Anda di halaman 1dari 9

Penegakan Hukum Di Indonesia

Makalah ini diajukan untuk memenuhi syarat tugas terstruktur dalam mata kuliah
Pengantar Ilmu Hukum.
Dosen:
Neng Yani Nurhayati, S.H., M.H.
NIP:197506031999032001

Disusun Oleh:
Muhamad Rasyid Ridlan (1133050110)
Mumun Munawaroh (1133050111)
Munjir Tamam (11330501112)
Mutia Lismayanti ( 1133050113)

ILMU HUKUM SEMESTER I / C

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


UNIVERSITAS NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
Pembahasan

1. Kontrak Baku (Standard Contract


Yang dimaksud dengan kontrak baku adalah suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya
oleh salah satu pihak dalam kontrak tersebut, bahkan sering kali kontrak tersebut sudah tercetak
(boilerplate) dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini
ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-data
informative tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausula-klausulanya, di
mana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan atau hanya sekdikit
kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausula-klausula yang sudah dibuat oleh salah
satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku sangat berat sebelah.
Pihak yang kepadanya disodorkan kontrak baku tersebut tidak mempunyai kesempatan
untuk bernegosiasi dan berada hanya pada posisi “take it or leave it”. Dengan demikian, oleh
hukum diragukan apakah benar-benar ada elemen “kata sepakat “ yang merupakan syarat
sahnya kontrak dalam kontrak baku tersebut. Karena itu pula untuk membatalkan suatu kontrak
baku, tidaklah cukup hanya ditunjukkan bahwa kontrak tersebut adalah kontrak baku, sebab
kontrak baku an sich adalah netral. Untuk dapat membatalkannya, yang perlu ditonjolkan
adalah elemen apakah dengan kontrak baku tersebut telah terjadi penggerogotan terhdap
keberadaan posisi tawar-menawar (bargaining position), sehingga eksistensi unsur “kata
sepakat” di antara para pihak sebenarnya tidak terpenuhi. Karena itusyarat-syarat sahnya dari
suatu kontrak mesti ditinjau sehubungan dengan adanya kontrak baku ini, antara lain adalah:
1. Syarat kausa yang halal terutama misalnya jika ada unsur penyaahgunaan keadaan.
2. Syarat kuasa yang halal terutama jika adanya unsur pengaruh tidak pantas (undue
influence).
3. Syarat kesepakatan kehendak, terutama jika ada keterpksaan atau ketidakjelasan bagi salah
satu pihak.

Kontrak baku sangat banyak dipraktekkan orang dewasa ini. Beberapa istilah yang
sering dipergunakan untuk kontrak baki ini adalah sebagai berikut :
 Standard Contract (Bahasa Inggris)
 Standardized Contract (Bahasa Inggris)
 Standardized Mass Contract (Bahasa Inggris)
 Standard From Contract (Bahasa Inggris)
 Contract of Adhesion (Bahasa Inggris)
 Adhesion Contract (Bahasa Inggris)
 Standaardregeling (Bahasa Belanda)
 Algemene Voorwaarden (Bahasa Belanda)
 Algemeine Geschafts Bedingun (Bahasa Jerman)
 Standaardvertrag (Bahasa Jerman)
 Standaarkonditionen (Bahasa Jerman)
 Yakkan (Bahasa Jepang)
 Futsu Keiyaku Jokan (Bahasa Jepang)
 Gyomu Yakkan (Bahasa Jepang)
 Kontrak Baku (Bahasa Indonesia)
 Kontrak Standar (Bahasa Indonesia)

2. Perjanjian Patungan ( Join Venture )


Pada dasarnya Perjanjian Patungan atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan sebutan
Joint Venture Agreement adalah suatu kesepakatan tertulis antara satu pihak dengan pihak
lainnya mengenai pembentukan perusahaan patungan, dimana di dalamnya diatur mengenai
manajemen perusahaan, pembagian porsi saham bagi masing-masing pemegang saham,
pengelolaan perusahaan dan lain sebagainya (sebagaimana keinginan masing-masing pihak).
Adapun yang perlu ingat perihal perjanjian patungan ini mengatur sebagian besar hal-
hal yang akan diatur dalam akta pendirian perusahaan nantinya, oleh karena itu usahakan Anda
telah membaca keseluruhan isi perjanjian tersebut. Karena isinya yang hampir sama dengan
akta pendirian, banyak yang salah memahami perjanjian ini sebagai duplikat asli dari akta
pendirian perusahaan. Faktanya perjanjian patungan bukanlah akta pendirian, karena dalam
perjanjian terdapat hal-hal yang dicantumkan dimana dalam akta pendirian perusahaan tidak
mungkin dimasukan seperti jangka waktu perjanjian, keadaan kahar dan lain sebagainya.
Tidak ada standard umum mengenai isi suatu perjanjian patungan / joint venture
agreement, karena berbentuk perjanjian pada umumnya , para pihak diberikan kewenangan
untuk menentukan isinya sendiri, namun untuk melindungi kepentingan masing-masing pihak,
ada baiknya seluruh hal-hal yang relevan dimasukan dalam suatu perjanjian patungan guna
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. Isi perjanjian patungan haruslah
lengkap, jelas dan mudah dipahami agar para pihak tidak salah menginterprestasi isi perjanjian
bersangkutan.
Namun yang menjadi pertanyaannya, bagaimana isi standard perjanjian patungan/ joint
venture agreement yang umum digunakan dalam bisnis di Indonesia? dan apakah perlu
digunakan bahasa inggris apabila salah satu pihak adalah Asing?. Pada dasarnya di Indonesia
banyak menggunakan perjanjian patungan yang billingual, hal ini disamping untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan (UU No.24 Tahun 2009) juga demi kepentingan agar masing-
masing pihak dapat memahami isi dari perjanjian tersebut. Namun apabila masing-masing
pihak merupakan badan hukum/warga negara Indonesia maka cukup menggunakan template
perjanjian yang menggunakan Bahasa Indonesia.

3. Perjanjian Sewa Guna Usaha (Leasing)


Di Indonesia sudah dikenal melalui surat keputusan bersama Menteri Keuangan dan
Mentri Perdagangan Repupblik Indonesia dengan No. KEP-122/MK/IV/2/1974, No.
32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/1974 tanggal 7 februari 1974 tentang perizinan usaha leasing.
Adanya lembaga keuangan leasing merupakan salah satu alternatif yang menarik bagi
para pengusaha karena pada saat ini mereka cendrung menggunakan dana rupiah tunai untuk
kegiatan operasional perusahaan. Melalui leasing mereka bisa meperoleh dana untuk
membiayai pembelian barang-barng modal dalam jangka waktu pengembalian antara tiga tahun
atau lima tahun ataupun lebih.
Suatu keuntungan lain jika ditinjau dari laporan keuangan fiskal adalah transaksi
capital lease diperhitungkan sebagai operational lease pembayaran lease dianggap sebagai biaya
mengurangi pendapatan kena pajak. Tetapi tidak begitu halnya jika ditinjau dari segi komersial.
a) Defenisi
Defenisi leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan dalam pembiyaan dalam
bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk
jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai
dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang
telah disepakati bersama.
b) Jenis-Jenis Leasing (Sewa Guna Usaha)
Dari jenis-jenis leasing yang ada, Maka dapat dapat diklafikasikan kedalam beberapa jenis
berikut: Klasifikasi Leasing
1) Capital Lease
Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu lembaga keuangan. Lessee yang
akan membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri jenis serta spesifikasi dari
barang yang dibutuhkan. Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan supplier
mengenai harga, syarat-syarat perawatan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
pengoperasian barang tersebut.
Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada supplier
dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imbalan atas jasa
pengguanaan barang tersebut lessee akan membayar secara berkala kepada lessor
sejumlah uang yang berupa rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati
bersama.
Jumlah rental ini secara keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar oleh
lessor ditambah faktor bunga serta keuntungan pihak lessor. Selanjutnya capital atau
finance lease masih bisa dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Direct finance lease
Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya belum pernah memiliki barang yang
dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor membeli
suatu barang atas permintaan lessee dan akan dipergunakan oleh lessee.
b. Sale and lease back
Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee menjual barang yang telah
dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang sama ini kemudian dilakukan suatu
kontrak leasing antara lessee dengan lessor. Dengan memperhatikan mekanisme
ini, maka perjanjian ini memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan direct
finance lease. Di sini lessee memerlukan cash yang bisa dipergunakan untuk
tambahan modal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa
dengan sistem sale and lease back memungkinkan lessor memberikan dana untuk
keperluan apa saja kepada kliennya dan tentu saja dana yang dibutuhkan sesuai
dengan nilai objek barang lease.
2. Operating Lease
Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan kepada
lessee untuk jangka waktu tertentu. Dalam praktik lessee membayar rental yang
besarnya secara keseluruhan tidak meliputi harga barang serta biaya yang telah
dikeluarkan oleh lessor. Di dalam menentukan besarnya pembayaran lease, lessor
tidak memperhitungkan biaya-biaya tersebut karena setelah masa lease berakhir
diharapkan harga barang tersebut masih cukup tinggi. Di sini jelas tidak
ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee.
3. Sales type lease (Lease Penjualan)
Lease penjualan biasanya dilakukan oleh perusahaan industri yang menjual lease
barang hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease diakui dua macam
pendapatan yaitu pendapatan penjualan barang dan pendapatan bunga atas jasa
pembelanjaan selama jangka waktu lease.
4. Leverage Lease
Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut credit provider. Lessor tidak
membiayai objek leasing hingga sebesar 100% dari harga barang melainkan
hanya antara 20% hingga 40%. Kemudian sisa dari harga barang tersebut akan
dibiayai oleh credit provider.
5. Cross Border Lease
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan dengan
melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lessee terletak
pada dua negara yang berbeda. Barang-barang atau peralatan yang ditransaksikan
dalam cross border lease meliputi nilai jutaan dollar Amerika Serikat. Seperti
Pesawat terbang bermesin jet dari Pabrikan Boeing dan Airbus.
c) Prosedur dan Mekanisme dalam Leasing
Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme yang harus
dijalankan yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
 Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan
penawaran harga dan menunjukkan suplier peralatan yang dimakdud
 Setelah lessee mengisi formulir permohonan, maka dikirimkan kepada lessor disertai
dokumen lengkap.
 Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk nmemberikan fasilitas
lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lessee
 Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan
yang dilease dengan perusahaan yang disetujui lessor
 Kontrak pembelian peralatan akan ditandangani lessor dengan suplier peralatan
tersebut
 Suplier dapat mengirimkan peratan yang dilease ke lokasi lessor
 Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier
 Suplier menyerahkan tanda terima
 Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada suplier
 Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran
d) Manfaat Leasing
Manfaat dan keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
1. Bersifat fleksibel
2. Tidak diperlukan adanya jaminan
3. Capital saving
4. Cepat dalam pelayanan
5. Pembayaran ansuran lease diperlakukan sebagai biaya operasional
6. Sebagai pelindung terhadapinflasi
7. Adanya hak opsi lessee pada akhirn masa leasing
8. Adanya kepastian hukum
9. Terkadang leasing merupakan satu-satunya cara untuk men dapatkan aktiva bagi
suatu perusahaan
Kesimpulan

Yang dimaksud dengan kontrak baku adalah suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya
oleh salah satu pihak dalam kontrak tersebut, bahkan sering kali kontrak tersebut sudah tercetak
(boilerplate) dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini
ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-data
informative tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausula-klausulanya, di
mana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan atau hanya sekdikit
kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausula-klausula yang sudah dibuat oleh salah
satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku sangat berat sebelah.
Adapun Perjanjian Patungan atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Joint
Venture Agreement adalah suatu kesepakatan tertulis antara satu pihak dengan pihak lainnya
mengenai pembentukan perusahaan patungan, dimana di dalamnya diatur mengenai manajemen
perusahaan, pembagian porsi saham bagi masing-masing pemegang saham, pengelolaan
perusahaan dan lain sebagainya (sebagaimana keinginan masing-masing pihak).
Sedangkan leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan dalam pembiyaan dalam
bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka
waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih
bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati
bersama.
Daftar Pustaka
1. Ismatullah Dedi. 2011. Hukum Perikatan Dilengkapi Hukum Perikatan dalam Islam. Bandung.
Pustaka Setia
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku III
3. www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai