Anda di halaman 1dari 2

Nama : Husni Fahri Kurniawan

NIM : 19/442301/KT/08999
Dosen : Prof. Dr. Ir. Sri Nugroho Marsoem, M.Agr.Sc

Hasil Hutan Kayu


Hasil hutan memang terbagi menjadi 2 yaitu kayu dan non kayu. Pada kali ini fokus pada
hasil hutan kayu. Di Indonesia sendiri, sektor kehutanan termasuk sektor yang luas dan dapat
dimanfaatkan hingga hasil hutannya. 126.094.366,71 juta hektar jika tidak dimanfaatkan akan
sia-sia, maka dari itu menurut saya bahwa memanfaatkan hasil hutan itu sangat penting dan
mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah menghasilkan penghasilan negara, membuka
lapangan pekerjaan, dan meningkatkan nilai kualitas ekonomi yang tinggi pada bidang
kehutanan. Kayu juga menjadi salah satu komposisi pondasi yang penting dalam membangun
sebuah rumah/tempat tinggal, maka dari itu dibutuhkan kayu yang baik serta kuat sehingga dapat
menopang sebuah bangunan. Indonesia sering dijumpai pohon yang bermacam-macam sehingga
dihasilkan kayu yang bermacam-macam pula jenisnya, misalnya seperti jati, meranti, merbau,
cendana, ulin, eboni , dan trembesi. Di desa saya sendiri pun, jarang sekali ditemui pohon-pohon
yang menjulang tinggi dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi pula. Mayoritas di daerah
tempat tinggal saya, merupakan lahan pertanian saja dan lahan kosong yang nantinya akan
dibangun rumah. Akhir-akhir ini juga viral tentang hasil hutan kayu yang dapat mengobati
kanker, yaitu kayu bajakah. Dan dikhawatirkan, banyak orang-orang yang tidak bertanggung
jawab akan mengeksploitasi pohon berkayu tersebut untuk dimanfaatkan secara ekonomi dan
merusak lingkungan demi meraup keuntungan.

Salah satu hasil hutan kayu yang menarik perhatian saya adalah wood pellet. Apa itu
wood pellet? Wood Pellet merupakan olahan limbah kayu dengan cara menghancurkan limbah
kayu menjadi serbuk halus, kemudian dipadatkan dengan mesin press sehingga berbentuk
seperti pellet. Wood Pellet berfungsi sebagai energi alternatif ramah lingkungan dengan kadar
CO2 yang rendah sehingga menghasilkan pembakaran yang sempurna. Wood Pellet ini dapat
dimanfaatkan di segala aspek kehidupan, sebab bahan bakar hemat energi ini dapat
menggantikan batu bara. Batu bara sendiri dinilai lebih kurang ramah lingkungan, karena dapat
menyebabkan polusi udara. Selain itu, sejumlah gas yang berbahaya, termasuk sulfur oksida,
karbondioksida, dan debu akan berdampak negatif pada lingkungan saat batu bara dibakar untuk
menghasilkan energi. Dampaknya antara lain adalah meningkatkan polusi berupa racun dalam
udara (radikal bebas), menyebabkan hujam asam, menyebabkan pencemaran lingkungan tanah
dan air. Akhir-akhir ini, ketidakstabilan harga batu bara membuat manusia harus berinovasi demi
keberlangsungan hidup nya dalam segi ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai