Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN ASAS ITIKAD BAIK TAHAP PRAKONTRAKTUAL PADA

PERJANJIAN JUAL BELI PERUMAHAN*

Antari Innaka**, Sa’ida Rusdiana***, Sularto****

Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.


Jalan Sosio Justicia Nomor 1, Bulaksumur, Sleman, D.I. Yogyakarta 55281

Abstract
The good faith principle is present in the pre-contractual stage of Preliminary House Sale and Purchase
Agreement because all three contractual stages are also characterised by good faith. This Preliminary
Agreement precedes the actual House Sale and Purchase Agreement and we submit that the Preliminary
Agreement is legally binding provided that it be honestly entered to. The legal remedy that is available
for consumers who find the promises of their property agent in the Preliminary Agreement not included
in the actual House Sale and Purchase Agreement is the Decree of State Minister for Public Housing
No. 09/KPTS/M/1995.
Keywords: good faith principle, pre-contractual, house sale and purchase agreement.

Intisari
Asas itikad baik dilaksanakan dalam tahap prakontraktual pada perjanjian pendahuluan jual beli rumah
karena ketiga tahapan kontrak selalu mengandung itikad baik. Dalam jual beli rumah ada perjanjian
pendahuluan yang mendahului perjanjian jual beli yang sesungguhnya. Perjanjian pendahuluan itu
tetap mempunyai kekatan mengikat berdasarkan kejujuran. Perlindungan hukum yang dapat digunakan
konsumen ketika apa yang diperjanjikan oleh developer tidak tercantum dalam perjanjian pendahuluan
adalah ketentuan Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 09/KPTS/M/1995.
Kata kunci: asas itikad baik, prakontraktual, perjanjian jual beli rumah.

Pokok Muatan
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................................... 505
B. Metode Penelitian ...................................................................................................................... 505.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................................................... 506
1. Pelaksanaan Asas Itikad Baik dalam Perjanjian Jual Beli Perumahan pada Tahap
Prakontraktual....................................................................................................................... 506
2. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Ketika Kesepakatan Prakontraktual Tidak
Termuat dalam Akte Perjanjian Jual Beli............................................................................. 508
D. Kesimpulan................................................................................................................................. 513

*
Hasil Penelitian Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Tahun 2011.
**
Alamat korespondensi: antari.innaka@gmail.com.
***
Alamat korespondensi: sahyde_666@yahoo.com.
****
Alamat korespondensi: kolir2002@yahoo.com.
Innaka, Rusdiana dan Sularto, Penerapan Asas Itikad Baik Tahap Prakontraktual 505

A. Latar Belakang Masalah baik subjektif ada pada tahap negosiasi, di


Setiap kegiatan masyarakat, utamanya bisnis, mana para pihak secara terbuka memberi-
selalu didahului dengan pembuatan perjanjian. kan informasi yang sesungguhnya tentang
Setelah isinya disepakati, maka perjanjian ini akan siapa dirinya dengan meberikan bukti
mengikat para pihak. Artinya, para pihak harus berupa dokumen tentang dirinya (misal-
melaksanakan apa yang telah mereka sepakati dan nya dokumen Anggaran Dasar jika pihak
tuangkan dalam perjanjian itu sebab kesepakatan dalam perjanjian adalah badan hukum
di antara mereka itu menimbulkan hubungan PT) dan pihak lain wajib memeriksa
hukum di antara keduanya. dengan teliti.
Namun demikian, perjanjian yang telah 2) Itikad baik objektif, yaitu pada saat pelak-
disepakati oleh dan mengikat para pihak itu sanaan perjanjian harus sesuai dengan
seringkali menimbulkan permasalahan dan kepatutan atau keadilan.
hambatan di kemudian hari. Oleh karena itu, Dalam sistem hukum di Indonesia, asas
sangat penting bagi para pihak untuk mengerti itikad baik berkembang utamanya dalam
dan memahami substansi atau isi perjanjian kegiatan bisnis perumahan (property) karena
sebelum menyetujui atau menyepakati perjanjian. saat ini banyak pengembang perumahan yang
Secara teoritis, tahapan dalam penyusunan melakukan penawaran melalui brosur. Apabila
perjanjian menurut van Dunne dapat dibedakan konsumen tertarik dengan satu rumah, maka
menjadi tiga yaitu tahap penyusunan perjanjian sebelum perjanjian jual beli yang oleh undang-
(precontractuele fase), tahap pelaksanaan isi undang harus disusun menggunakan akta
perjanjian (contractuele fase) dan tahap setelah notariil berupa Akta Jual Beli (AJB), para pihak
kontrak dilaksanakan (postcontractuele fase).1 membuat perjanjian di bawah tangan. Perjanjian
Tahap prakontraktual adalah tahap di ini dinamakan Perjanjian Pendahuluan Jual Beli
mana para pihak melakukan perundingan untuk (PPJB). Pada masa perjanjian pra jual beli ini
menentukan isi perjanjian yang nantinya akan dilakukan negosiasi untuk nantinya dituangkan
mereka sepakati. Kesepakatan ini merupakan dalam perjanjian jual beli yang sesungguhnya.
salah satu syarat penting untuk menerbitkan Namun pada kenyataannya besar kemungkinan
hubungan hukum selain syarat-syarat lain (lihat isi perjanjian yang telah disepakati pada masa
Pasal 1320 KUHPerdata). Selain ketentuan Pasal negosiasi (tahap prakontraktual) tidak termuat atau
1320 KUHPerdata, dalam membuat perjanjian tidak dilaksanakan dalam pelaksanaan kontrak.
para pihak juga harus memperhatikan asas-asas Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk
dalam perjanjian. merumuskan dua permasalahan, yaitu: 1) Apakah
Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menyebut- asas itikad baik dilaksanakan dalam perjanjian
kan: “Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan jual beli perumahan pada tahap prakontraktual?
itikad baik”. Pasal ini bermakna perjanjian yang Mengapa? 2) Bagaimana perlindungan hukum
telah disepakati oleh para pihak harus dilaksana- yang dapat digunakan oleh konsumen perumahan
kan sesuai dengan kepatutan dan keadilan. ketika kesepakatan prakontraktual tidak termuat
Secara teoritis asas itikad baik dapat dibedakan dalam perjanjian jual beli?
menjadi dua:
1) Itikad baik subjektif, yaitu sebelum per- B. Metode Penelitian
janjian dilaksanakan para pihak harus Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat
menunjukkan kejujuran. Biasanya itikad normatif-empiris. Normatif karena merupakan

1
Ridwan Khairandy, 2003, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta,
hlm.190.
506 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012, Halaman 377 - 569

penelitian terhadap asas-asas, ketentuan-ketentuan ini berfungsi sebagai jaminan bahwa konsumen
hukum dan teori-teori hukum. Empiris karena memang benar-benar hendak membeli rumah.
penelitian ini didukung juga dengan penelitian Uang ini nantinya akan diperhitungkan sebagai
lapangan. bagian dari jumlah harga rumah keseluruhan.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah pene- Namun dalam hal konsumen membatalkan jual
litian kepustakaan tujuannya untuk memperoleh beli, maka uang panjer ini akan menjadi milik
data sekunder dan penelitian lapangan untuk developer sepenuhnya. Hal ini terjadi karena
memperoleh data primer. Penelitian ini dilakukan jual beli tanah atau rumah dalam hukum agraria
dengan metode non random sampling yaitu menggunakan sistem hukum adat yang bersifat
tidak semua anggota populasi dijadikan subjek tunai, berbeda dengan sistem hukum perdata barat
penelitian. Jenis non random sampling yaitu yang bersifat konsensual. Bersifat tunai artinya
yang bersifat purposive sampling artinya peneliti untuk terjadi perjanjian jual beli memerlukan
memberikan kriteria khusus untuk menentukan formalitas tertentu, sedangkan bersifat konsensual
responden. artinya, perjanjian lahir atau terjadi seketika
Setelah data diperoleh maka data itu akan tercapai kata sepakat di antara para pihak (penjual
dipilah-pilah sesuai asas-asas, peraturan-peraturan dan pembeli) dan tidak memerlukan formalitas
dan teori-teori yang kemudian digunakan untuk tertentu.
menganalisis. Analisis yang digunakan adalah Tiga cara pembayaran dapat dilakukan oleh
analisis kualitatif dan data disajikan dengan teknik konsumen yaitu dengan cara cash/tunai artinya
deskriptif. dua minggu setelah pembayaran booking fee
konsumen membaya kekurangan harga rumah
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan secara langsung sesuai harga rumah kepada
1. Pelaksanaan Asas Itikad Baik dalam developer ditambah biaya-biaya lain misalnya
Perjanjian Jual Beli Perumahan pada BPHTB (Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan
Tahap Prakontraktual Bangunan) dan PPN (Pajak Penambahan Nilai).
PT Yusan Nindyakarsa dan PT Roda Cara kedua, konsumen membayar dengan uang
Pembangunan Jaya adalah perusahaan pengembang tunai bertahap, artinya dua minggu setelah
perumahan (developer). Baik PT YN maupun PT pembayaran booking fee konsumen langsung
RPJ memasarkan perumahan dengan sistem pesan membayar 50% dari harga rumah pada developer.
bangun. Makna dari sistem pesan bangun adalah Kekurangannya dibayar dalam beberapa tahap
suatu sistem penjualan satuan unit rumah di mana sesuai kesepakatan. Cara ketiga adalah dengan
pada saat konsumen hendak membeli satuan Kedit Pinjaman Rumah (KPR) yaitu pembayaran
unit rumah, rumah yang akan dibeli itu belum dilakukan secara angsuran oleh bank sebagai
dibangun. pihak ketiga yang bertindak juga sebagai penjamin
Secara rinci tahapan dalam perjanjian jual bagi konsumen. Sebaliknya, konsumen juga harus
beli rumah diawali dengan penawaran yang dilaku- memberikan jaminan atau agunan berupa rumah
kan oleh perusahaan pengembang. Penawaran yang menjadi objek perjanjian jual beli antara
dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, konsumen dengan developer dan pembayaran
antara lain melalui brosur, melalui iklan media sejumlah 30% dari harga rumah.
cetak, baliho atau dunia maya. Ketika konsumen Jika pembayaran booking fee telah beres,
tertarik untuk menerima penawaran itu, maka pihak developer dan konsumen kemudian
konsumen harus melakukan penerimaan dengan menuangkan kesepakatan dalam Perjanjian
cara membayar sejumlah uang sebagai tanda jadi Pengikatan Jual Beli (PPJB). Dua developer
pemesanan (panjer/booking fee). Uang booking fee sebagai responden memberi nama perjanjian
Innaka, Rusdiana dan Sularto, Penerapan Asas Itikad Baik Tahap Prakontraktual 507

pengikatan jual beli dengan istilah yang berbeda. khususnya ada dalam Keputusan Menteri Negara
PT YN memberi nama Perjanjian Perikatan Jual Perumahan Rakyat Nomor 09/KPTS/M/1995
Beli, sedangkan PT RPJ menyebutnya Perjanjian tentang Pedoman Perjanjian Pengikatan Jual Beli.
Pendahuluan Jual Beli.2 Menurut J. M. van Dunne dalam setiap
Perjanjian Pengikatan Jual Beli atau perjanjian terdapat tiga tahapan yang akan dilalui
perjanjian pendahuluan adalah perjanjian antara oleh para pihak dalam perjanjian. Tahapan itu
penjual (developer) dan pembeli (konsumen) meliputi: a) Tahap prakontraktual (precon-
yang dibuat untuk mendahului perjanjian jual beli tractuele fase); b) Tahap kontraktual (contractuele
yang sesunguhnya yang dituangkan dalam Akta fase); c) Tahap pascakontraktual (postcontrac-
Jual Beli oleh PPAT. PPJB merupakan dokumen tuele).
yang menunjukkan adanya hubungan hukum Jika dikaitkan dengan asas itikad baik maka
antara developer dengan konsumen. Hubungan dapat dikatakan bahwa pada masa prakontraktual
hukum terjadi karena developer mengikatkan diri telah ada itikad baik. Artinya itikad baik harus
untuk menjual tanah beserta rumah sedangkan telah ada di antara para pihak pada masa
konsumen wajib membayar harga objek perjanjian negosiasi. Secara sederhana dapat dikatakan pada
itu. PPJB bukan merupakan perjanjian jual beli, setiap negosiasi untuk menentukan isi perjanjian
karena perjanjian jual beli itu belum terjadi. maka kedua belah pihak harus mengedepankan
Perjanjian jual beli itu belum terjadi karena masih kejujuran.
ada persyaratan yang belum terlaksana, misalnya Dalam perjanjian bisa dibedakan antara
jual beli harus telah dibayar lunas harganya baru teori modern dengan konvensional. Pada
kemudian Akta Jual Beli dapat ditandatangani teori konvensional, ikatan di antara para
atau tanah dan rumah belum bersertifikat. Belum pihak artinya janji-janji yang dilakukan oleh
selesainya semua persyaratan ini menyebabkan developer dianggap belum terwujud pada tahap
Pejabat Pembuat Akta Tanah akan menolak prakontraktual dalam perjanjian sehingga tidak
membuatkan akta jual beli. Agar para pihak tetap mengikat sama sekali. Berbeda dengan teori
dapat melakukan jual beli rumah, maka mereka konvensional, dalam teori modern janji-janji
sepakat jual beli akan dilakukan setelah sertifikat yang telah disepakati oleh para pihak pada tahap
telah jadi dan konsumen telah membayar lunas prakontraktual dianggap telah mengikat. Jadi pada
harganya. intinya konsep bahwa perjanjian hanya mengikat
Sementara persyaratan belum selesai diurus, pada saat tahap kontraktual saja telah bergeser.
para pihak menuangkan kesepakatan awal dalam Maknanya perjanjian telah mengikat para pihak
perjanjian pengikatan jual beli atau lazim disebut baik pada tahap prakontraktual, kontraktual dan
perjanjian pendahuluan. Perjanjian pengikatan pascakontraktual.
jual beli dibuat oleh para pihak karena objek jual Subekti mengemukakan bahwa terdapat dua
beli secara fisik belum ada sama sekali atau masih jenis asas itikad baik yaitu itikad baik subjektif
dalam proses pembangunan atau karena pembeli dan itikad baik objektif.3 Itikad baik subjektif
belum melunasi objek jual beli tersebut. maknanya adalah kejujuran. Kejujuran harus
Perjanjian Pengikatan Jual Beli tidak ada sebelum perjanjian dilaksanakan oleh para
diatur secara khusus dalam KUHPerdata, akan pihak. Artinya pada tahap prakontraktual telah
tetapi tetap tunduk pada ketentuan-ketentuan ada itikad baik subjektif, sedangkan itikad baik
umum dalam Buku III KUHPerdata. Ketentuan objektif ada pada tahap kontraktual. Makna itikad

2
Nama resmi yang diberikan oleh Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 09/KPTS/M/1995 tentang Pedoman Pengikatan
Jual Beli yaitu Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB).
3
Subekti, 2009, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, hlm. 7.
508 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012, Halaman 377 - 569

baik objektif adalah kepatutan dan berada pada sebagai badan hukum berbentuk perseroan ter-
tahap kontraktual. Hal ini terjadi karena masa batas. Perseroan terbatas adalah salah satu bentuk
tahap kontraktual isi perjanjian yang berupa hak badan hukum. Badan hukum dapat digolongkan
dan kewajiban harus dilaksanakan dengan itikad sebagai subjek hukum sehingga dianggap cakap
baik pula. Pada tahap kontraktual ini yang wenang melakukan perbuatan hukum. c) Ketiga, suatu
menilai apakah dalam perjanjian ada kepatutan hal tertentu. Dalam PPJB, objek perjanjian berupa
atau tidak adalah hakim. Itikad baik objektif tanah dan rumah dapat ditunjukkan dari ke-
bertujuan untuk menyelesaikan sengketa tentang tentuan letak kavling, tipe tanah dan bangunanya
isi atau hak dan kewajiban dalam perjanjian. yanng telah disepakati bersama. d) Keempat,
Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menyata- syarat sebab yang halal menunjukkan tujuan
kan bahwa kontrak harus dilaksanakan dengan utama dilakukan perjanjian antara developer
itikad baik (goeder trouw). Undang-undang hanya dan konsumen adalah mengalihkan hak milik
menyatakan bahwa kontrak harus dilaksanakan rumah dan tujuan perjanjian jual beli ini tidak
dengan itikad baik; tetapi tidak menentukan tahap beretentangan dengan peraturan perundangan,
prakontraktual, kontraktual atau pascakontraktual. kesusilaan dan ketertiban umum.
Jadi dapat disimpulkan bahwa itikad baik harus Dari empat syarat Pasal 1320 KUHPerdata di
sudah ada sejak tahap prakontraktual sampai atas, nampak bahwa perjanjian PPJB ini sah.
pascakontraktual. Dalam PPJB rumah ini konsumen ditentukan
Sementara itu perlu untuk ditelaah lebih juga harus membayar booking fee paling lambat
lanjut apakah PPJB yang merupakan perjanjian dua minggu sebelum pembayaran harga rumah.
pendahuluan antara developer dengan konsumen Perjanjian jual beli tanah dan rumah menganut
sebagai bagian dari tahap prakontraktual meng- sistem hukum adat di mana pembayaran harus
ikat sebagai perjanjian. Seperti diketahui PPJB dilakukan secara kontan atau tunai. Oleh karenanya
adalah perjanjian yang mengikat para pihak. konsumen harus memberikan uang panjer atau
Sebagai perjanjian yang mengikat para pihak uang muka sebagai tanda jadi. Pembayaran harga
maka harus memenuhi ketentuan tentang syarat dan penyerahan hak dilakukan pada saat yang
sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal bersamaan. Pada saat itu jual beli dianggap selesai,
1320 KUHPerdata. sedangkan sisa harga dianggap sebagai utang
Berdasarkan keterangan dari delapan konsumen kepada developer. Hal ini berbeda
responden konsumen yang melakukan PPJB ini, dengan sistem hukum barat di mana perjanjian
semua PPJB telah memenuhi persyaratan sahnya jual beli bersifat konsensuil. Hal itu tampak dari
perjanjian. Hal itu dapat dibuktikan bahwa syarat: isi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
a) Pertama, sepakat mereka yang mengikat- Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
kan diri dalam perjanjian, dalam perjanjian yaitu dalam Pasal 5, yang intinya menyebutkan
pendahuluan antara developer (PT YN dan PT bahwa UUPA menggunakan sistem hukum adat
RPJ) dengan konsumen telah ada kata sepakat sehingga jual beli bersifat tunai dan tidak mengenal
untuk mengadakan hubungan hukum jual beli. pembayaran secara kredit atau angsuran.
Kata sepakat di antara para pihak ditandai dengan
penandatanganan perjanjian. b) Kedua, syarat 2. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
kecakapan dalam membuat perikatan dapat Ketika Kesepakatan Prakontraktual
ditunjukkan dengan fakta bahwa baik konsumen Tidak Termuat dalam Akte Perjanjian
maupun developer cakap melakukan perbuatan Jual Beli
hukum. Konsumen sebagai pembeli dibuktikan Perlindungan hukum dalam PPJB dapat
dengan identitas KTP sedangkan pihak developer diketahui dari hak dan kewajiban developer dan
Innaka, Rusdiana dan Sularto, Penerapan Asas Itikad Baik Tahap Prakontraktual 509

konsumen. Keputusan Menteri Negara Perumahan beli. Secara lengkap dalam Kepmen PPJB Angka
Rakyat Nomor 09/KPTS/M/1995 mengatur II diatur kewajiban penjual dan dalam Angka IV
tentang subjek dalam perjanjian rumah. Dalam diatur kewajiban pembeli.
Keputusan itu, developer berkedudukan selaku Satu ketentuan dalam PPJB di PT NK
penjual, sedangkan konsumen berkedudukan mengatur tentang denda yang harus ditanggung
sebagai pembeli rumah di perumahan dari kedua konsumen ketika membatalkan perjanjian
PT tersebut.4 pendahuluan ini. Kewajiban lain yang juga
Objek perjanjian jual beli rumah dalam merugikan konsumen adalah ketentuan tentang
perumahan ini meliputi:5 larangan bagi konsumen untuk merubah bentuk
1. luas bangunan rumah disertai gambar bangunan meskipun hak milik telah beralih ke
arsitektur, gambar denah, dan spesifikasi konsumen.
teknis bangunan. Luas bangunan disebut-
PPJB bukan merupakan sesuatu hal yang baru
kan secara rinci dalam PPJB, namun untuk
gambar arsitektur, denah dan spesifikasi di ranah hukum jual beli perumahan (property)
teknis bangunan menjadi lampiran yang di Indonesia. PPJB sering digunakan oleh para
tidak terpisahkan dalam PPJB; pengembang (developer) untuk menunjang ke-
2. luas tanah, status tanah, perijinan serta giatan bisnisnya. Hal ini disebabkan karena bisnis
hak-hak yang ada didalamnya. Dalam
perumahan membutuhkan suatu bentuk perjanjian
PPJB disebutkan status tanah dalam
perumahan adalah hak guna bangunan pendahuluan guna menjamin kepentingan para
yang sedang dalam tahap proses pecah pihak ketika titik temu mengenai hal-hal yang
di kantor BPN setempat. Pencantuman pokok telah dimiliki. PPJB perumahan biasanya
status tanah bertujuan sebagai jaminan dituangkan dalam bentuk perjanjian standar,
bahwa tanah tersebut benar-benar ada di
meskipun demikian tidak menutup kemungkinan
bawah kekuasaan developer serta jaminan
terhadap gangguan dari pihak ketiga yang adanya negosiasi di antara para pihak.
tidak berkepentingan; PPJB dapat dikatakan sebagai perjanjian
3. lokasi tanah dengan cara mencantumkan pendahuluan artinya nanti akan diikuti dan di-
nomor kavling, rincian wilayah mulai dari jabarkan dalam perjanjian lain yang mengaturnya
desa, kelurahan dan kecamatan lengkap
tercantum dalam PPJB; dan secara lebih detail dan lengkap, sehingga hanya
4. harga rumah, tanah dan tata cara pem- berisikan hal-hal yang pokok saja. Di dalamnya
bayarannya masuk dalam Pasal 1 dan Pasal terkandung unsur kepercayaan dan janji yang
2 Kepmen PPJB. memberikan rasa saling pengertian di antara para
Selain tersebut di atas juga terdapat kewajiban pihak sebelum membuat perjanjian jual beli. Isi
developer untuk menyerahkan objek perjanjian dari PPJB selanjutnya di kemudian hari harus
berupa tanah dan rumah tepat pada waktu yang dimasukkan ke dalam PJB, sehingga akan me-
telah diperjanjikan. Adanya keterlambatan miliki kekuatan mengikat selayaknya kekuatan
pembayaran, maka developer harus membayar mengikat yang dimiliki perjanjian pada umum-
denda keterlambatan sebesar 0,1% dari nilai total nya.
pembayaran yang telah dilakukan oleh konsumen Perjanjian pra jual beli merupakan suatu
setiap hari keterlambatan dan maksimal denda bentuk kesepakatan dari para pihak yaitu
sebesar 2%. Ketentuan ini bertentangan dengan pengembang perumahan dengan calon konsumen
ketentuan dalam Kepmen PPJB yang menentukan mengenai hal-hal pokok yang diperjanjikan
sebesar 2/1000 (dua perseribu) dari total nilai jual setelah melalui negosiasi sebagai langkah awal

4
Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 09/KPTS/M/1995 tentang Pedoman Pengikatan Jual Beli tentang Perjanjian
Pengikatan Jual Beli (Kepmen PPJB).
5
Lebih lanjut Pasal 1 Kepmen PPJB secara rinci menyebutkan tanah beserta harga rumah dan tatacara pembayarannya.
510 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012, Halaman 377 - 569

untuk menuju tahapan perjanjian jual beli yang menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang
sesungguhnya. Di sini objek perjanjiannya berupa lain (pembeli) untuk membayar harga yang telah
rumah yang masih dalam tahap pembangunan. dijanjikan. Berdasarkan teori lahirnya perjanjian
Hal-hal pokok yang diperjanjikan biasanya sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 ayat (1)
mengenai lingkup objek perjanjian jual beli seperti KUHPerdata, maka jual beli termasuk perjanjian
kondisi atau spesifikasi rumah yang dijual kepada yang bersifat konsensuil, di mana perjanjian
konsumen, meliputi letak atau lokasi, keadaan lahir saat kedua belah pihak sepakat mengenai
lingkungan sekitar, kavling, bentuk bangunan, barang dan harga, walaupun pada saat itu barang
dan fasilitas lain, harga rumah, cara pembayaran belum diserahkan dan harga belum dibayarkan
uang muka, jangka waktu pembayaran, ketentuan (Pasal 1458 KUHPerdata). Oleh karena itu unsur
persyaratan dokumen atau berkas untuk keperluan esensialia dari perjanjian jual beli adalah barang
PJB, pengunduran diri dan sanksi, pilihan hukum dan harga.
dan upaya penyelesaian perselisihan. Di dalam Perjanjian jual beli dilakukan dalam dua
PPJB kedua belah pihak membubuhkan tanda tahap yaitu tahap kesepakatan kedua belah pihak
tangan. mengenai barang dan harga yang ditandai dengan
Pasal 134 Undang-undang Nomor 1 tahun kata sepakat dan tahap penyerahan (levering) dari
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permu- benda yang menjadi obyek perjanjian, dengan
kiman menyatakan bahwa setiap orang dilarang tujuan untuk mengalihkan hak milik dari benda
menyelenggarakan pembangunan perumahan, tersebut. Asas konsensualisme yang terkandung
yang tidak membangun perumahan sesuai dengan di dalamnya berarti bahwa cukup dengan
kriteria, spesifikasi, persyaratan, prasana, sarana, kata sepakat saja sudah lahir atau dilahirkan
dan utilitas umum yang diperjanjikan. Selain itu suatu perikatan. Sehingga apabila dalam tahap
terdapat pula sanksi pidana yang diatur dalam prakontraktual telah terdapat suatu janji-janji
Undang-undang ini yaitu dalam Pasal 151 ayat yang disepakati maka telah mengikat para pihak
(1) dan (2). selayaknya mengikatnya suatu perjanjian.
Pada PPJB telah disertai dengan negosiasi Permasalahan muncul ketika salah satu pihak
di antara para pihak mengenai hal-hal pokok tidak mencantumkan isi atau klausula dalam PPJB
yang akan dituangkan dalam isi perjanjian ke dalam PJB yang dibuatnya. Hal ini tentu saja
perjanjian jual beli. Dalam tahapan ini maka dapat akan menimbulkan persoalan tersendiri apabila
diketahui adanya suatu kesepakatan awal para dalam proses selanjutnya terjadi penyimpangan
pihak mengenai substansi atau klausula-klausula yang dilakukan oleh para pihak akibat adanya
esensial yang nantinya hendak dicantumkan niat buruk dengan sengaja tidak mencantumkan
dalam perjanjian jual beli yang sebenarnya atau beberapa klausula dalam PPJB ke dalam PJB.
disebut Perjanjian Jual Beli (PJB). Dalam PPJB Efek yang negatif kemudian yaitu apabila salah
biasanya dimasukkan klausula seperti halnya satu pihak atau konsumen menderita kerugian atas
dalam PJB pada umumnya, karena merupakan tindakan tersebut karena kepentingan dan hak-
suatu upaya perlindungan bagi para pihak yang haknya tidak terakomodasi dalam perjanjian.
hendak melakukan transaksi jual beli perumahan. Di dalam PPJB terkandung suatu janji-janji
Oleh karena itu dapat dikatakan PPJB menjadi yang diikrarkan oleh para pihak di mana janji
jaminan awal bagi para pihak untuk melindungi tersebut telah mengikat secara moral dan etis.
kepentingan mereka nantinya. Pada saat para pihak telah berjanji maka dengan
Menurut Pasal 1457 KUHPerdata, jual sendirinya janji tersebut menimbulkan suatu
beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak ikatan bagi para pihak. Apalagi janji tersebut
yang satu (penjual) mengikatkan dirinya untuk dilahirkan atas dasar kepercayaan satu sama lain
Innaka, Rusdiana dan Sularto, Penerapan Asas Itikad Baik Tahap Prakontraktual 511

yang seharusnya dijunjung tinggi dan tidak pantas gunaan keadaan di dalam fase kontraktualnya
untuk dikesampingkan, karena akan menodai sehingga dapat dijadikan dasar gugatan bagi pihak
kemurnian dari suatu bentuk penghargaan terhadap yang dirugikan.
suatu ikrar atau janji. Penyalahgunaan keadaan di sini adalah
Pada saat prakontraktual di mana para pihak implikasi dari posisi tawar para pihak yang
bernegosiasi untuk mencapai suatu titik temu atau tidak seimbang, yaitu pihak konsumen sebagai
kesepakatan mengenai hal-hal atau substansi yang pihak yang lemah yang terdesak kebutuhan
ingin mereka tuangkan kedalam suatu perjanjian akan perumahan yang dijanjikan oleh pihak
demi melindungi kepentingan dan tujuan pengembang. Setelah uang muka yang diatur
dibuatnya perjanjian itu sendiri. Walaupun pada dalam PPJB dibayar oleh konsumen maka ada
tahap prakontraktual belum dilahirkan perjanjian tekanan ekonomis dan psikologis dari pihak
yang mengikat bagi para pihak, namun unsur yang konsumen untuk mau tidak mau melanjutkan
terkandung di dalam janji prakontrak mengikat perjanjian tersebut sampai selesai. Karena jika
para pihak apabila telah tercapai suatu kesepakat- tidak, pihak konsumen tersebutlah yang akan
an terhadap apa yang diperjanjikan tersebut. menderita kerugian dengan kehilangan uang muka
Dengan demikian kesepakatan mengenai hal- yang telah dibayarkan kepada pengembang.
hal pokok dalam prakontrak hendaklah dimaknai Setelah PPJB ditandatangani dan dilak-
oleh para pihak sebagai suatu keharusan untuk sanakan oleh para pihak maka dalam proses
kemudian dituangkan dalam perjanjian yang menuju pembuatan PJB terjadi pergeseran posisi
dibuat. Tidak menutup kemungkinan memang tawar yang tidak seimbang. Pihak pengembang
terjadi perubahan situasi atau peristiwa tertentu memiliki posisi yang lebih dominan dibanding
yang mengakibatkan perubahan hal-hal pokok dengan konsumen. Di sinilah penyalahgunaan
yang telah diperjanjikan dan dinegosiasikan pada keadaan itu muncul sehingga isi dari PPJB yang
tahap prakontraktual, namun demikian jika tidak telah disepakati dan diperjanjikan sebelumnya
terjadi suatu perubahan keadaan tersebut maka oleh para pihak sering ada yang tidak dicantum-
tidak ada alasan bagi para pihak untuk tidak kan dalam perjanjian jual beli yang dibuat
tunduk pada kesepakatan yang dicapai pada saat kemudian. Pihak produsen cenderung lebih
prakontraktual tersebut. Hal ini disebabkan karena mengakomodasi kepentingan untuk melindungi
janji prakontraktual mengikat para pihak secara dirinya, sedangkan kepentingan konsumen
hukum, sehingga tidak boleh diabaikan tanpa diabaikan.
alasan yang jelas dan dibenarkan oleh aturan. Bentuk perlindungan hukum bagi konsumen
Perlu diperhatikan bahwa janji-janji pra- diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun
kontraktual yang tidak dituangkan dalam per- 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).
janjian akan membawa konsekuensi apabila Di dalamnya terdapat pasal-pasal yang mengatur
permasalahan yang muncul akibat perbuatan upaya perlindungan bagi para konsumen yang
yang beritikad buruk dari salah satu pihak tidak dilanggar hak-haknya oleh produsen. Oleh karena
memiliki dasar untuk bisa diajukan klaim oleh itu bagi konsumen perumahan yang terkurangi
pihak yang lainnya, meskipun pihak tersebut hak-haknya akibat perbuatan sepihak dari
menderita kerugian. Dasar gugatan wanprestasi produsen yang merugikan mereka baik secara
tidak dapat digunakan karena tidak ada klausula langsung maupun tidak langsung akan terpayungi
di dalam perjanjian yang dilanggar oleh pihak oleh undang-undang ini.
tersebut. Maka dari itu janji prakontrak yang UUPK sendiri secara umum membuka
tertuang dalam PPJB haruslah menjadi dasar kemungkinan pengajuan gugatan oleh konsumen
untuk menentukan apakah terjadi penyalah- kepada pelaku usaha berdasarkan faktor
512 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012, Halaman 377 - 569

penyalahgunaan keadaan. Penjelasan Pasal 2 kan pendapatnya kepada pengembang perumah-


UUPK menyebutkan adanya lima asas perlin- an untuk meminta agar mencantumkan hal-hal
dungan konsumen, yaitu asas manfaat, keadilan, yang telah diperjanjikan pada saat prakontrak-
keseimbangan, keamanan dan keselamatan; dan tual ke dalam perjanjian jual beli perumahan
kepastian hukum. sesuai dengan kesepakatan. Konsumen harus
Pada asas keadilan, dijelaskan, seluruh rakyat berani mengambil langkah tegas agar kepen-
diupayakan agar dapat berpartisipasi semaksimal tingannya terlindungi. Upaya represif yang
mungkin dan agar diberi kesempatan kepada dapat ditempuh oleh konsumen yang mengalami
konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh kerugian yaitu dengan menuntut langsung kepada
haknya dan melaksanakan kewajibannya secara pengembang untuk memenuhi hak-haknya yang
adil. Kemudian, dalam asas keseimbangan dilanggar. Selain itu dalam melindungi dirinya
disebutkan, perlu diberi keseimbangan antara secara represif konsumen dapat mengajukan
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pengaduan Lembaga Perlindungan Konsumen
pemerintah dalam arti materiil dan spiritual.6 atau Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 butir (1) (YLKI). Pengaduan tersebut diharapkan dapat
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Per- membantu konsumen untuk dapat menyelesaikan
lindungan Konsumen, diatur mengenai kewajiban- permasalahan dengan pelaku usaha secara lebih
kewajiban pelaku usaha, dalam hal ini penjual bijak.
yang menawarkan dan menjual suatu produk, Konsumen perumahan juga dapat meng-
yaitu haruslah beritikad baik dalam melakukan gunakan jalur non litigasi maupun litigasi untuk
kegiatan usahanya. Perlindungan hukum bagi menyelesaikan sengketa yang timbul akibat tidak
konsumen adalah dengan melindungi hak-hak dicantumkannya isi kesepakatan prakontraktual
konsumen. Walaupun sangat beragam, secara dalam Perjanjian Jual Beli oleh pihak pengembang
garis besar hak-hak konsumen dapat dibagi dalam perumahan sehingga merugikan dirinya.
tiga hak yang menjadi prinsip dasar yaitu:7 Perlindungan hukum bagi konsumen dapat
a) Hak yang dimaksudkan untuk mencegah tercapai apabila dilaksanakan dan didukung
konsumen dari kerugian, baik kerugian sepenuhnya oleh semua pihak yang terkait
personal, maupun kerugian harta ke-
didalamnya antara lain produsen atau pelaku
kayaan;
b) Hak untuk memperoleh barang dan/atau usaha itu sendiri, konsumen, pemerintah,
jasa dengan harga wajar; dan lembaga konsumen baik swasta maupun milik
c) Hak untuk memperoleh penyelesaian pemerintah. Apabila semua perangkat diatas saling
yang patut terhadap permasalahan yang mengoptimalkan perannya masing-masing maka
dihadapi.
upaya perlindungan yang selama ini diharapkan
Ada upaya perlindungan hukum yang bisa oleh konsumen akan berjalan dengan maksimal.
ditempuh oleh pihak untuk melindungi hak dan Dalam hal denda yang ada dalam PPJB
kepentingan hukum mereka yaitu dengan upaya di kedua responden developer mengatur hal
preventif dan represif. Perlindungan hukum secara yang berbeda dengan ketentuan Kepmen PPJB.
preventif dapat dilakukan dengan membuat suatu Namun demikian, dalam Pasal 1493 KUHPerdata
peraturan atau membuat suatu ketentuan yang disebutkan adanya kemungkinan mengurangi
mengakomodasi perlindungan konsumen. Dalam atau memperluas kewajiban salah satu pihak.
hal ini konsumen harus berperan aktif menyata- Selain itu Buku III KUHPerdata yang mengatur

6
Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 112-113.
7
Abdul Halim Barkatullah, 2010, Bisnis E-Commerce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
hlm. 25.
Innaka, Rusdiana dan Sularto, Penerapan Asas Itikad Baik Tahap Prakontraktual 513

tentang Perikatan bersifat sebagai aturan oleh Pasal 1337 KUHPerdata dan campur tangan
pelengkap. Artinya para pihak dalam perjanjian pemerintah yang bertindak sebagai pelindung
boleh mengatur perjanjian di antara para pihak terhadap pihak yang secara ekonomis lebih
berbeda dengan ketentuan yang ada dalam Buku lemah dibanding pihak lainnya. Adanya aturan
III KUHPerdata. Namun, adanya ketentuan Pasal Kepmen PPJB membatasi kebebasan dalam
1493 KUHPerdata tidak berarti meniadakan menentukan isi perjanjian (PPJB) yang dibuat
tanggung jawab developer terhadap kerugian oleh para pihak itu.
konsumen. Hal itu dipertegas oleh ketentuan Penyelesaian perselisihan antara kedua
Pasal 1494 KUHPerdata yang menyebutkan belah pihak dalam PPJB ditentukan dengan cara
bahwa:”meskipun telah diperjanjikan bahwa si musyawarah. Penyelesaian perselisihan yang
penjual tidak akan menanggung suatu apapun, diatur dalam Kepmen PPJB baru digunakan
namun ia tetap bertanggung jawab tentang apa apabila secara musyawarah tidak diperoleh
yang berupa akibat dari suatu perbuatan yang kesepakatan. Kepmen PPJB memberikan jalan
dilakukan olehnya, segala perjanjian yang keluar untuk menyelesaikan sengketa di antara
bertentangan dengan ini adalah batal”. penjual dan pembeli rumah melalui Badan
Kewajiban-kewajiban pembeli dalam jual Arbitrase Nasional Indonesia.
beli rumah di perumahan juga diatur secara
khusus didalam Kepmen PPJB. Antara lain D. Kesimpulan
konsumen sebagai pembeli mempunyai ke- Asas itkad baik dilaksanakan dalam tahap
wajiban membayar harga tanah dan rumah sesuai prakontraktual pada Perjanjian Pendahuluan Jual
harga termasuk biaya-biaya yang diperjanjikan. Beli Rumah (PPJB) karena dalam ketiga tahapan
Keterlambatan pembayaran denda yang harus kontrak selalu terkandung itikad baik. Itikad baik
dibayar sebesar 2/1000 dari jumlah angsuran yang dalam tahap prakontraktual adalah itikad baik
telah jatuh tempo untuk setiap hari keterlambatan. subjektif. Namun karena dalam jual beli rumah
Ketentuan ini berbeda dengan isi PPJB di mana ini ada perjanjian pendahuluan yang mendahului
setiap tujuh hari keterlambatan maka konsumen Perjanjian Jual Beli yang sesungguhnya, maka
harus membayar 1% dari nilai jual beli. PPJB itu tetap mempunyai kekuatan mengikat
Berdasarkan wawancara dengan bagian berdasarkan kejujuran.
legal responden developer alasan mengatur Perlindungan hukum yang dapat digunakan
berbeda dengan Kepmen PPJB karena adanya ketika apa yang diperjanjikan oleh developer
asas kebebasan berkontrak. Namun bukan berarti tidak tercantum dalam perjanjian pendahuluannya
adanya asas kebebasan berkontrak maka para maka konsumen dapat menggunakan ketentuan
pihak bisa bebas sebebas bebasnya mengatur isi Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat
perjanjian. Asas kebebasan berkontrak dibatasi Nomor 9 Tahun 1995.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Subekti, 2009, Hukum Perjanjian, Intermasa,


Barkatullah, Abdul Halim, 2010, Bisnis E-Com- Jakarta.
merce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum Kristiyanti, Celina Tri Siwi, 2008, Hukum Perlin-
di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. dungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta.
Khairandy, Ridwan, 2003, Itikad Baik dalam
Kebebasan Berkontrak, Pascasarjana Fakultas B. Peraturan Perundang-undangan
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. Burgerlijk Wetboek voor Indonesië (Staatsblad
514 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012, Halaman 377 - 569

Tahun 1847 Nomor 23). Indonesia Nomor 3821).


Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Perumahan dan Kawasan Permukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Negara Republik Indonesia Nomor 2043). Republik Indonesia Nomor 5188).
Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Nomor 09/KPTS/M/1995 tentang Pedoman
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor Pengikatan Jual Beli tentang Perjanjian
22, Tambahan Lembaran Negara Republik Pengikatan Jual Beli (PPJB).

Anda mungkin juga menyukai