Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
Puji syukur atas kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan Saya kemudahan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata
kuliah Hukum Perlindungan Konsumen yang berjudul “Penerapan Asas Keseimbangan
dalam Jual Beli Rumah Susun” dapat selesai tepat waktu. Tersusunya makalah ini
tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil
dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tak ada gading yang tak retak, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dari bentuk penyusunan maupun materinya. Keritik konstruktif
dari pembacaan sangat Saya harapkan penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.....................................................................................10
B. Saran ..............................................................................................10
Perjanjian jual beli rumah susun merupakan transaksi hukum yang melibatkan
dua pihak, yaitu pengembang atau pemilik rumah susun sebagai penjual dan pembeli
sebagai pihak yang memperoleh rumah susun. Dalam konteks ini, penerapan asas
keseimbangan memiliki peranan penting untuk menciptakan hubungan kontrak yang
adil dan seimbang antara kedua belah pihak. Pada bab ini, akan dikaji literatur
mengenai penerapan asas keseimbangan dalam jual beli rumah susun.
Asas Keseimbangan dalam Jual Beli Rumah Susun
Asas keseimbangan merupakan prinsip hukum kontrak yang menekankan
pentingnya terdapat kesetaraan dan keadilan dalam hubungan kontrak. Penerapan asas
keseimbangan dalam jual beli rumah susun bertujuan untuk melindungi kepentingan
pembeli, mencegah penyalahgunaan atau ketidakseimbangan kekuatan oleh pihak
pengembang atau pemilik rumah susun, serta menciptakan keadilan dalam transaksi
tersebut.
Keterbukaan dan Kesetaraan Informasi
Salah satu aspek utama dalam penerapan asas keseimbangan dalam jual beli
rumah susun adalah keterbukaan dan kesetaraan informasi antara kedua belah pihak.
Pihak pengembang atau pemilik rumah susun memiliki kewajiban untuk memberikan
informasi yang jelas, akurat, dan lengkap kepada pembeli mengenai berbagai aspek
yang terkait dengan rumah susun yang akan dibeli. Informasi tersebut meliputi
spesifikasi rumah susun, luas, fasilitas, izin-izin yang dimiliki, status kepemilikan
tanah, harga, dan ketentuan lainnya yang relevan. Dengan adanya keterbukaan dan
kesetaraan informasi, pembeli dapat membuat keputusan yang tepat dan terhindar dari
ketidakseimbangan pengetahuan dengan pihak pengembang atau pemilik rumah
susun.
Kesetaraan Hak dan Kewajiban
Penerapan asas keseimbangan dalam jual beli rumah susun juga mencakup
kesetaraan hak dan kewajiban antara pihak pengembang atau pemilik rumah susun
dengan pembeli. Pembeli memiliki hak untuk memperoleh rumah susun sesuai
dengan spesifikasi yang telah disepakati, hak untuk mendapatkan jaminan keamanan
dan kualitas, serta hak untuk mengajukan klaim atau ganti rugi jika terjadi
ketidaksesuaian atau cacat pada rumah susun yang dibeli. Di sisi lain, pembeli juga
memiliki kewajiban, seperti melakukan pembayaran harga secara tepat waktu,
menjaga dan memelihara rumah susun, serta mematuhi peraturan dan ketentuan yang
berlaku.1
1
Perjanjian jual beli, rumah susun, asas keseimbangan, kesetaraan hak, kepentingan bersama, perlindungan konsumen.
Alur proses jual beli rumah susun yang terjadi dalam praktiknya, yaitu
pengembang melakukan iklan pemasaran rumah susun yang akan diperjual belikan.
Dalam melakukan pemasaran, pengembang melakukan promosi untuk menarik minat
calon pembeli. Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen. Pembelian rumah susun merupakan jual beli
sebagaimana diatur dalam Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Perdata). Namun berbeda dengan transaksi jual beli pada umumnya, pembelian rumah
susun biasanya dapat dilakukan sebelum rumah susun itu selesai dibangun, bahkan
belum mulai dibangun sama sekali.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang tersebut, yang menjadi pokok
permasalahan dalam penulisan ini adalah :
1. Bagaimanakah perlindungan hukum jual beli rusun terhadap konsumen dalam
menerapkan asas keseimbangan?
2. Apakah perjanjian jual beli rusun telah memenuhi asas keseimbangan dalam
perjanjian hukum?
C. Tujuan Penelitian
Adapun dilakukannya penulisan ini adalah:
2
Dasar Hukum Sistem PPJB dalam Pembelian Rumah Susun.
E. Metode Penelitian
Pada Penelitian ini, metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Metode Pendekatan Masalah
Metode pendekatan masalah dilakukan pada penelitian ini ialah metode
Pendekatan Yuridis Normatif, yaaitu suatu penelitian yang menekankan pada
peraturan-peraturan hukum yang berlaku serta dalam hal ini penelitian dilakukan
dengan berawal dari penelitian hukum keperpustakaan yang dilakukan dengan
cara meneliti bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder belaka. Artinya
Penelitian ini dilakukan dengan melihat data sekunder atau sekunder belaka
tentang penerapan asas keseimbangan dalam jual beli rumah susun.
Jual beli secara etimologis, berarti menukar harta dengan harta. Sedangkan
menurut terminologi jual beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual
yakni pihak yang menyerahkan atau menjual barang dan pembeli sebagai pihak
yang membayar atau membeli barang yang di jual. Istilah perjanjian jual beli
berasal dari terjemahan cantract of sale. Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal
1457 sampai dengan Pasal 1540 KUH Perdata. Yang dimaksud dengan jual beli
adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang
telah dijanjikan (Pasal 1457 KUH Perdata). Dalam sejarahnya, perlindungan
konsumen pernah secara prinsipal menganut asas the privity of contract. Artinya,
pelaku usaha hanya dapat dimintakan pertanggungjawaban hukumnya sepanjang
Dan menurut Pasal 1457 KUHPerdata, perjanjian jual beli adalah perjanjian
antara penjual dan pembeli di mana penjual mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan hak miliknya atas suatu barang kepada pembeli, dan pembeli
mengikatkan dirinya untuk membayar harga barang itu. Pada Pasal 1243
KUHPerdata mengatur bahwa perjanjian yang dibuat secara sah mengikat untuk
kedua belah pihak. Kesepakatan jual beli satuan rumah susun bisa belangsung
lantaran adanya permintaan pembeli untuk membeli rumah susun yang belum
selesai dibangun oleh developer. Dalam setiap transaksi jual-beli merupakan
sebuah perjanjian yang harus dijamin secara tertulis. Untuk itu dibuatlah surat
perjanjian jual-beli yang nantinya akan mengikat kedua belah pihak. Surat ini
nantinya akan menjadi bukti transaksi sekaligus memastikan kedua pihak sudah
melaksanakan kewajibannya masing-masing. Tidak seperti penjualan barang-
barang kecil, transaksi jual beli dengan nilai tinggi seperti tanah, membutuhkan
surat perjanjian jual beli. Hal tersebut dilakukan demi menjaga keamanan kedua
belah pihak dari wanprestasi, baik pihak penjual maupun pembelinya. Anda harus
bisa menyusun dan menganalisa surat perjanjian jual beli rumah tanpa notaris.
Jika Anda tidak mempelajarinya dengan cermat, Anda bisa dengan mudah
terperosok ke dalam transaksi merugikan. Dilihat dari ketentuan tersebut
disebutkan pada pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang
Rumah Susun, yang berbunyi: “Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat
yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian- bagian yang
distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing- masing dapat dimiliki dan digunakan
secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian
bersama, benda bersama dan tanah bersama.”
Asas hukum diartikan sebagai ekstraksi dari setiap peraturan yang berlaku di
masyarakat, mencakup peraturan yang dibuat oleh lembaga berwenang atau
peraturan yang hidup dan berkembang di masyarakat, atau dalam hal ini asas
hukum merupakan abstraksi yang terkandung dalam tiap peraturan yang bersifat
konkret. Jika dikaitkan antara asas-asas hukum dengan perjanjian, maka asas
hukum ialah dasar hukum perjanjian. Dapat dikatakan demikian karena sokoguru
dari hukum perjanjian adalah prinsip dan asas hukum tersebut, karena mampu
memberikan gambaran bagaimana latar belakang cara berpikir dari dasar hukum
perjanjian. Asas keseimbangan yang bermaksud untuk melindungi konsumen serta
memberikan keseimbangan antara konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam
arti materiil ataupun spiritual. Asas keseimbangan merupakan asas yang sangat
mendasar dalam hukum perjanjian untuk mewujudkan keadilan. Oleh karenanya
pihak yang dirugikan harus dilindungi, dengan cara pihak yang telah melakukan
wanprestasi harus menanggung akibat/konsekuensi yuridis yaitu haruslah
menanggung akibat atau hukuman berupa.