Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU PRAKTIKUM 3

Untuk Memenuhi Mata Kuliah

HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PERPAJAKAN

Dosen Pengampu : Ayu Puspitasari, S.E., M.Si.

Dosen Pengajar : Ayu Puspitasari, S.E., M.Si.

: Heru Iskhan

: Fasida Dharma Yudastoro

Disusun oleh:

Larasati Othanindyah Satiti (4132101091)

LPI 3C PAGI

PROGRAM STUDI LOGISTIK PERDAGANGAN INTERNASIONAL

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS

POLITEKNIK NEGERI BATAM

Batam, 22 September 2022


TUGAS INDIVIDU PRAKTIKUM 3

SOAL DAN JAWABAN

1. Menyimak video dibawah ini sebagai berikut.

a. International Trade Agreement

b. Merancang Kontrak Dagang untuk Ekspor

c. Perjanjian Berstandar atau Perjanjian Baku dalam Transaksi Perdagangan

Internasional

d. Prosedur Ekspor, Korespondensi, dan Sales Contract-Polibatam-Akutansi 2019

2. Setelah menyimak video diatas, jelaskan mengenai

a. Kontrak Perjanjian dan Perjanjian Berstandar

Jawab

Kontrak sendiri merupakan persetujuan yang besanksi hukum antara dua pihak atau

lebih untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan. Sedangakan untuk pengertian

kontrak dagang internasional adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang memiliki

nilai komersial tertentu, dimana salah satu pihak berada di luar kawasan pabean. Fungsi

kontrak dagang adalah jaminan pencapaian tujuan bersama, penampungan pokok

kesepahaman bersama, melaksanakan hak dan kewajiban yang telah disepakati terhadap

barang dan jasa agar tidak terjadi pelanggaran, alat kontrol pemenuhan hak dan kewajiban

para pihak, landasan hukum penyelesaian, dan alat bukti diuji di pengadilan. Kontrak

dagang juga memiliki manfaat untuk memberikan kepastian atas status pemesanan,

memberikan kepastian atas barang dan jasa yang diperdagangkan, memberikan kepastian

waktu pemenuhan hak dan kewajiban para pihak, memberikan kapasitas atas prosedur
pembayaran, mengurangi resiko kerugian, dan dapat memberikan kepastian tentang

resiko yang ditanggung para pihak.

Dasar-dasar untuk menyusun kontrak dagang dengan didasari itikad baik, solusi untuk

kemenangan, mudah dipahami oleh para pihak, dan tidak boleh bertentangan dengan

hukum yang berlalu. Tidak ada format yang baku dalam pembuatan kontrak dagang

internasional, dimana hal yang tercantum dalam kontrak dagang yaitu nomor kontrak,

informasi para pihak secara lengkap (perusahaan dan penanggung jawab), pernyataan

persetujuan isi kontrak oleh para pihak, deskripsi barang dan jasa yang diperdagangkan

secara lengkap, harga beserta kurs mata uang yang telah disepakati, incoterms, ketentuan

pengiriman, metode pembayaran, wanprestasi para pihak, kelengkapan dokumen yang

disepakati, tanda tangan kontrak, hukum yang berlaku, penyelesaian sengketa, hal yang

dapat membatalkan kontrak, lampiran dan yang lainnya. Proses perdagangan ekspor dapat

dilakukan dari korespodensi dan penawaran, menerima produk dan harga, setelah itu

mencari informasi, mengirimkan penawaran harga, kemudian mengirimkan contoh

produk, dan negosiasi harga, metode pembayaran, dan pengiriman barang.

Perjanjian berstandar, dalam bahasa inggris disebut dengan standard contract,

standard agreement. Kata “baku” atau “standar” adalah tolak ukur yang dipakai sebagai

patokan. Keberadaan asosiasi dagang ini bertujuan untuk memfasilitasi dan

memperlancar usaha dagang. Salah satu upaya yang memfasilitasi, dengan

memperkenalkan bentuk-bentuk kontrak baku atau standar. Kontrak dagang atau standar

dapat dicantumkan melalui penguraian dalam dokumen kontrak atau hanya melalui

penunjukan saja. Contohnya incorporation of terms by reference, diantaranya syarat-

syarat perdagangan, yaitu FOB (Free on Board) tanggung jawab hukum dengan syarat

perdagangan FOB.
b. Perjanjian Baku dalam Transaksi Perdagangan Internasional

Perjanjian baku merupakan perjanjian yang menjadi tolak ukur yang dipakai sebagai

patokan atau pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan hubungan hukum dengan

pengusaha. Yang dibakukan dalam perjanjian ini dapat meliputi model, rumusan, dan

ukuran. Latar belakang dari perjanjian baku dengan lahirnya keadaan sosial ekonomi.

Dimana perusahaan besar dan pemerintah mengdakan kerjasama dalam suatu organisasi

dan untuk kepentingan yang ditentukan syarat-syarat secara sepihak. Untuk pihak

lawannya pada umumnya mempunyai kedudukan lemah, baik dalam posisinya maupun

ketidaktahuannya. Penggunaan perjanjian baku sedikit banyaknya telah menunjukkan

perkembangan yang sangat membahayakan kepentingan masyarakat, terlebih dengan

mengingat bahwa ketidaktahuan masyarakat terhadap aspek hukum secara umum dan

aspek hukum perjanjian.

Terdapat lima ciri-ciri dari perjanjian baku diantaranya bentuk perjanjian tertulis

(naskah perjanjian secara keseluruhan dan dokumen bukti perjanjian memuat syarat-

syarat), format perjanjian distandardisasikan (model, rumusan, dan ukuran. Format ini

dilakukan sehingga tidak dapat diganti, diubah, dan dibuat dengan cara lain karena sudah

dicetak, model dari perjanjian ini adalah blangko naskah dan perjanjian lengkap), syarat-

syarat perjanjian ditentukan oleh pengusaha, konsumen hanya menerima atau menolak,

dan penyelesaian sengketa melalui musyawarah. Fungsi dari perjanjian baku adalah untuk

menghemat waktu, tenaga, dan biaya-biaya transaksi, dan dapat memusatkan perhatian

pada hal-hal khusus yang lebih penting. Penetapan syarat baku dapat memberi beberapa

keuntungan bagi pengusaha. Perjanjian baku dapat memperlancarkan hubungan

pengusaha dengan sejumlah langganan dan pemasok bahan baku karena tidak perlu

berunding dulu setiap hendak melakukan transaksi.


Selama perkembangannya hampir setengah abad hukum perjanjian Indonesia

mengalami perubahan, antara lain sebagai akibat dari keputusan badan legislatif dan

eksekutif serta adanya pengaruh dari globalisasi. Adanya kebebasan ini sangat berkaitan

dengan kepentingan umum agar perjanjian baku diatur dalam undang-undang atau

setidaknya diawasi oleh pemerintah. Semakin tinggi tingkat konsumtif masyarakat

Indonesia maka makin pesat perkembangan dunia bisnis di Indonesia. Perjanjian

mengenai perjanjian baku terdapat dalam beberapa ketentuan perundang-undangan di

Indonesia. KUH Perdata sebagai salah satu sumber hukum perjanjian di Indonesia turut

serta dalam pengaturan perjanjian. Namun, pengaturannya bersifat umum, seperti syarat

sahnya perjanjian (Pasal 1320 KUH Perdata) dimana dalam hal ini perjanjian baku

sebagai salah satu macam dari perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian

dan asas kebebasan berkontrak yang menjadi salah satu asas dalam hukum perjanjian

yang juga harus diperhatikan dalam penggunaan perjanjian baku sehari-hari. Dalam

perjanjian baku terdapat pihak penanggung yang merupakan pihak yang telah

menyiapkan substansi perjanjian baku, sedangkan pihak tertanggung tinggal

menandatangani perjanjian tersebut. Para pihak yang berperan dalam penentuan

perjanjian baku adalah pihak ekonomi kuat.

Anda mungkin juga menyukai