil dan Pembahasan
perjanjian adalah perbuatan hukum berdasarkan Perjanjian leasing dalam praktiknya ada
kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.' beberapa pihak yang terlibat, yaitu : 1) Lessor, yaitu
Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van merupakan pihak yang memberikan pembiayaan
Dunne, yang diartikan dengan perjanjian adalah dengan cara leasing kepada pihak yang
suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih membutuhkananya. Dalam hal ini lessor dapat
berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan merupakan perusahaan pembiayaan yang bersifat
akibat hukum. multi finance, tetapi dapat juga perusahaan yang
lstilah leasing sebenarnya berasal dari kata khusus bergerak dibidang leasing. 2) Lessee, ini
lease, yang berarti sewa menyewa. Leasing pada merupakan pihak yang memerlukan barang modal,
dasamya adalah sewa menyewa sehingga leasing barang modal mana dibiayai oleh lessor dan
merupakan bentuk derivatif dari sewa menyewa. diperuntukkan oleh lessee. 3). Supplier, merupakan
Tetapi dalam usaha bisnis berkembanglah sewa pihak yang menyediakan barang modal yang
menyewa dalam bentuk khusus yang disebut menjadi objek leasing, barang modal mana dibayar
leasing yang akhirnya berubah fungsinya menjadi oleh lessor kepada suppplier untuk kepentingan
salah satu jenis pembiayaan.5 Dalam bahasa lessee. Supplier merupakn penjual biasa, tetapi ada
Indonesia leasing sering diistilahkan dengan "sewa juga jenis leasing yang tidak melibatkan supplier,
guna usaha". Sehingga leasing merupakan bentuk melainkan hubungan bilateral antara pihak lessor
improvisasi dari pranata hukum konvensional.' dan pihak lessee.
Sahnya perjanjian pasal 1320 KUHPerd sangat Antara lessor dan lesse, jika mereka ingin
memegang peranan penting dalam perjanjian mengadakan suatu perjanjian leasing maka
leasing, meskipun bentuk dari perjanjian itu perjanjian tersebut harus berbentuk perjanjian
bergantung dari para pihak yang mengadakan tertulis. Mengenai perjanjian tertulis ini tidak ada
kesepakatan. Selanjutnya objek leasing dapat ketentuan apakah harus dibuat dalam bentuk akta
berupa benda bergerak baik berwujud maupun tidak autentik" maupun akta dibawa tangan. Apabila
berwujud. Objek adalah kebalikannya dari subjek. ditinjau dari sudut pembuktian di Indonesia bukti
Subjek dalam suatu perjanjian anasir, yang yang paling kuat adalah bukti dengan bentuk
bertindak, yang aktif, maka objek dalam suatu autentik. Sebagaimana dalam pasal 1870 KUHPerdt
perjanjian dapat diartikan sebagai hal yang yang menyatakan bahwa akta autentik merupakan
diperlakukan oleh objek itu berupa suatu hal yang bukti kebenaran seluruh isi akta yang bersangkutan
penting dalam tujuan yang dimaksudkan dengan sampai ada pihak lain yang membuktikan
1
membentuk suatu perjanjian. kebalikannya (prima facie evidence). Sedangkan
Kedudukan benda dalam perjanjian financial akta dibawah tangan baru mempunyai kekuatan
lease akan menguraikan tentang hukum benda dan pembuktian jika pihak yang menandatangani akta
hak-hak kebendaan. Hukum benda sebagaimana tersebut mengakui tanda tangan dalam akta
diatur dalam buku II Kitab Undang-undang Hukum tersebut. Mengingat hal itu, banyak perusahan
Perdata (KUHPerd Benda (zaak) dalam pasal leasing yang membuat perjanjian leasing dengan
KUHPerd diartikan sebagai semua barang dan hak. notariil. Suatu perjanjian leasing yang lengkap
Hukum benda adalah keseluruhan aturan hukum paling tidak harus memuat hal-hal mengenai subjek
yang mengatur tentang benda. Pengaturan tersebut perjanjian, objek perjanjian, jangka waktu, imbalan
pada umumnya meliputi pengertian benda dan hak- jasa, harga sewa serta cara pembayaran, hak opsi
hak kebendaan. Pengaturannya menggunakan bagi lessee, kewajiban perpajakan, penutupan
sistem tertutup artinya orang tidak boleh asuransi, tangung jawab alas objek, akibat kejadian
mengadakan hak-hak kebendaan selain dari yang lalai dan akibat rusak atau hilangnya suatu objek
sudah diaturdalam undang-undang. perjanjian leasing.9
4 Meilla Q1rom, 2006, Pol<olc·pokolc Hukum Penkalan beserta perl(embangan nya, Jogjakarta, Liberty.him. 36.
5 Munir Fuady, 1999, Hukum tentang Pembiayaan Dalam Teon dan Praklek, Bandung, Citra Adltya Bakti, him. 7.
6 Sn Suyatm1, Sud1arto, 1992, Prolemalika Leasing di Indonesia, Jakarta, Cipta Media Cipta. him. 11.
7 W1ryooo Prodjodikoro,2000, Asss-esss Hukum Perjanjian, Bandung, Mandarmaju, him. 19.
8 Kartm, MulJ8d1, 1985, Lembaga Leasing, Kursus Leasing 111, Dept Keuangan Indonesia, Jakarta, him. 31.
9 Eddy P. Sukard1, 1999, Mekanisme Leasing, Jakarta, Ghaha Indonesia, him. 154.

515
MMH, Ji/id 41 No. 4 Oktober 2012

Secara substansial perjanjian leasing a. Kesepakatanlessordanlessee


mempunyai perbedaan dengan perjanjian lainya Ditinjau dari aspek yuridis sebagaimana Pasal
yang mungkin menurut masyarakat awam 1320 KUHPerdt, Perjanjian yang telah menjadi
disamakan, akan tetapi secara yuridis formal adalah kesepakatan antara lessor dan lessee merupakan
berbeda. Sehingga perjanjian leasing mepunyai undang-undang diantara para pihak yaitu antara
perbedaan dengan perjanjian sewa menyewa, jual para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut.
beli dengan angsuran, sewa beli dan perjanjian Perjanjian berlaku diantara para pihak sebagai
pinjaman uang. Perbedaan perjanjian leasing undang-undang artinya perjanjian mempunyai
dengan sewa menyewa adalah bahwa sewa kekuatan mengikat dan memaksa serta memberi
menyewa merupakan perjanjian yang diatur dalam kepastian hukum kapada pihak-pihak yang
KUH Perdata dalam Bab VII pasal 1548 sampai membuatnya.
dengan 1580 dan karenanya disebut perjanjian Perjanjian financial lease dapat putus karena
bemama, sedangkan perjanjian leasing merupakan berakhirnya perikatan atau selesainya atau
perjanjian tidak bernama. hapusnya sebuah perikatan yang diadakan antara
Pada dasarnya leasing mempunyai dua macam kedua belah pihak yaitu pihak lessor dan pihak
tipe dasar yaitu: financial lease (capital lease) dan lessee. Yang mana pada hakekatnya lessor sebagai
operating lease. Financial lease adalah suatu kreditor dan lessee sebagai debitornya, sehingga
perjanjian kontrak yang salah satu sifatnya adalah pihak kreditor adalah pihak atau orang yang berhak
non cancelable bagi pihak leasee. Perjanjian alas suatu prestasi, sedangkan debitor adalah pihak
kontrak tersebut menyatakan bahwa lessee yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi,
bersedia untuk melakukan serangkaian sesuatu disini bisa berarti segala perbuatan hukum
pembayaran uang atas penggunaan suatu asset yang dilakukan oleh kedua pihak.
yang menjadi objek lease. Lessee berhak untuk Tanpa ada itikat baik maka perjanjian financial
memperoleh manfaat ekonomis dengan lease tidak akan dapat selesai atau putus sesuai
mempergunakan barang tersebut sedangkan hak dengan yang dikehendaki oleh para pihak.
kepemilikan tetap dipegang oleh leassor. Dan Kepatuhan dan kejujuran dalam pelaksanaan
operating lease adalah sama seperti sewa menyewa perjanjian berhubungan erat dengan penafsiran dari
biasa. jangka waktunya adalah lebih pendek dari suatu persetujuan. Persetujuan dan kepatuhan
umur ekonomis property dan lessee biasanya tidak adalah dua hal penting dalam pelaksanaan
mempunyai hak untuk membeli atau purchase perjanjian. Sebagaimana Pasal 1338 KUHPerdt
option dan pada waktu kontrak lease berakhir tidak menyatakan bahwa segala persetujuan harus
terjadi pemindahan hak milik barang dan sifatnya dilaksanakan secara jujur, selanjutnya menurut
10
adalah cancelable. Penelitian ini hanya fokus pada pasal 1339 KUHPerdt kedua belah pihak tidak
financial lease yang pada kenyataan sering hanya terikat oleh apa yang secara tegas disebutkan
menimbulkan permasalah hukum yang dalam perjanjian melainkan juga oleh yang
membutuhkan penyelesaian, untuk dapat diharuskan menurut sifat persetujuan kepatuhan
menyelesaikan permasalahan tersebut maka akan adat istiadat kebiasaan dan undang-undang. Pasal
diuraikan hal hal dibawah ini. 1337 KUHPerdt menyatakan bahwa apabila pada
sebuah persetujuan ada tersangkut janji-janji yang
1. Penyebabkan Putusnya Perjanjian memang lazim dipakai oleh masyarakat, yaitu
Financial lease. kebiasaan maka janji-janji itu dianggap termuat
Faktor faktor yang menyebabkan putusnya dalam isi persetujuan, meskipun kedua belah pihak
perjanjian financial lease secara umum dapat dibagi dalam membentuk persetujuan sama sekali tidak
menjadi dua kategori yaitu pertama putusnya menyebutkannya. Selanjutnya Pasal 1339
perjanjian financial lease disebabkan karena KUHPerdt menyebutkan apa yang termuat dalam
kesepakatan antar lessor dan lesse, yag kedua perjanjian harus diperhatikan pula adat istiadat
disebabkan alasan lain di luarklausul perjanjian. kebiasaan dan undang-undang perihal soal yang
tercantum dala perjanjian.

10 M.V. Adh1prabawa, 1985, Maka/ah Leasing, Suatu Tinjauan Masa/ahAl<untansi, Perpajakan serta Pengelolaan dana, him. 4.

516
Supriyadi,KedudukanBenda Sele/ah PutusnyaPerjanjian

b. Alasan lain diluarklausul perjanjian melakukan wanprestasi, maka pihak lainnya dapat
Alasan lain di luar klausul perjanjian meliputi sebagai menuntut diberikan ganti rugi berupa biaya, rugi dan
berikut: bunga. Alternatif lain selain dari tuntutan hanya ganti
1 ). Musnahnya objek perjanjian rugi oleh pihak yang dirugikan, maka dapat juga
Musnahnya barang yang menjadi objek dituntut pelaksanaan perjanjian itu sendiri dengan
perjanjian artinya barangnya hancur, tidak dapat atau tanpa ganti ruqi."
diperdagangkan atau hilangnya barang terutang
sehingga tidak diketahui sama sekali tentang 3). Pemutusan sepihak oleh lessee
dimana barang tersebut berada. Pada umumnya Hasil penelitian menunjukkan lessee sering
dalam perjanjian leasing yang objeknya ( dum truck) melakukan pemutusan secara sepihak dalam
musnahnya barang terjadi karena barangnya dicuri perjanjian financial lease. Hal ini diawali dari
atau hancur yang disebabkan oleh kecelakaan lalu wanprestasi dari lessee yaitu dengan kelalaian
lintas. Musnahnya barang ini syaratnya adalah ataupun atas kesengajaan untuk tidak memenuhi
diluar kesalahan lessee dan sebelum dinyatakan prestasinya. Dan biasanya lessor akan menegur
lalai oleh lessor. Menurut pasal 1444 KUHPerdt, jika agar lessee mempunyai itikad baik untuk memenuhi
yang menjadi objek persetujuan musnah tak dapat prestasi. Wanprestasi dari lessee ini dapat berupa
lagi diperdagangkan atau hilang sedemikian hingga tidak mau membayar biaya sewa kepada lessor
sama sekali tak diketahui apakah barang itu masih sehingga akan merugikan lessor, padahal pada
ada maka haruslah perikatanya asal barang itu kenyataannya lessee telah menguasai dan
musnah atau hilang diluar salahnya si berhutang memperoleh manfaat ekonomis dari benda yang
dan sebelumnya ia lalai menyerahkannya. menjadi obyek perjanjian financial lease.
Selanjutnya pasal 1445 KUHPerdt menerangkan Dengan putusnya perjanjian financial lease
bahwa jika barang yang terutang diluar salahnya si secara sepihak oleh lessee, maka lessor akan
berhutang, musnah tak lagi dapat diperdagangkan menuntut kepada lessee untuk meminta kembali
atau hilang maka atau hilang maka si berhutang, barang yang telah dikuasai oleh lessee. Apabila
jika ia mempunyai hak-hak atau tuntutan-tuntutan barang/benda tidak ditarik kembali oleh lessor maka
ganti rugi mengenai barang tersebut, diwajibkan lessor adalah pihak yang dirugikan, karena
memberi hak-hak dan tuntutan-tuntutan tersebut sebagaimana diperjanjikan dalam perjanjian
kepada orang tersebut. Dalam perjanjian Financial financial lease.13
lease pada umumnya dalam praktek sudah
diasuransikan sehingga ketika benda yang objek 2. Kedudukan Benda Setelah diputusnya
perjanjian musnah maka akan diganti oleh pihak sepihak oleh lessee dalam perjanjian
asuransi. Dan terhadap hilangnya benda ini tidak financial lease
berarti hutang-hutang lesse dalam membayar uang Untuk dapat mengetahui kedudukan benda
sewa kepada lessor telah lunas. Sehingga lessee dalam perjanjian leasing, maka sebenamya telah
tetap harus membayar biaya sewa sebagai mama diperjanjikan sesuai dengan kesepakatan antara
yang diperjanjikan dalam perjanjian terse but. lessor dan lessee, yang mana dalam perjanjian
tersebut mengikuti asas tentang kebebasan
2). Lessee wanprestasi dalam membayar berkontrak sebagaimana yang diatur dalam pasal
angsuran 1338 KUH Perdata.
Wanprestasi atau breach of contract merupakan Obyek dalam perjanjian leasing sebelum
salah satu sebab sehingga berjalannya kontrak perjanjian financial lease ditandatangani oleh lessor
menjadi terhenti. Dalam hal ini yang dimaksud dan lessee, maka status benda tersebut mutlak
dengan wanprestasi adalah salah satu pihak atau menjadi milik lessor yang dalam hal ini lessor dapat
lebih tidak melaksanakan prestasinya sesuai membeli benda tersebut dari supplier. Perjanjian
dengan kontrak." Menurut Pasal 1239 KUH Perdt financial lease dapat jug a terjadi ada tiga pihak yaitu
menentukan bahwa dalam hal suatu pihak supplier sebagai penyedia barang modal, lessor
11 Rasi1m W1raatmad,a,1996, Pengikatan Jamman Kredit Perbankan·. Jakarta, PT. Bank NISP, him. 32.
12 Mahkamah Agung RI, 1989, Masalah Leasing, Jakarta, him. 10.
13 Sukard1 Op. cit 68

517
MMH, J11id 41 No. 4 Oktober 2012

sebagai pemilik dana dan lessee sebagai pengguna tersebul akan menjadi hak milik lessee. Hal ini
atau yang memperolah manfaat ekonomi dari benda berbeda dengan kedudukan benda dalam perjanjian
tersebut. dengan jaminan, gadai, Financial, jaminan hak atas
Dalam perjanjian financial lease dalam penelitian tanah dan lain-lain.
ini adalah termasuk benda berwujud dan merupakan Kedudukan benda setelah putusnya perjanjian,
benda bergerak atas nama, karena bentuk dan jenis yaitu antara kedudukan benda sebagai jaminan dan
inilah yang membedakan dalam peralihannya kedudukan benda dalam perjanjian Finansial Lease,
terhadap pihak ketiga. Terhadap benda bergerak dimana lessor mendapatkan hak milik atas benda
tidak atas nama penyerahannya cukup dengan bergerak atau benda tak bergerak yang kemudian
penyerahan nyata tetapi terhadap benda bergerak diserahkan untuk dipakai lessee, untuk suatu jangka
alas nama disamping dengan penyerahan nyala waklu yang maksimum sama dengan masa
maka harus diikuti dengan penyerahan yuridis. kegunaan ekonomis benda yang bersangkutan, dan
Dalam hal obyek perjanjian leasing masih berada sebaliknya, lessee berkewajiban membayar kepada
pada supplier maka status benda tersebut adalah lessor, seluruh biaya lessor untuk mendapatkan
mumi menjadi milik supplier, karena lessor belum barang itu, ditambah dengan ongkos-ongkos
menyerahkan sejumlah dana untuk membeli barang pembiayaan lessor dan keuntungan bagi lessor.
tersebut, dengan demikian belum terjadi ikatan Perjanjian unluk memakai barang itu tidak dapat
apapun antara supplier, lessor dan lessee. Akan diakhiri oleh lessee, sehingga dengan demikian
tetapi selelah terjadi perjanjian financial lease, maka lesseelah yang memikul risiko ekonomis barang itu.
baru terjadi perikatan dari para pihak tersebut. Pada Risiko ekonomis adalah risiko atas pertambahan
kenyataannya lerjadinya perikatan perjanjian atau penurunan nilai barang yang bersangkutan dan
financial lease diawall dari keinginan lessee untuk Lessee membukukan barang itu sebagai aktivanya
memperoleh barang modal untuk kepentingan dan lessee juga harus mencatatkan hutangnya
usahanya. kepada lessor.
Setelah terjadi perjanjian financial lease tersebut Pada saat berakhimya jangka waktu yang
maka dum truck tersebul akan diserahkan diperjanjikan, lessee dapat mengembalikan barang
penguasaannya oleh Lessor kepada Lessee. Dan ilu kepada lessor, atau dapat membelinya dengan
mekanisme penyerahannya adalah secara nyata harga yang relatif rendah sebagai mana telah
(feitelijk levering) dan juridische levering adalah diperjanjikan terlebih dahulu, atau lessee dapal
penyerahan milik beserta hak untuk memiliki suatu memperpanjang jangka waklu leasing dengan
benda kepada pihak lainnya. syarat-syarat yang disetujui bersama.
Dengan dikuasainya obyek benda dalam
perjanjian financial lease oleh Lessee, maka Lessee 3. Penuntutan terhadap Pihak Ketiga
telah memperoleh manfaat secara ekonomls dari Penuntutan oleh lessor terhadap pihak ketiga
benda tersebut. Lessee akan bertanggungjawab terjadi karena seringkali lessee menyalahgunakan
atas penggunaan atas obyek benda dalam benda yang menjadi objek perjanjian financial lease,
perjanjian financial lease. Pertanggungjawaban yailu dengan cara dijual kepada pihak ketiga. Hal ini
lessee tersebut dapal diartikan bahwa alas dimungkinkan karena dump truck (objek leasing)
hilangnya barang/musnahnya benda, maka lessee sebagai benda bergerak atas nama, yang mana
akan mempertanggungjawabkan pada lessor. sebenamya BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaraan
Kedudukan benda dalam perjanjian Finansial Bermotor) adalah atas nama lessee yang kemudian
Lease, meskipun perjanjian telah dipulus secara menjadi jaminan dan dikuasai lessor sedangkan
sepihak oleh lessee adalah tetap milik lessor, kecuali lessee hanya membawa STNK (Surat Tanda Nomor
pemutusan perjanjian itu dilakukan adanya Kendaraan) atas namanya.
kesepakatan antara lessor dan lessee, yang Financial lease merupakan suatu perjanjian
selanjutnya lessee mempergunakan hal opsi kontrak yang salah satu sifatnya adalah
sebagaimana di perjanjian sebelumnya, maka noncancelable bagi pihak lessee. Perjanjian kontrak
setelah lessee menyatakan hak opsinya untuk tersebut menyatakan bahwa lessee bersedia untuk
membeli benda yang menjadi objek leasing, benda melakukan serangkaian pembayaran uang atas

518
Supriyadi, Kedudukan Benda Setelah Putusnya Perjanjian

penggunaan suatu asset yang menjadi obyek lease. dengan klausul perjanjian financial lease dan
Lessee berhak untuk memperolah manfaat dapat terjadi karena alasan diluar perjanjian
ekonomis dengan mempergunakan barang tersebut financial lease.
sedangkan hak kepemilikannya tetap dipegang oleh 2. Kedudukan benda yang menjadi objek dalam
lessor. perjanjian financial lease adalah milik lessor
Lessor berkepentingan memperoleh suatu yang tidak dapat dialihkan kepada pihak ketiga
imbalan jasa (uang sewa) yang pada pokoknya selama perjanjian berlangsung. Apabila lessee
merupakan tebusan berkala harga perolehan mengalihkan benda yang menjadi objek
barang ditambah ongkos pembiayaan, dan lagi pula perjanjian kepada pihak ketiga berarti lessee
pihak lessee tetap berkewajiban membayar seluruh tel ah melanggar perjanjian financial lease.
jumlah imbalan jasa tersebut serta mengembalikan 3. Lessor dapat menuntut kepada pihak ketiga
barang yang di-"lease". Kewajiban lessee untuk jika pihak ketiga tersebut ketika membeli benda
membayar seluruh jumlah imbalan jasa tersebut yang menjadi objek leasing tersebut beritikat
tidak terhenti atau berkurang, walaupun barang buruk, hal ini terjadi jika pihak ketiga membeli
yang menjadi obyek lease itu musnah. Bahkan benda yang menjadi objek leasing tidak
lessee tetap berkewajiban membayar seluruh memenuhi persyaratan sesuai dengan
imbalan jasa walaupun lessee mungkin belum mulai ketentuan yang berlaku yaitu ada penyerahan
menikmati kegunaan barang tersebut." Dalam nyata dan penyerahan yuridis.
melakukan transaksi jual beli antara lessee dan
pihak ketiga pada kenyataannya tidak OAFTAR PUSTAKA
sepengetahuan oleh lessor, hal ini merupakan
indikasi bahwa pihak ketiga tersebut tidak beritikat Burton, Richard S, 1996, Aspek Hukum Dalam
baik karena pihak ketiga tersebut membeli tanpa Bisnis, Jakarta: Rineka Cipta.
diserta Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor Dulles Marpaung, Charles, 1985, Pemahaman
yang nota bene masih dijadikan jaminan dan Mendasar atas usaha leasing, Jakarta:
dikuasai oleh lessor. Dengan penjualan benda oleh lntegrita press.
lessee kepada pihak ketiga, ini berarti lessee telah Fuady, Munir, 1997, Hukum Bisinis dalam Teori dan
wanprestasi karena dalam perjanjian semula lessee Praktek, Bandung: CitraAditya Bakti.
tidak diperbolehkan untuk menjual atau Fuady, Munir, 1999, Hukun tentang Pembiayaan
mengalihkan kepada pihak ketiga, sehingga lessor dalam Teori dan Praktek, Bandung: Citra
dapat menuntut pada pihak ketiga yang tidak Aditya Bakti.
beritikat baik. Muljadi, Kartini, 1985, Lembaga Leasing, Kursus
Lessor tidak dapat menuntut pada pihak ketiga Leasing Ill, Jakarta: Dept Keuangan
apabila penjualan oleh lessee sudah mendapat Indonesia.
persetujuan dari lessor, hal ini menunjukkan bahwa Meliala, A. Qirom Samsudin, 1986, Pokok-pokok
pihak ketiga ketika membeli sudah beritikat baik. Hukum Perjanjian beserta
Lessor berkedudukan sebagai penyandang dana, Perkembangannya, Yogjakarta: Liberti.
baik tunggal atau bersama-sama dengan Prodjodikoro,Wiryono, 2000, Asas-asas Hukum
penyandang dana lainnya, sementara barang Perjanjian, Bandung:Alumni.
obyek leasing disediakan oleh pihak ketiga atau oleh Rasjim Wiraatmadja, 1996, Pengikatan Jaminan
lessee sendiri. Sebaliknya pada sewa menyewa Kredit Perbankan, Jakarta: PT. Bank
biasa, barang obyek sewa adalah memang miliknya NISP.
lessor. Jadi kedudukan lessor adalah sebagai pihak Salim HS, 2002, Pengantar Hukum Perdata Tertulis,
yang menyediakan barang obyek sewa. BW, Jakarta: Sinar Grafika.
Suyatmi, Sri, Sudiarto, 1992, Prolematika Leasing di
C. Simpulan Indonesia, Jakarta: Media Cipta.
1. Putusnya perjanpan financial lease diluar Sukardi, Eddy P, 1999, Mekanisme Leasing,
klausul perjanjian dapat terjadi karena sesuai Jakarta: Ghalia Indonesia.

14 Richard Burton S., 1996, Aspek Hul<um Dalam Bisms, Jakarta, Rmeka Cipta, him. 140.

519
MMH, Ji/id 41 No. 4 Oktober 2012

Subekti R, R Tjitrosudibio, 2000, Kitab Undang


Undang Hukum Perdata, Jakarta:
Pradnya Paramita.
Tunggal, Arif Jhohan & Amin Widjaya Djohan
Tunggal, 1994, Akuntansi Leasing,
Jakarta: Rineka Cipta.
Mahkamah Agung Republik Indonesia, 1989,
Masalah Leasing, Jakarta
Adhiprabawa M.V, 1985, Maka/ah Leasing, Suatu
1injauan Masalah Akuntansi, Perpajakan
serta Pengelolaan dana.

520

Anda mungkin juga menyukai