Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ida Bagus Pramayoga

Nim : 160753206975

No.Absen : 32

Kelas : E.2.2

Perlakuan Akuntansi untuk Leasing Pada Aktiva Tetap

PENGERTIAN DAN JENIS LEASING

Terdapat beberapa defenisi mengenai leasing yang di jelaskan oleh beberapa pakar dan
lembaga, yaitu sebagai berikut: Baridwan (1982) menjelaskan bahwa:
“Leasing adalah suatu perjanjian yang memberikan hak untuk menggunakan harta, pabrik atau
alat-alat (tanah atau aktiva yang didepresiasi atau kedua-duanya) yang umumnya mempunyai
jangka waktu tertentu. “ Pihak-pihak yang langsung terlibat dalam perjanjian ini adalah: (1)
Lessor: si pemilik aktiva yang bersangkutan atau menyewakan aktiva (2) Lessee: yang
memanfaatkan leasing yang bersangkutan atau yang menyewakan aktiva.

Kemudian, Financial Accounting Standar Board (FASB) No. 13 mendefinisikan leasing


sebagai berikut:

”An agreement coonveying the right to use property, plant or equipment (land and/or
depreciable assets) usulally for a stated period of time”

Kieso, Weygandt dan Warfield (2002) pula mendefinisikan leasing sebagai berikut:

“Perjanjian kontraktual antara lessor dengan seorang lessee yang memberi hak kepada lessee
untuk menggunakan properti tertentu, yang dimiliki oleh lessor, selama periode waktu tertentu
dengan membayar sejumlah uang (sewa) yang sudah ditentukan yang dilakukan secara
p”riodik".

Tidak hanya itu, Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) menambahkan mengenai definisi
leasing sebagai berikut:
Leasing adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk
mengunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalanya, lessee
melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.

Di dalam perjanjian yang disepakati oleh dua belah pihak tersebut terdapat persetujuan
penyerahan atau pengalihan hak guna atas aktiva yang dimilikinya yang dapat disiapkan selama
periode tertentu dari pihak lessor pada pihak lessee. Sebagai balas jasa atas sewa yang diberikan
pihak lessor kepada pihak lessee maka dituntut untuk membayarkan sejumlah uang sewa atau
kompensasi yang lain sesuai dengan perjanjian. Periode waktu perjanjian atas sewa ini dapat
berbeda-beda sesuai pada kesepakatan anatara lessor dan lessee. Seperti yang di jelaskan oleh
Thomas et all (2001) bahwa leasing sebagai perjanjian penyerahan dari penjual sewa kepada
pembeli sewa dalam penyewaan hak untuk menggunakan aktiva atau barang modal selama
periode waktu yang telah disetujui, dengan pembayaran secara berkala oleh pembeli sewa
kepada penjual sewa.

Definisi lain yang di jabarkan oleh International Accounting Standard Committee No. 17
mengenai leasing sebagai berikut:

"Lease: An agreement where by the lessor conveys to the lessee in return for rent the right to use
an asset for an agreed period of time. The definition of lease includes contracts for the heire of
an asset whiech contain of provision giving the hirer an option to acquire title of the asset upon
to the fufilment of agreed conditioons. These contracts are described as hire puchase contracts
In some countries, different names are used for agreement which have the characteristic of a
lease (e. g. baeboat characters)”

Defenisi leasing menurut IASC No. 17 yang dijelaskan di atas sebenarnya hampir sama
dengan definisi leasing yang didefinisikan oleh FASB No. 13. Namun, di dalam IASC No. 17
Pemerintah Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri
Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, mendefenisikan leasing sebagai
berikut:

"Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-
barang modal untuk digunakan suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barangbarang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu
leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama"

Terdapat jenis-jenis leasing yang di tetapkan oleh PSAK No. 30 yaitu sebagai berikut:

1. Finance Lease atau Capital Lease (sewa guna usaha pembiayaan)


Dalam hal ini, Lessor sebagai perusahaan guna usaha yang merupakan pihak yang
membiayai penyediaan barang modal. Kemudian, Lesseesebagai penyewa yang biasanya
dalam transaksi ini penyewa memilih barang modal yang dibutuhkan dan kemudian di
catat atas nama perusahaan sewa guna usaha. Selama masa sewa, penyewa melakukan
pembayaran secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai
sisa. Kemudian jika memungkinkan, akan mencakup pengembalian harga perolehan
barang modal yang dibiayai serta bunganya yang merupakan pendapatan atas sewa guna
usaha.
2. Operating Lease (sewa menyewa biasa)
Di dalam operating lease ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal
dan kemudian barang modal tersebut disewakan kepada penyewa. Kemudian di dalam
operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang di keluarkan untuk memperoleh
barang modal tersebut beserta bunganya.
3. Sales-Type Lease (sewa guna usaha penjualan)
Pada transaksi ini disebut pula sebagai transaksi pembiayaan sewa secara
langsung (Direct Finance Lease) dimana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang
diperhitungkan oleh penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa.
4. Leveraged Lease
Dalam transaksi ini umumnya melibatkan setidaknya tiga pihak yaitu pihak
penyewa, pihak perusahaan sewa dan pihak kreditur jangka panjang yang membiayai
bagian terbesar dari transaksi sewa.
Selain itu, di dalam penelitian Sinurat (2006) menjelaskan transaksi sewa guna usaha
dikelompokkan sebagai capital lease bagi penyewa guna usaha atau finance lease bagi
perusahaan sewa guna usaha apabila dipenuhi semua kriteria atas asas makna ekonomi sebagai
berikut:
1. Penyewa memiliki hak opsi atas aktiva yang disewa pada masa sewa dengan harga yang
disetujui bersama pada saat perjanjian sewa.
2. Seluruh pembayaran yang dilakukan penyewa secara berkala, ditambah dengan nilai sisa
termasuk pengembalian perolehan barang modal serta bunga yang di sewakan adalah
sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha.
3. Masa sewa minimum lima tahun.

Pada penjelasan tersebut, apabila terdapat salah satu kriteria tidak terpenuhi maka
transaksi atas sewa guna usaha akan di kelompokkan sebagai transaksi operating lease.

Terdapat pula operating lease yang merupakan transaksi sewa menyewa biasa dan jangka
waktu sewanya lebih pendek dari pada umur ekonomis propertinya. Lessee biasanya tidak
mempunyai hak membeli pada waktu kontrak lease berakhir sehingga tidak terjadi perpindahan
hak milik barang. Kontrak sewa ini bersifsat cancelable yaitu dapat diputuskan pihak lessee
sewaktu-waktu atau sebelum masa kntak berakhir.

PERLAKUAN AKUNTANSI LEASING

Pada transaksi leasing terdapat jenis-jenis leasing yang telah di jelaskan sebelumnya,
dalam perlakuan akuntansi leasing hanya dikenal capital lease dan operating lease baik bagi
lessor ataupun bagi lessee. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam perlakuan
akuntansi leasing:
1. Executory Cost (biaya pelaksanaan)
Aktiva berwujud atau barang modal yang di sewa harus ditanggung atas beban
asuransi, pemeliharaan, dan beban pajak selama umur ekonomis aktiva tersebut.
2. Discount Rate (tingkat diskon)
Tingkat bunga pada saat kontrak perjanjian atas leasing ditanggung oleh lessee,
hal ini dimaksudkan untuk meminjam dana yang diperlukan untuk membeli aktiva yang
disewa-beli berdasarkan pinjaman beragunan dengan syarat pelunasan sesuai jadwal
perjanjian leasing.

3. Residual Value (nilai sisa)


Merupakan estimasi nilai wajar untuk aktiva yang disewa-belikan pada akhir
masa leasing. Di dalam hal ini, terdapat dua jenis residual value yaitu nilai residu yang
dijamin dan nilai residu yang tidak dijamin. Pada nilai residu yang dijamin adalah
pembayaran lease tambahan yang dibayarkan berupa harta, kas atau keduanya dibayarkan
pada akhir masa leasing. Sedangkan pada nilai residu yang tidak dijamin merupakan
suatu hal yang sama dengan tidak ada nilai residu.
Perlakuan akuntansi atas capital lease oleh penyewa usaha menurut PSAK No. 30
adalah: (1) Transaksi sewa guna usaha diberlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan
kewajiban pada awal masa guna sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha
ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa
sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna dialokasikan dan
dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat
bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha. (2) Tingkat diskonto
yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat
bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada
awal masa sewa guna usaha. (3) Aktiva yang disewa guna usahakan harus diamortisasi dalam
jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya. (4) Kalau aktiva yang disewa guna
usahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha maka perbedaan antara pembayaran
yang dilakukan atau dikreditkan pada tahun berjalan. (5) Kewajiban sewa guna usaha harus
disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk
jenis usaha penyewa guna usaha. (6) Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali
(sale and leaseback) maka transaksi tersebut harus dilakukan sebagai dua transaksi yang terpisah
yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku
aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan
harus dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa guna usahakan.

Perlakuan akuntansi operating lease menurut PSAK No.30 bahwa pembayaran sewa
guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasarkan
metode garis lurus selama masa sewa guna usaha oleh lessee, meskipun pembiayaan sewa guna
usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.
Pelaporan akuntansi capital lease oleh penyewa guna usaha menurut PSAK No. 30
adalah: (1) Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam
kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan harus disajikan terpisah
dari kewajiban lainnya. (2) Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas
laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut:

1. Jumlah pembayaran sewa guna usahakan yang paling tidak untuk dua tahun berikutnya.
2. Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam tahun berjalan.
3. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
4. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan
transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback).
5. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha.

Menurut PSAK No.30 bahwa pengungkapan yang layak harus dicantumkan atas laporan
keuangan mengenai pelaporan dan pengungkapan transaksi operating lease adalah: (1) Jumlah
pembayaran sewa guna selama tahun berjalan yang dibebankan sebagai biaya sewa. (2) Jumlah
pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak dua tahun berikutnya. (3)
Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. (4) Keuntungan atau
kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi sale and
leaseback. (5) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha
(major covenants).

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa perusahaan di dalam memperoleh


aktiva tetap atau barang modal, perusahaan memiliki beberapa cara, salah satu cara yang diambil
oleh perusahaan adalah dengan melakukan leasing. Akuntansi melihat perkembangan sewa guna
usaha (leasing) yang pesat di Indonesia, sehingga diperlukan suatu acuan mengenai perlakuan
akuntansi transaksi sewa guna usaha secara khusus. Ada beberapa perlakuan akuntansi yaitu
transaksi capital leasse, transaksi operating lease, capital leasse oleh penyewa usaha, sewa guna
usaha operating lease. Dengan perlakuan akuntansi atas transaksi sewa guna usaha secara tepat,
diharapkan dapat dimengerti, dapat diperbandingkan dan dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pengguna kepentingan.
Daftar Pustaka

http://tonynurhadianto.blogspot.com/2016/12/perlakuan-akuntansi-sewa-guna-
usaha.html?m=1

https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/pengertian-leasing-akuntansi-jenis-jenis-
dan-manfaat-menurut-para-ahli/

Anda mungkin juga menyukai