: Heru Iskhan
Disusun oleh:
LPI 3C PAGI
Internasional
Jawab
Kontrak sendiri merupakan persetujuan yang besanksi hukum antara dua pihak atau
lebih untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan. Sedangakan untuk pengertian
kontrak dagang internasional adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang memiliki
nilai komersial tertentu, dimana salah satu pihak berada di luar kawasan pabean. Fungsi
kesepahaman bersama, melaksanakan hak dan kewajiban yang telah disepakati terhadap
barang dan jasa agar tidak terjadi pelanggaran, alat kontrol pemenuhan hak dan kewajiban
para pihak, landasan hukum penyelesaian, dan alat bukti diuji di pengadilan. Kontrak
dagang juga memiliki manfaat untuk memberikan kepastian atas status pemesanan,
memberikan kepastian atas barang dan jasa yang diperdagangkan, memberikan kepastian
waktu pemenuhan hak dan kewajiban para pihak, memberikan kapasitas atas prosedur
pembayaran, mengurangi resiko kerugian, dan dapat memberikan kepastian tentang
Dasar-dasar untuk menyusun kontrak dagang dengan didasari itikad baik, solusi untuk
kemenangan, mudah dipahami oleh para pihak, dan tidak boleh bertentangan dengan
hukum yang berlalu. Tidak ada format yang baku dalam pembuatan kontrak dagang
internasional, dimana hal yang tercantum dalam kontrak dagang yaitu nomor kontrak,
informasi para pihak secara lengkap (perusahaan dan penanggung jawab), pernyataan
persetujuan isi kontrak oleh para pihak, deskripsi barang dan jasa yang diperdagangkan
secara lengkap, harga beserta kurs mata uang yang telah disepakati, incoterms, ketentuan
disepakati, tanda tangan kontrak, hukum yang berlaku, penyelesaian sengketa, hal yang
dapat membatalkan kontrak, lampiran dan yang lainnya. Proses perdagangan ekspor dapat
dilakukan dari korespodensi dan penawaran, menerima produk dan harga, setelah itu
standard agreement. Kata “baku” atau “standar” adalah tolak ukur yang dipakai sebagai
memperkenalkan bentuk-bentuk kontrak baku atau standar. Kontrak dagang atau standar
dapat dicantumkan melalui penguraian dalam dokumen kontrak atau hanya melalui
syarat perdagangan, yaitu FOB (Free on Board) tanggung jawab hukum dengan syarat
perdagangan FOB.
b. Perjanjian Baku dalam Transaksi Perdagangan Internasional
Perjanjian baku merupakan perjanjian yang menjadi tolak ukur yang dipakai sebagai
patokan atau pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan hubungan hukum dengan
pengusaha. Yang dibakukan dalam perjanjian ini dapat meliputi model, rumusan, dan
ukuran. Latar belakang dari perjanjian baku dengan lahirnya keadaan sosial ekonomi.
Dimana perusahaan besar dan pemerintah mengdakan kerjasama dalam suatu organisasi
dan untuk kepentingan yang ditentukan syarat-syarat secara sepihak. Untuk pihak
lawannya pada umumnya mempunyai kedudukan lemah, baik dalam posisinya maupun
mengingat bahwa ketidaktahuan masyarakat terhadap aspek hukum secara umum dan
Terdapat lima ciri-ciri dari perjanjian baku diantaranya bentuk perjanjian tertulis
(naskah perjanjian secara keseluruhan dan dokumen bukti perjanjian memuat syarat-
syarat), format perjanjian distandardisasikan (model, rumusan, dan ukuran. Format ini
dilakukan sehingga tidak dapat diganti, diubah, dan dibuat dengan cara lain karena sudah
dicetak, model dari perjanjian ini adalah blangko naskah dan perjanjian lengkap), syarat-
syarat perjanjian ditentukan oleh pengusaha, konsumen hanya menerima atau menolak,
dan penyelesaian sengketa melalui musyawarah. Fungsi dari perjanjian baku adalah untuk
menghemat waktu, tenaga, dan biaya-biaya transaksi, dan dapat memusatkan perhatian
pada hal-hal khusus yang lebih penting. Penetapan syarat baku dapat memberi beberapa
pengusaha dengan sejumlah langganan dan pemasok bahan baku karena tidak perlu
mengalami perubahan, antara lain sebagai akibat dari keputusan badan legislatif dan
eksekutif serta adanya pengaruh dari globalisasi. Adanya kebebasan ini sangat berkaitan
dengan kepentingan umum agar perjanjian baku diatur dalam undang-undang atau
Indonesia. KUH Perdata sebagai salah satu sumber hukum perjanjian di Indonesia turut
serta dalam pengaturan perjanjian. Namun, pengaturannya bersifat umum, seperti syarat
sahnya perjanjian (Pasal 1320 KUH Perdata) dimana dalam hal ini perjanjian baku
sebagai salah satu macam dari perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian
dan asas kebebasan berkontrak yang menjadi salah satu asas dalam hukum perjanjian
yang juga harus diperhatikan dalam penggunaan perjanjian baku sehari-hari. Dalam
perjanjian baku terdapat pihak penanggung yang merupakan pihak yang telah