Tulisan ini dipergunakan untuk memenuhi komponen nilai ujian tengah semester
NPM: 110110110197
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014
“DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA UJIAN TENGAH SEMESTER INI
MURNI DIKERJAKAN SENDIRI TANPA ADANYA BANTUAN DARI ORANG LAIN”
2
BAB 1
Kontrak Dagang merupakan bidang hukum yang sangat penting di era ini
terutama dalam mendukung kegiatan di sektor perdagangan dan transaksi bisnis
internasional2. Menyatukan hubungan antara para pihak dalam lingkup internasional
bukanlah persoalan yang sederhana. Hal ini menyangkut perbedaan sistem, paradigma,
dan aturan hukum yang berlaku sebagai suatu aturan yang bersifat memaksa untuk
dipatuhi oleh para pihak di masing-masing perusahaan bahkan Negara.
itu sendiri. Pada awalnya perdagangan dilakukan secara barter antara dua belah pihak
yang langsung bertemu dan bertatap muka yang kemudian melakukan suatu
kesepakatan mengenai apa yang akan dipertukarkan tanpa ada suatu perjanjian.
3
Setelah ditemukannya alat pembayaran maka lambat laun berter berubah menjadi
kegiatan jual beli sehingga menimbulkan perkembangan tata cara perdagangan. Tata
cara perdagangan kemudian berkembang dengan adanya suatu perjanjian diantara
kedua belah pihak yang sepakat mengadakan suatu perjanjian perdagangan
yang di dalam perjanjian tersebut mengatur mengenai apa hak dan kewajiban diantara
kedua belah pihak.
Bagi suatu perusahaan penentuan kebijaksanaan yang berkaitan dengan
masalah, apakah pengukuran dan pengakuan pendapatan harus sesuai dengan prinsip
akuntansi yang diterima umum. Hal ini penting dan harus dilaksanakan. Pengakuan
perlu dilakukan pada saat yang tepat atas suatu kejadian ekonomi yang menghasilkan
pendapatan. Jumlah pendapatan yang diakui juga harus diukur secara tepat dan pasti.
Permasalahan ini akan selalu muncul bila terjadi sebuah transaksi yang berhubungan
dengan pendapatan dalam suatu perdagangan 4
3
Ibid
4
Ibid hlm 5
4
KASUS POSISI
PT PRIMA JAYA INDAH yang bergerak di Usaha Pertambangan mengirimkan
surat No. 019/EVER-LETT/IV/2011 pada tanggal 15 april 2011 untuk meminta
konfirmasi EVERPIONEER terkait rencana termohon mengirimkan 9 orang ke lokasi
pemuatan batubara guna melakukan inspeksi dan analisa sampel batu bara akan tetapi
karena PT Everpioneer belum juga mengeluarkan surat ijin masuk (ke lokasi pemuatan)
sebagaimana diminta oleh pemohon pada tanggal 15 april 2012 maka pemohon
menanyakan kembali surat ijin masuk dimaksud pada tanggal 19 april 2011 dengan
mengirimkan surat no. 023/EVER-LETT/IV/2011. EVERPIONEER melakukan
wanprestasi terhadap pelaksanaan perjanjian jual-beli dan dengan tindakan
EVERPIONEER yang menghambat tim PRIMA JAYA INDAH yang akan melakukan
5
inspeksi batu bara sebelum pemuatn, sangat kuat indikasinya bahwa pihak
EVERPIONEER sengaja menutupi kualitas (kandungan NAR) batu bara yang dijualnya
terhadap pemohon, karena sebelumnya termohon sudah mengetahui bahwa kandungan
NAR batubara yang dijualnya berada dibawah spesifikasi yang diperjanjikan dalam
perjanjian jual-beli dan juga termohon melalui saksinya Anton Mustika Yahya dalam
pemeriksaan Arbitrase BANI telah melakukan tipu daya dengan menyampaikan
keterangan yang menyesatkan, sebagaimana tertera pada putusan BANI halaman 17
butir 1, yang mana akibat dari pernyataan termohon yang menyesatkan tersebut, arbiter
dalam pertimbangan hukumnya sebagaimana tertera pada putusan BANI telah menilai
adanya ketidak konsistenan terkait tuduhan pemohon selaku pembeli batubara.
Termohon telah menyembunyikan fakta-fakta (maupun dokumen) yang menentukan
terhadap hasil putusan BANI di dalam proses pemeriksaan arbitrase, dan dengan
tindakannya tersebut EVERPIONEER juga telah terbukti melakukan tipu daya untuk
mempengaruhi penilaian arbitrer dalam mempetimbangkan secara hukum dan memutus
perkara arbitrase.
PERMASALAHAN HUKUM
TINJAUAN TEORITIK
Prinsip-Prinsip UNIDROIT
1. Kebebasan Berkontrak
2. Itikad Baik (good faith) dan transaksi jujur (fair dealing)
3. Diakuinya kebiasaan transaksi bisnis di Negara setempat
4. Kesempatan melalui penawaran (offer) dan penerimaan (acceptance)
6
- Prinsip Itikad Baik (good faith) dan Transaksi Jujur (fair Dealing)
1. Landasan utama setiap kontrak internasional
2. Prinsip ini bersifat memaksa
5
UNIDROIT, www.unidroit.org, diakses tanggal 16 Oktober Pukul 21.20 wib.
6
Taryana Sunandar, Prinsip-Prinsip UNIDROIT sebagai Sumber Hukum Kontrak dan Penyelesaian
Sengketa Bisnis Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 34-35.
7
3. Meliputi seluruh proses kontrak, mulai dari negosiasi, pembuatan pelaksaan sampai
berakhirnya kontrak.
- Prinsip Diakuinya Praktek Kebiasaan dalam Transaksi Bisnis sebagai Hukum Memaksa
1. Seseorang yang melakukan hubungan kontraktual dengan mitra bisnis di luar negeri,
dalam praktek harus tunduk pada hukum kebiasaan setempat.
2. Praktek bisnis yang sudah biasa berlaku diantara para pihak secara otomatis akan
mengikat para pihak, kecuali para pihak secara tegas mengabaikannya.
Perbedaan yang secara nyata tidak mungkin dapat dihilangkan ialah aspek
teritorial dimana penerapan prinsip-prinsip kontrak UNIDROIT sasaran utamanya
adalah teritory internasional sedangkan prinsip-prinsip hukum kontrak Indonesia
berada dalam teritorial Indonesia sehingga hanya berlaku secara nasional. Namun
demikian bukan berarti bahwa prinsip-prinsip nasional secara mutlak tidak dapat
digunakan untuk transaksi internasional, justru prinsip-prinsip yang terakumulasi
8
sebagai hukum nasional ini merupakan akar dari pembentukan kontrak internasional
karena kontrak internasional muncul sebagai hukum nasional yang diberi unsur
asing yaitu berbedanya kebangsaan, domisili, pilihan hukum, tempat penyelesaian
sengketa, penandatanganan kontrak, objek, bahasa, dan mata uang yang digunakan
semuanya dilekati oleh unsur asing sehingga menimbulkan perbedaan sistem
diantara kontrak internasional dengan ketentuan kontrak di indonesia. Namun
demikian diantara keduanya memiliki prinsip fundamental yang sama7.
3. Adanya prinsip itikad baik, yang pada intinya bertujuan untuk menciptakan
keadilan bagi para pihak dalam bertransaksi. Prinsip ini merupakan landasan utama
untuk para pihak mengadakan kontrak, sesuai dengan teori kepercayaan sebagai
7
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995,
hlm 195-200.
9
daya mengikatnya suatu kontrak karena diawali dengan itikad baik maka akan
menumbuhkan saling kepercayaan sehingga kontrak dapat direalisasikan dengan
baik. Setiap pihak harus menjiunjung tinggi prinsip ini dalam keseluruhan jalannya
kontrak mulai dari proses negosiasi, pembuatan, pelaksanaan sampai kepada
berakhirnya kontrak.
5. Konsekuensi dari pelaksanaan semua prinsip di atas pada akhirnya akan bermuara
pada suatu teori gevaarzetting yang intinya adalah sebuah konsekuensi akhir yang
harus diterima oleh adanya akibat dilaksanakannya suatu kehendak membuat
kontrak. Keuntungan ataupun kerugian yang ditimbulkan itu sudah harus menjadi
tanggung jawabnya para pihak yang bersangkutan. Pelanggaran dari kesepakatan
yang telah dibuat antara para pihak akan menimbulkan kerugian yang wajib
ditanggung oleh pihak yang mendapat kerugian tersebut tanpa tuntutan kepada
pihak yang lainnya.
6. Pilihan hukum yang digunakan sejak proses negosiasi, pada tahap ini sudah tidak
lagi dapat digunakan karena pada tahap ini adalah tahap pencapaian hasil dari
segala kontrak yang telah disepakati bersama diantara para pihak.8
Perbedaan secara nyata tidak mungkin dapat dihilangkan ialah aspek territorial
dimana penerapan prinsip-prinsip kontrak UNIDROIT sasaran utamanya adalah territory
internasional sedangkan prinsip-prinsip hukum kontrak Indonesia berada dalam
territorial Indonesia sehingga hanya berlaku secara nasional. Namun demikian bukan
berarti bahwa prinsip-prinsip nasional secara mutlak tidak dapat digunakan untuk
transaksi internasional, justru prinsip-prinsip yang terakumulasi sebagai hukum nasional
ini merupakan akar dari pembentukan kontrak internasional karena kontrak internasional
muncul sebagai hukum nasional yang di beri unsur asing yaitu berbedanya kebangsaan,
domisili, pilihan hukum, tempat penyelesaian sengketa, penandatangan kontrak, objek,
bahasa, dan mata uang yang digunakan semuanya dilekati oleh unsur asing sehingga
menimbulkan perbedaan system diantara kontrak internasional dengan ketentuan
kontrak di Indonesia. Namun demikian diantara keduanya memiliki prinsip yang sama9.
BAB III
RINGKASAN PUTUSAN
A. Para Pihak
1. EVERPIONEER CO. LTD., yang diwakili oleh Direktur Mr. Kim Sam Youn,
berkedudukan di superior Building 12th Floor, Daechil-Dong 945-5, Gangnam-Gu,
Seoul, Korea, dalam hal ini memberi kuasa kepada Dosdo B.C.H Siahaan, S.H, dan
kawan-kawan, para Advokat pada Law Firm Krisna Hernandi & Partners, berkantor
di CBD-BIDEX No. F-26, Jalan Pahlawan Seribu, BSD City, Tanggerang Selatan,
berdasarkan surat kuasa khusus pada tanggal 20 Juli 2012 dan kemudian member
kuasa khusus (substitusi) kepada Payan Siregar, S.H, berdasarkan Surat Kuasa
Subsitusi tertanggal 29 Januari 2013, sebagai pemohon Bandung dahulu Pemohon
(Termohon Arbitrase)
2. PT. PRIMA JAYA INDAH, yang diwakili oleh Direktur Hasan Kasim, berkedudukan di
Jl, Raya Kosambi Barat No.8 Tanggerang, dalam hal ini member kuasa kepada Tony
Budidjaja, S.H, LL.M, MCIarb., dan kawan-kawan, para Advokat dan Asistten
Advokat pada kantor Hukum BudiJaja & Associates, berkantor di Land Mark Center
II Lantai 8 Jl, Jenderal Sudirman No. 1 Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
9
Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 145
11
Bahwa selama putusan BANI yang dimintakan keberatan oleh pihak yang
diselesaikan perkaranya secara arbitrase, Pengadilan harus sudah
menganggap cukup, sekalipun harus dibatalkan tidak membawa
konsekwensi apapun terhadap BANI yang berperkara adalah pihak-pihak;
• Bahwa memperhatikan dengan saksama ketentuan dalam Pasal 70 dan
“penjelasan”nya adalah sangat imperative untuk dapat memeriksa
“substansi putusan Arbitrase”;
• Bahwa tidak ada putusan Pengadilan “terdahulu” yang telah
mengakomodir syarat Pasal 70 baik dalam angka a, b dan c yang
dilampirkan ataupun diajukan Pemohon/Termohon Arbitrase dalam
perkara ini;
• Bahwa dengan demikian “syarat formil” dalam mengajukan gugatan
pembatalan putusan arbitrase belum terpenuhi, sehingga gugatan harus
dinyatakan tidak dapat diterima;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka permohonan
banding yang diajukan oleh Pemohon Banding EVERPIONEER CO. LTD tersebut
harus ditolak dengan perbaikan pertimbangan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Nomor 325/PDT.G/ARB/2012/ PN.JKT.PST. tanggal 3 April 2013;
Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, H.
Soltoni Mohdally, SH.,MH., dan Dr. Abdurrahman, SH.,MH., Hakim-Hakim Agung
masing-masing sebagai Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan dihadiri oleh Anggota-Anggota
tersebut dan dibantu oleh Ferry Agustina Budi Utami, SH.,MH., Panitera Pengganti,
dengan tidak dihadiri oleh para pihak.
Anggota-anggota, K e t u a,
Panitera Pengganti,
Biaya-biaya:
1. Meterai : Rp 6.000,00
2. Redaksi : Rp 5.000,00
3. Administrasi Kasasi : Rp489.000,00 +
Jumlah : Rp500.000,00
BAB IV
ANAISIS KASUS
(a). surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan,
diakui palsu atau dinyatakan palsu
(b). setelah putusan diambil, ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang
disembunyikan oleh pihak lawan;
(c). putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam
pemeriksaan sengketa.
14
10
Penjelasan Pasal 70 UU Arbitrase
11
Ibid
15
Lex Mercatoria, diartikan sebagai hukum yang seragam (uniform law) yang
keberadaannya diterima oleh komunitas komersial di berbagai negara dan sebagian ahli
mendefinisikan Lex Mercatoria sebagai hukum kebiasaan komersial internasional.
Lex Mercatoria
Dalam CISG
Rules designed for cross-border contracts of sale
What else can be said in favour of an application of the CISG?
If we compare the CISG to national law, we will find that the CISG is specially designed
for international contract of sale.In the new German sales law, the buyer, in case of a
defective good, has to give the seller the chance to cure--let's say to repair the defect.
But if the seller does not do that, and if there is still some lack of conformity, the buyer
has the right to declare the contract avoided. And if the buyer declares the contract
avoided, the seller has to tak e back the goods, and he has to pay back the price to the
buyer.12
dalam prinsip hukuk kontrak di Indonesia, consensus para pihak yang termuat dalam
Pasal 1320 tentang syarat sahnya perjanjian yang salah satunya adalah adanya sepakat
para pihak merupakan sesuatu yang paling penting meskipun tidak dilakukan secara
tertulis karena dalam ketentuan pasal tersebut pun tidak menyebutkan adanya
kewajiban para pihak untuk menuangkan kesepakatannya dalam bentuk tertulis.
Formalitas tulisan hanya dibutuhkan sebagai alat pembuktian jika terjadi sengketa yang
mengharuskan dibuktikannya suatu alasan persengketaan.
2. Adanya prinsip kebebasan berkontrak
Pada intinya memberikan peluang kepada para pihak yang menentukan apa yang
mereka sepakati, baik berkaitan dengna bentuk maupun isi dari kontrak itu sendiri.
Prinsip kebebasan berkontrak ini dilandasi oleh teori kehendak dan teori pernyataan
sebagaimana juga sesuai diterapkan pada prinsip konsensualisme karena tanpa adanya
kehendak dan pernyataan maka tidak akan timbul consensus diantaranya para pihak
sehingga tidak ada kesepakatan maka daya mengikat dari suatu kontrak tidak akan
berlaku.
3. Adanya prinsip itikad baik
Pada intinya bertujuan untuk menciptakan keadilan bagi para pihak dalam bertransaksi.
Prinsip ini merupakan landasan utama untuk para pihak mengadakan kontrak, sesuai
dengan teori kepercayaan sebagai daya mengikatnya suatu kontrak karena diawali
dengan itikad baik maka akan menumbuhkan saling kepercayaan sehingga kontrak
dapat direalisasikan dengan baik. setiap pihak harus menjunjung tinggi prinsip ini dalam
keseluruhan jalannya kontrak mulai dari proses negosiasi, pembuatan, pelaksanaan
sampai kepada berakhirnya kontrak.
4. Prinsip Kepastian Hukum
Adanya prinsip kepastian hukum memberikan perlindungan bagi para pihak dari itikad
tidak baik pihak-pihak bersangkutan ataupun pihak ketiga. Kontrak yang telah disepakati
dianggap berlaku mengikat seperti undang-undang bagi para pembuatnya dan tidak bisa
diubah tanpa persetujuan dari pihak-pihak yang membuatnya13.
5. Asas kepribadian (personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan dan membuat kontrak hanya untuk kepentingan perorangan saja. Hal ini
dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPer. Pasal 1315 KUHPer
menegaskan: pasa umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau
13
UNIDROIT: An Overview, http://www.unidroit.org, diakses tanggal 16 Oktober, pukul 22.44 wib.
17
perjanjian selain untuk dirinya sendiri. Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk
mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri.
Pasal 1340 KUHPer berbunyi: “perjanjian hanya berlaku antara pihak yang
membuatnya”. Hal ini mengandung maksud bahwa perjanjian yang dibuat para pihak
hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun demikian, ketentuan itu terdapat
pengecualiannya sebagaimana dalam Pasal 1317 KUHPer yang menyatakan: “dapat
pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang
dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu
syarat semacam itu”. Pasal ini mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan
kontrak untuk kepentingan pihak ketiga dengan adanya suatu syarat yang ditentukan.
Sedangkan di dalam Pasal 1318 KUHPer, tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri
sendiri, melainkan juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang
memperoleh hak daripadanya. Jika dibandungkan kedua pasal itu maka Pasal 1317
KUHPer mengatur tentang perjanjian untuk pihak ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318
KUHPer untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli warsnya dan orang-orang yang
memperoleh hak dari yang membuatnya. Dengan demikian, pasal 1317 KUHPer
mengatur tentang pengecualiannya, sedangkan Pasal 1318 KUHPer memiliki ruang
lingkup yang luas14.
Perbedaan secara nyata tidak mungkin dapat dihilangkan ialah aspek territorial
dimana penerapan prinsip-prinsip kontrak UNIDROIT sasaran utamanya adalah territory
internasional sedangkan prinsip-prinsip hukum kontrak Indonesia berada dalam
14
Torkis L. Tobing, Asas-asas dalam Berkontrak: Suatu TInjauan Historis Yuridis pada Hukum Perjanjian,
kilstobing.blog.plasa.com
15
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta, 2009, hlm. 88.
18
territorial Indonesia sehingga hanya berlaku secara nasional. Namun demikian bukan
berarti bahwa prinsip-prinsip nasional secara mutlak tidak dapat digunakan untuk
transaksi internasional, justru prinsip-prinsip yang terakumulasi sebagai hukum nasional
ini merupakan akar dari pembentukan kontrak internasional karena kontrak internasional
muncul sebagai hukum nasional yang di beri unsure asing yaitu berbedanya
kebangsaan, domisili, pilihan hukum, tempat penyelesaian sengketa, penandatangan
kontrak, objek, bahasa, dan mata uang yang digunakan semuanya dilekati oleh unsur
asing sehingga menimbulkan perbedaan system diantara kontrak internasional dengan
ketentuan kontrak di Indonesia. Namun demikian diantara keduanya memiliki prinsip
yang sama.16
BAB V
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSKATA
Adolf Huala 2007, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional, Bandung: PT. Refika litama, , ,
J. Satrio,1995, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
Sunandar, Taryana, 2004, Prinsip-Prinsip UNIDROIT sebagai Sumber Hukum Kontrak dan Penyelesaian
Sengketa Bisnis Internasional,Jakarta: Sinar Grafika, Jakarta,
20
International Journal
Franco Ferrari , Fundamental breach of contract under the UN Sales Convention - 25 years article 25
CISG. International Business Law Journal, 2005
Leonardo Graffi, Case law on the concept of "fundamental breach" in the Vienna Sales
Convention,International Business Law Journal , 2003
Peter Gruber , The Convention on the International Sale of Goods (CISG) in arbitration International
Business Law Journal, 2009
Michele Vanwijck-Alexandre, Anticipatory breach and instalment contracts in the CISG, International
Business Law Journal, 2001
,