ABSTRAK
.
PERJANJIAN JUAL BELI PERUMAHAN YANG MEMUAT KLAUSULA EKSONERASI
BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
(Studi Kasus Perumahan Araya Kabupaten Bogor)
PENDAHULUAN
pihak syarat batal selalu itu dianggap beberapa angsuran, dan setiap kali
tercantum di dalam perjanjian tersebut. pembayaran angsuran diperhitungkan sebagai
Salah satu permasalahan pelunasan harga.
perumahan yang paling mendasar adalah Angsuran terakhir berupa
perjanjian jual beli rumah yang dibuat dalam pelunasan oleh pembeli menggunakan
bentuk kontrak baku atau dikenal juga fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR). Oleh
dengan istilah kontrak standard. Dikatakan karena pembayaran angsuran terakhir akan
bersifat baku karena perjanjian ini dibuat menggunakan kredit dari bank dengan
secara sepihak yakni oleh pelaku usaha dan jaminan rumah dan tanah berupa sertifikat
mengandung ketentuan yang berlaku umum atas nama pembeli maka hak milik atas barang
(massal), sehingga pihak lain (konsumen) itu baru akan beralih setelah pelunasan
hanya memiliki dua pilihan: menyetujui atau pinjaman yang dilakukan oleh pembeli
menolaknya. Dalam kontrak ini seringkali kepada bank yang memfasilitasinya.
memuat klausula eksonerasi yang isinya Bilamana pembeli tidak menggunakan jasa
adalah pengalihan pertanggungjawaban bank untuk pelunasan harga rumah dan tanah
pelaku usaha sehingga merugikan pihak maka angsuran terakhir ini adalah pelunasan
konsumen. Tujuan dibuatnya kontrak harga dari obyek yang diperjanjikan sebagai
standard adalah untuk memberikan saat yang menentukan hak milik atas rumah
kepraktisan bagi para pihak yang dan tanah tersebut beralih kepada pembeli.
bersangkutan. Meskipun secara prinsip Mahkamah Agung dalam
Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1999 tidak putusannya No. 495 K/Pdt/1995 tanggal 12
melarang pelaku usaha untuk membuat Desember 1995 telah memutuskan mengenai
perjanjian yang memuat klausula baku, besarnya denda keterlambatan meskipun hal
selama dan sepanjang klausula baku tersebut itu diperjanjikan menurut Mahkamah Agung
tidak mencantumkan ketentuan sebagaimana denda itu dipandang tidak layak karena
yang dilarang memuat klausula eksonerasi bertentangan dengan keputusan dan rasa
berupa pengalihan tanggung jawab kepada keadilan masyarakat. Perkara tersebut adalah
konsumen di dalam klausula baku, namun tentang hutang dengan denda keterlambatan
dalam pasal ini tidak melarang adanya pembayaran.
pembatasan tanggung jawab. Dengan
demikian tidak semua klausula eksonerasi B. Penyelesaian Jika terjadi Wanprestasi
dilarang asalkan tidak bertentangan dengan Kontrak Baku Dalam Pelaksanaan Jual
nilai-nilai kepatutan dan kesusilaan. Beli Perumahan Klausula Eksonerasi
Surat Direktur Bina Usaha No.
71/Binus-3/VIII/1986 tanggal 8 Agustus Dalam kontrak baku tidak jarang terjadi
1986 menegaskan bahwa yang dimaksudkan pelaku usaha mengalihkan kewajiban-
dengan beli sewa adalah jual-beli barang kewajiban yang seharusnya menjadi tanggung
dimana penjual melaksanakan penjualan jawab kepada konsumen. Ketentuan semacam
barang dengan cara memperhitungkan setiap ini dalam perjanjian standard dinamakan
pembayaran yang dilakukan oleh pembeli exoneration clause atau exemption clause
sebagai pelunasan atas harga barang yang yang pada umumnya yang sangat
telah disepakati bersama dan di ikat dalam memberatkan atau bahkan cenderung
suatu perjanjian serta hak milik atas barang merugikan konsumen. Menurut penjelasan
tersebut baru beralih dari penjual kepada Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan
pembeli setelah jumlah harganya dibayar Konsumen larangan pencantuman klausula
lunas oleh pembeli kepada penjual. Dari data eksonerasi di dalam perjanjian standard
yang ada dengan mencermati substansi isi dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan
perjanjian yang dibakukan oleh ke-6 konsumen setara dengan pelaku usaha
pengembang pada bagian syarat-syarat harga berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak.
dan cara pembayarannya semuanya Pasal 18 UUPK, mengatur bahwa dalam
mencantumkan tahapan pembayaran yang menawarkan barang dan atau jasa yang
terdiri dari uang tanda jadi, uang muka dan ditujukan untuk diperdagangkan pelaku usaha
uang angsuran yang dapat dilakukan dilarang membuat atau mencantumkan
PERJANJIAN JUAL BELI PERUMAHAN YANG MEMUAT KLAUSULA EKSONERASI
BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
(Studi Kasus Perumahan Araya Kabupaten Bogor)langsung untuk melakukan
maupun tidak
segala tindakan sepihak yang berkaitan
dengan barang yang dibeli oleh konsumen
klausula baku pada setiap dokumen dan/atau secara angsuran.
perjanjian apabila klausula baku tersebut Dari hasil penelitian yang dilakukan
yang isinya berkaitan dengan penelitian ini menunjukkan bahwa perjanjian baku
sebagai berikut : berklausula eksonerasi berupa tindakan
Pengalihan tanggung jawab sepihak tersebut adalah berat sebelah dengan
pengembang sebagai pelaku usaha Klausula berbagai alasan antara lain : pengembang
eksonerasi adalah perjanjian-perjanjian yang terlalu tinggi mencari keuntungan,
disertai syarat-syarat mengenai kewenangan pengembang memanfaatkan konsumen yang
salah satu pihak dalam hal ini produsen sangat mendesak kebutuhannya terhadap
tentang pengalihan kewajiban atau tanggung rumah, pengembang hanya menunjuk salah
jawabnya terhadap produk yang akibatnya satu bank yang telah menjadi mitra kerjanya
merugikan konsumen. untuk merealisasi KPR, pembeli tidak
Dengan demikian uang yang telah diberikan kesempatan untuk merubah syarat-
diterima oleh pihak pertama berupa tanda syarat baku dalam perjanjian serta posisi
jadi dan uang muka menjadi hangus dengan konsumen sangat lemah berhadapan dengan
sendirinya dan pihak pertama berhak pengembang. Dari hasil penelitian data
menjual/mengambil alihkan rumah dan tanah menunjukkan bahwa semua narasumber
tersebut kepada pihak ketiga”. Ketentuan- menyatakan syarat-syarat eksonerasi yang
ketentuan di atas adalah bertentangan dengan dicantumkan dalam perjanjian jual-beli
Pasal 18 ayat (1) huruf d Undang-Undang perumahan adalah melanggar Undang-
Nomor. 8 Tahun 1999 yang isinya adalah Undang perlindungan konsumen
pelaku usaha dilarang baik secara langsung
Peraturan Perundang-Undangan: