Di dalam pengolahan data baik secara manual maupun dengan komputerisasi terdiri dari
tiga tahapan dasar yaitu input, proses, output. Dan tiga tahapan dasar tersebut dapat
dikembangkan menjadi :
a. Orginating-Recording (Pencatatan)
Tahapan ini berhubungan dengan proses pengumpulan data yang biasanya merupakan
proses pencatatan (recording) data ke dokumen dasar atau formulir
b. Classifiying (Klasifikasi)
Tahapan ini memberikan identitas atau pengklasifikasian dalam data yang akan diolah,
apakah identifikasi tersebut dilakukan untuk satu kelompok atau beberapa kelompok dari
data yang nantinya merupakan karakteristik dari data yang bersangkutan
c. Sorting (Penyusunan)
Setelah data–data yang akan diolah diberikan identifikasi seperti diatas, maka data
tersebut mungkin perlu diatur atau disusun sedemikian rupa, contohnya diurutkan
menurut kode klasifikasinya
d. Calculating (Perhitungan)
Disini data dimanipulasi seperti pelaksanaan perhitungan– perhitungan atau disebut
Calculating
e. Summarizing (Penyusunan Laporan)
Untuk memungkinkan dilakukan analisa terhadap data atau informasi yang dihasilkan,
diperlukan penyimpulan atau pembuatan rekapitulasi laporan sesuai dengan keinginan
pemakai informasi
f. Storing (Penyimpanan)
Storing atau penyimpanan data dan informasi yang sejenis ke dalam file untuk referensi
dimasa yang akan datang perlu dilakukan. Dan media penyimpanan ada beberapa macam,
disesuaikan dengan metode dan peralatan yang dipakai dalam sistem pengolahan data,
seperti disk, kartu, dokumen
g. Retrieving (Pencarian)
Di dalam file yang disimpan, pencarian data atau retrieving biasa digunakan dengan cara
penyimpanannya, terutama jika pengolahan datanya menggunakan computer
h. Communicating (Komunikasi )
Dalam proses pengolahan data menjadi informasi, sampai informasi tersebut dipakai oleh
user. Diperlukan suatu komunikasi sehinnga mempermudah proses pengolahan data
menjadi informasi
i. Reproducing (Penggandaan )
Untuk pengamanan apabila data hilang atau rusak, juga untuk keperluan perusahaan
lainnya bisa dilakukan dengan penggandaan dengan menggunakan mesin photocopy,
disk, magnetic tape
Macam-Macam Surat Perjanjian
Perjanjian adalah tindakan yang mengikat dua belah pihak yang berjanji untuk menjamin
adanya kepastian. Perjanjian tersebut bisa dibuat melalui lisan maupun tulisan. Kekuatan
perjanjian lisan sangatlah lemah, sehingga bila terjadi sengketa diantara pihak-pihak yang
berjanji, maka akan lebih sulit dibuktikan kebenarannya. Untuk hal-hal yang sangat penting,
orang lebih suka menggunakan surat perjanjian sebagai bukti hitam diatas putih demi keamanan.
Surat perjanjian adalah surat kesepakatan mengenai hak dan kewajiban masing-masing
pihak yang saling mengikatkan diri untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Definisi itu
menunjukkan ciri khas surat perjanjian sebagai surat yang dibuat oleh dua pihak secara bersama,
bahkan seringkali melibatkan pihak ketiga sebagai penguat.
Surat perjanjian ada dua macam, yaitu :
1. Perjanjian autentik, yaitu perjanjian yang disaksikan oleh pejabat pemerintah.
2. Perjanjian dibawah tangan, yaitu perjanjian yang tidak disaksikan oleh pejabat
pemerintah.
Penggolongan diatas tidak ada hubungannya dengan keabsahan surat perjanjian. Surat
perjanjian tanpa notaris, misalnya sah saja asal memenuhi syarat tertentu seperti yang akan
dirinci dibawah ini. Selain mencantumkan persetujuan mengenai batas-batas hak dan kewajiban
masing-masing pihak, surat tersebut juga menyatakan jalan keluar yang bagaimana, yang akan
ditempuh, seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya. Jalan keluar disini bisa
pemberian sanksi, ganti rugi, tindakan administrasi, atau gugatan ke pengadilan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat surat perjanjian kerja adalah :
1. a) Lama masa kerja
2. b) Jenis pekerjaan
3. c) Besarnya upah atau gaji beserta tunjangan. Pihak majikan biasanya telah mempunyai
suatu pegangan atau standar gaji untuk menentukan gaji yang layak untuk suatu tingkat
keahlian kerja.
4. d) Jam kerja per hari, jaminan sosial, hak cuti, dan kemungkinan untuk memperpanjang
perjanjian tersebut.
4. Pelaksanaan Perjanjian
Sebuah perjanjian yang ideal mestinya dapat dilaksanakan oleh para pihak. Artinya, hak
dan kewajiban masing-masing pihak dijalankan sepenuhnya sesuai dengan isi perjanjian.
Namun dalam pelaksaannya bisa jadi para pihak punya penafisran yang berbeda terhadap
pasal pasal tertentu. Bahkan tidak tertutup kemungkinan terjadi persengketaan.
Itulah sebabnya dalam perjanjian para pihak juga memasukkan pasal yang mengatur
tentang pilhan hukum dan prosedur penyelesaian sengketa.