Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI LESSOR membantu para pengusaha khususnya di Indonesia,

TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI baik bagi usaha kecil, menengah ataupun usaha
AKIBAT WANPRESTASI1 besar. Melalui kegiatan ini para pengusaha akan
Oleh: Alivia Z A. Pasaribu 2 dengan cepat dapat mengatasi masalah
Roosje Lasut 3 pembiayaan untuk memperoleh alat-alat
Roy Victor Karamoy 4 perlengkapan maupun barang-barang modal yang
mereka perlukan. Leasing/sewa guna usaha tidak
ABSTRAK memberikan persyaratan yang memberatkan dan
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk dengan sistem pendanaannya yang fleksibel
mengetahui bagaimana hak lessor dalam objek menyebabkan bisnis ini bisa berkembang dengan
leasing yang digunakan oleh lessee apabila lessee cepat di Indonesia.5 Di Indonesia lembaga ini baru
wanprestasi dan bagaimana perlindungan hukum ada pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya
akibat wanprestasi oleh lessee dalam leasing, yang beberapa surat keputusan menteri yang mengatur
dengan metode penelitian hukum normatif tentang sewa guna usaha, yaitu :
disimpulkan: 1. Pada prinsipnya pemilik yuridis a. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan,
objek leasing adalah lessor dan hanya akan Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan
berpindah apabila kewajiban lessee sudah No. 122, No. 32, No. 30 Tahun 1974 tanggal 7
diselesaikan dan hak opsi beli (pada financial lease) Februari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing.
digunakan. Sehingga dalam hal terjadi wanprestasi b. Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 649
oleh pihak lessee dalam leasing yang menyebabkan Tahun 1974 tanggal 6 Mei 1974 tentang
lessee tidak dapat menggunakan hak opsi belinya, Perizinan Usaha Leasing.
maka pemilik yuridis objek leasing yang c. Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 650
bersangkutan adalah lessor. 2. Bentuk Tahun 1974 tanggal 6 Mei Tahun 1974 tentang
perlindungan hukum terhadap lessor dalam objek Penegasan Ketentuan Pajak Penjualan Dan
leasing apabila lessee wanprestasi adalah dilakukan Besarnya Bea Materai Terhadap Usaha Leasing.
dalam beberapa tahapan, yaitu perlindungan Ketiga surat keputusan menteri tersebut
dilakukan melalui klausula-klausula yang terdapat merupakan titik awal sejarah perkembangan
dalam perjanjian leasing itu sendiri, melalui pengaturan leasing sebagai lembaga bisnis
jaminan tertentu sebagai jaminan hukum bagi pembiayaan di Indonesia.6 1Menurut Munir Fuady
lessor untuk pelunasan hutangnya dan meskipun terdapat berbagai variasi dari para pihak
perlindungan yang diberikan kepada lessor melalui yang terlibat dalam sistem pembiayaan berpolakan
ketentuanketentuan umum mengenai hukum leasing, pada prinsipnya para pihak tersebut adalah
perikatan yang diatur dalam buku III KUH Perdata. : (1) Lessor, yakni merupakan pihak yang
Kata Kunci: Perlindungan Hukum; Leasing. memberikan pembiayaan dengan cara leasing
kepada pihak yang membutuhkannya. Dalam hal ini
PENDAHULUAN lessor bisa merupakan perusahaan pembiayaan
A. Latar Belakang yang bersifat “multi finance,” tetapi dapat juga
Perkembangan dalam suatu masyarakat dapat perusahaan yang khusus bergerak di bidang leasing.
dilihat dari perkembangan lembaga yang ada pada (2) Lessee. Ini merupakan pihak yang memerlukan
masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, barang modal, barang modal mana dibiayai oleh
budaya dan politik. Sejalan dengan semakin lessor dan diperuntukkan kepada lessee. (3)
meningkatnya kegiatan Pembangunan Nasional, Supplier. Merupakan pihak yang menyediakan
peran serta pihak swasta dalam pelaksanaan barang modal yang menjadi objek leasing, barang
pembangunan harus semakin ditingkatkan pula. modal mana dibayar oleh lessor kepada supplier
Keadaan tersebut baik langsung maupun tidak untuk kepentingan lessee.7 Dalam Pasal 2
langsung akan menuntut lebih aktifnya kegiatan di Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor:
bidang pembiayaan. Kehadiran leasing bagi 1169/KMK01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna
perusahaan mempunyai peranan penting dalam (Leasing) ditentukan dua jenis leasing, yaitu :

5 Sunaryo,. Hukum Lembaga Pembiayaan, Edisi I, Cet. III, Sinar


1 Artikel Skripsi Grafika, Jakarta, 2013, hal. 46.
2Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM 18071101086 6 Sunaryo, op.cit., hal. 48
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 7 Munir Fuady,. Hukum Tentang Pembiayaan, Cet. V, PT Citra
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Aditya Bakti,. Bandung, 2014, hal. 7.
a. Finance lease (sewa guna usaha dengan hak opsi); dapat yakin bahwa barang (objek leasing) yang
b. Operating lease (sewa guna usaha dengan tanpa bersangkutan bebas dari berbagai ikatan seperti
hak opsi). liens (gadai), charges (hak tanggungan), atau
Yang diartikan dengan finance lease adalah kepentingan-kepentingan lainnya.18
kegiatan guna usaha, di mana penyewa guna
usaha/lessee pada akhir masa kontrak mempunyai B. Rumusan Masalah
hak untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai 1. Bagaimana hak lessor dalam objek leasing yang
sisa yang disepakati bersama (Pasal 1 Keputusan digunakan oleh lessee apabila lessee
Menteri Keuangan RI Nomor: 1251/KMK.013/1988 wanprestasi?
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan 2. Bagaimana perlindungan hukum akibat
Lembaga Pembiayaan). Ada 3 (tiga) unsur yang wanprestasi oleh lessee dalam leasing?
tercantum dalam definisi di atas, yaitu :
a. Adanya pihak lessor dan lessee; C. Metode Penelitian
b. Adanya hak opsi; Metode penelitian yang digunakan adalah metode
c. Didasarkan atas nilai sisa (residu). penelitian normatif.
Hak opsi adalah hak yang diberikan kepada
lessee untuk membeli objek leasing pada akhir masa HASIL PEMBAHASAN
kontrak, yang didasarkan pada nilai residu. Dalam A. Hak Lessor Dalam Objek Leasing Yang
kontrak leasing bisa saja karena alasan-alasan Digunakan Oleh Lessee Apabila Lessee
tertentu, salah satu pihak memutuskan kontrak Wanprestasi
leasing yang bersangkutan. Alasan pemutusan Wanprestasi atau breach of contract
kontrak adalah karena pihak lain telah melakukan merupakan salah satu sebab sehingga berjalannya
wanprestasi terhadap satu atau lebih klausula kontrak menjadi terhenti. Dalam hal ini yang
dalam kontrak leasing.8 Yang dimaksud dengan dimaksud dengan wanprestasi adalah salah satu
wanprestasi adalah tidak dipenuhinya prestasi oleh pihak atau lebih tidak melaksanakan prestasinya
salah satu pihak dalam suatu perjanjian baik sesuai dengan kontrak.12 Dalam pelaksanaan
sebagian maupun seluruhnya.9 Wanprestasi atau perjanjian leasing, wanprestasi umumnya dilakukan
tidak dipenuhinya janji dapat terjadi baik karena oleh pihak lessee, wanprestasi tersebut dapat
disengaja maupun tidak disengaja. Pihak yang tidak berupa ; menunda pembayaran sewa, tidak
sengaja wanprestasi ini dapat terjadi karena membayar denda atas keterlambatan pembayaran
memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi sewa, tidak mampu sengaja atau tidak sengaja tidak
tersebut atau juga karena terpaksa untuk tidak membayar sewa yang sudah jatuh tempo, serta
melakukan prestasi tersebut.10 Dalam pelaksanaan mensub-lease, mengalihkan, menjual, menjadikan
perjanjian leasing, wanprestasi umumnya dilakukan barang tersebut sebagai jaminan hutang dengan
oleh pihak lessee, baik itu yang bersifat sementara tujuan antara lain melepaskan diri dari pembayaran
dalam arti menunggak dan kemudian membayar, sewa yang dilanggar serta menghilangkan barang
dan juga yang bersifat tetap dalam arti persoalan itu dan lain sebagainya. Hal-hal yang dapat
terpaksa diselesaikan melalui proses hukum.11 mengakibatkan terjadinya ingkar janji/wanprestasi
Lessor sebagai pemilik barang yang di-lease adalah dalam Leasing menurut Amin Widjaja Tunggal dan
pihak yang paling berkepentingan jika terjadi Arif Djohan, antara lain :
wanprestasi yang dilakukan oleh pihak lessee, 1) Lessee menunda-nunda pembayaran sewa
karena tidak selamanya pengambilan objek leasing yang telah seharusnya dibayar atau baru
dan pelaksanaan hak-haknya akibat wanprestasi membayar sekian hari setelah tanggal tertentu,
oleh pihak lessee dapat dilaksanakan dengan lancar ataupun ia-melakukan pembayaran, tetapi
dan secara damai, selain itu lessor belum tentu tidak sebagaimana yang telah diperjanjikan;
2) Tidak membayar denda atas keterlambatannya
membayar uang sewa itu atau terlambat
8 Salim,. Perkembangaan Hukum Kontrak Innominaat di membayar denda itu ;
Indonesia, Cet. V, Sinar Grafika,. Jakarta, 2010, hal. 143.
9 Sarwono,. Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik, Edisi I, Cet.

II, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal. 304.


10 Ahmadi Miru,. Hukum Kontrak & Perancangan kontrak, Edisi

I, Cet. II, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 74. 12 Munir Fuady,. Hukum Tentang Pembiayaan, (Dalam Teori
11 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal,. Aspek Yuridis Dan Praktek),. Cet. III, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. 2002, hal
Dalam Leasing, Cet. I, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal 46 45
3) Dalam keadaan tidak mampu ataupun tidak memberikan pernyataan lalai atau somasi tersebut
mau lagi membayar uang sewa, hal ini terjadi dapat ditiadakan dengan jalan menentukan dalam
dengan kemungkinan pihak lessee jatuh pailit perjanjian, bahwa suatu wanprestasi yang dilakukan
hingga tidak bisa membayar sewa barang yang oleh pihak lessee cukup dibuktikan dengan lewatnya
di-leased nya, atau memang dengan sengaja waktu pembayaran angsuran uang sewa, atau sejak
lessee tidak membayar sewa yang sudah jatuh saat dilakukannya tindakan-tindakan yang dilarang
tempo pembayarannya ; oleh perjanjian tersebut, tanpa lagi diperlukan suatu
4) Melakukan tindakan-tindakan yang dengan pernyataan atau teguran tertulis dari pihak lessor.
nyata melanggar perjanjian lease itu sendiri, Perlu juga diketahui bahwa pasal 1238 KUHPerdata
misalnya mensubleasekan barang yang di- tersebut hanya bersifat mengatur (regelend recht)
leased tersebut di mana lessee dengan tanpa dan bukan merupakan obligatoir (bersifat
seizin lessor (secara tertulis) mengalihpakaikan memaksa).16 Subekti dalam bukunya yang berjudul
barang yang dileasednya kepada pihak lain, Pokok-Pokok Hukum Perdata juga menyatakan
menjadikan barang itu sebagai jaminan bahwa apabila dalam suatu kontrak sudah
terhadap hutangnya, atau menjual barang ditetapkan kapan atau dalam hal-hal mana si
tersebut dengan tujuan antara lain melepaskan berhutang dapat dianggap lalai, maka tidak
diri dari pembayaran sewa yang dilanggarnya, diperlukan suatu somasi atau peringatan.17
atau menghilangkan label barang dan Sehingga dengan dicantumkannya klausula yang
sebagainya.13 menentukan kapan lessee dapat dinyatakan
Dalam leasing apabila pihak lessee melakukan wanprestasi dalam perjanjian leasing maka somasi
salah satu dari bentuk-bentuk ingkar tidak diperlukan lagi. Hal ini tentunya akan
janji/wanprestasi, maka untuk pelaksanaan menguntungkan bagi pihak lessor, khususnya dari
hukumnya Undang-Undang menghendaki si kreditur segi waktu.
(pihak lessor) untuk memberikan suatu pernyataan Secara garis besar ada 2 (dua) kemungkinan
lalai kepada pihak debitur (lessee). Hal ini terdapat yang timbul akibat adanya wanprestasi oleh lessee
dalam Pasal 1238 KUH Perdata yang menyatakan : yang berdampak pada kedudukan objek leasing,
"Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat yaitu apabila perjanjian leasing tetap ada dan
perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah apabila perjanjian leasing tersebut berakhir, baik
dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, karena diputus secara sepihak oleh lessor ataupun
ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang akan melalui putusan hakim. Kemudian, seperti yang
harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang telah diketahui pula bahwa perjanjian leasing dapat
ditentukan." dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu financial
Jadi, hal ingkar janji/wanprestasi/kelalaian atau lease (leasing dengan hak opsi) dan operating lease
default oleh pihak lessee yang berhutang itu pada (leasing dengan tanpa hak opsi),18 berdasarkan hal
pokoknya harus dinyatakan dulu secara formal, ini maka akan menimbulkan beberapa kemungkinan
yaitu dengan memperingatkan yang berhutang atau terkait kedudukan hukum objek leasing yang
lessee bahwa kreditur atau pihak lessor bersangkutan apabila terjadi wanprestasi oleh pihak
menghendaki pembayaran seketika atau jangka lessee, kemungkinan-kemungkinan tersebut
waktu pendek yang ditentukan. Singkatnya, hutang diantaranya : Apabila perjanjian leasing putus: Pada
itu harus ditagih dan yang lalai harus dilegur dengan financial lease : Perjanjian leasing merupakan
suatu peringatan atau "Somasi".14 Somasi adalah pengembangan dari perjanjian sewa menyewa
teguran dari si berpiutang (kreditur) kepada si konvensional. Karena itu, seperti biasanya dalam
berutang (debitur) agar dapat memenuhi prestasi hubungan antara yang menyewakan dengan
sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati penyewa, maka yang menjadi pemilik yuridis dari
antara keduanya. Somasi timbul disebabkan debitur benda objek sewa tersebut adalah pihak yang
tidak memenuhi prestasinya, sesuai dengan yang menyewakan benda yang dalam hal ini adalah pihak
diperjanjikan (Wanprestasi).15 Menurut Amin Lessor, dan bukan pihak penyewa benda yang
Widjaja Tunggal dan Arif Djohan kewajiban untuk bersangkutan (lessee).19 Pada perjanjian financial

13 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal.


46-47 16 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., Hal. 49
14 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal. 17 Subekti, loc.cit.
48-49 18 Sunaryo, loc.cit
15 Salim , op.cit, hal. 96. 19 Munir Fuady,. op.cit., hal. 35.
lease terdapat hak opsi beli, dimana pihak lessee memenuhi semua kewajiban kepada lessor
diberikan kesempatan berupa hak pilih untuk sehubungan dengan perjanjian leasing. Kemudian
membeli barang modal atau memperpanjang lease untuk pemindahan hak kepemilikan tersebut
sewaktu perjanjian itu berakhir.20 Namun, menurut menurut Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan
Munir Fuady apabila karena alasan apa pun, pihak perlu diadakan lagi suatu transaksi tersendiri yaitu
lessee tidak menggunakan hak opsi-nya, maka dia perjanjian jual beli antara pihak lessor dan pihak
tetap saja berstatus sebagai penyewa, sampai lessee sebagaimana yang lazim dilaksanakan dalam
dengan kontrak leasing berakhir.21 Sehingga dalam suatu perjanjian jual beli, dan sejak saat itulah
hal terjadi putusnya perjanjian leasing akibat lessee baru menjadi pemilik barang itu, jika harga
wanprestasi oleh pihak lessee akan menyebabkan barang itu telah dilunasinya pada lessor sesuai
pihak lessee tidak dapat menggunakan hak opsi-nya, dengan perjanjian, dan ia merupakan "legal owner"
maka pemilik yuridis dari objek leasing yang (pemilik sebenarnya).23
bersangkutan adalah tetap merupakan lessor. Pada Namun, apabila lessee justru memilih untuk
operating lease : Dalam operating lease penyewa memperpanjang lease (dengan syarat-syarat yang
guna usaha (lessee) tidak mempunyai hak opsi disetujui bersama) dan melepaskan haknya untuk
untuk membeli objek sewa/barang modal. (Pasal lE membeli barang modal yang bersangkutan, maka
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: pemilik yuridis dari objek leasing yang bersangkutan
1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata adalah tetap merupakan lessor. · Pada operating
Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan). Menurut lease : Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
Salim H.S dalam bukunya yang berjudul bahwa dalam operating lease penyewa guna usaha
Perkembangan Hukum Innominat di Indonesia yang (lessee) tidak mempunyai hak opsi untuk membeli
dimaksud dengan tanpa hak opsi tersebut adalah objek sewa/barang modal. Sehingga dalam hal
bahwa lessee tidak mempunyai hak untuk membeli perjanjian leasing masih tetap ada setelah peristiwa
barang modal pada akhir masa kontrak. Perbedaan wanprestasi yang dilakukan oleh lessee tersebut
yang menonjol antara finance lease dengan pemilik dari objek leasing yang bersangkutan adalah
operating lease adalah terletak pada substansi tetap merupakan lessor, sedangkan lessee hanyalah
kontrak ada atau tidak adanya hak opsi. Di dalam merupakan pihak yang menguasai atau
operating lease tidak ada hak opsi, sedangkan menggunakan asset/barang leasing tersebut dan
finance lease dicantumkan hak opsi.22 Dengan resiko mengenai barang modal dalam operating
demikian maka dalam hal putusnya perjanjian lease ini dipikul oleh pihak lessor. Dalam leasing
leasing akibat wanprestasi oleh pihak lessee yang segera setelah dana dicairkan dan diberikan oleh
menjadi pemilik yuridis dari objek leasing tersebut lessor, maka sejak saat itu juga kedudukan lessor
adalah tetap merupakan lessor. Apabila perjanjian menjadi krusial, sehingga memerlukan jaminan-
leasing tetap ada : · Pada financial lease : Seperti jaminan tertentu agar dana yang telah dikeluarkan
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada oleh lessor ditambah dengan keuntungan-
perjanjian financial lease terdapat hak opsi beli, keuntungan tertentu dapat diterimanya kembali.24
dimana pihak lessee diberikan kesempatan berupa Istilah jaminan berasal dari kata 'jamin' yang berarti
hak pilih untuk membeli barang modal atau tanggung, sehingga jaminan dapat diartikan sebagai
memperpanjang lease sewaktu perjanjian itu tanggungan. Dalam hal ini dimaksud adalah
berakhir. Dalam hal perjanjian leasing masih tetap tanggungan atas segala perikatan dari seseorang
ada setelah peristiwa wanprestasi yang dilakukan yang ditentukan dalam Pasal 1133 KUH Perdata
oleh pihak lessee tersebut, dan pada akhir masa maupun tanggungan atas perikatan tertentu dari
sewa lessee menggunakan hak opsinya untuk seseorang seperti yang diatur dalam Pasal 1139-
membeli barang modal yang bersangkutan, maka 1149 (Piutang yang diistimewakan), pasal 1150-
hak kepemilikan dari objek leasing tersebut akan 1160 (Gadai), pasal 1162-1178 (Hipotik), pasal 1820-
beralih dari lessor kepada lessee. Namun 1850 (penanggungan hutang), dan juga seperti yang
sebelumnya perlu diketahui bahwa hak opsi ini ditetapkan oleh yurisprudensi fidusia.25 Dalam
bersyarat dan baru menjadi efektif setelah lessee praktek, berbagai kemungkinan bisa terjadi, yang

23 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal.


20 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal. 43.
42. 24 Munir Fuady , op.cit., hal. 30.
21 Munir Fuady,. loc.cit. 25 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal.
22 Salim I, op.cit., Hal. 143-144. 31-32.
menyebabkan kedudukan lessor tidak seaman yang debitur dalam pemberian kredit bank dapat dipakai
diperkirakan semula. Salah satu kemungkinan sebagai pedoman dalam pemberian leasing. Yaitu
tersebut adalah lessee mengalihkan barang leasing sebagai berikut:
kepada orang lain tanpa setahu lessor, atau lessee (a) Prinsip 5 C
tidak mau mengembalikan barang leasing secara Metode yang sangat populer untuk menilai
baik-baik, walaupun lessee tersebut telah dalam kemampuan debitur/lessee adalah
keadaan wanprestasi. Sehingga dalam praktek pemberlakuan prinsip 5 C, yakni yang terdiri
dibutuhkan juga berbagai jaminan lainnya sehingga dari (1) Character, (2) Capacity, (3) Capital, (4)
diharapkan kedudukan lessor benar-benar terjamin. Condition of economy, dan (5) Collaterals.
Masing-masing jaminan tersebut berkedudukan (b) Prinsip 5 P
kumulatif satu sama lain.26 Sebelum melangkah ke Prinsip 5 P ini juga sering dipraktekkan. Prinsip
arah suatu perjanjian lease, seorang lessor harus ini terdiri dari unsur-unsur (1) Party, (2)
mencari keterangan mengenai keadaan dan Purpose, (3) Payment, dalam arti sumber
keinginan calon lessee dan juga meneliti keadaan pembayaran yang jelas, (4) Profitability, dan (5)
keuangan kelayakan kredit dan kesanggupan Protection, dalam arti perlindungan atas
membayar dari calon lessee dan sebagainya. Hal ini perusahaan dan atas jaminan.
penting bagi para pengusaha perusahaan leasing (c) Prinsip 3 R
untuk terhindar dari kerugian yang mungkin Prinsip 3 R ini terdiri dari unsur-unsur (1)
disebabkan oleh pihak lessee. Ketelitian perusahaan Returns, dalam arti hasil yang dicapai oleh
leasing dalam mengetahui lebih dekat siapa debitur untuk mencicil kembali hutangnya, (2)
sebenamya calon lessee yang meminta fasilitasnya Repayment, dalam arti misalnya penetapan
merupakan faktor yang paling menentukan untuk schedule pengembalian kredit yang sesuai
terhindar dari kerugian tersebut.27 Menurut Munir dengan kemampuan debitur, dan (3) Risk
Fuady jaminan-jaminan hutang untuk leasing yang Bearing Ability, dalam arti kemampuan debitur
sering kali dipraktekkan dapat dikategorikan sebagai dalam hal adanya risiko-risiko tertentu.
berikut: Misalnya apakah cukup jaminan atau asuransi.
(1) Jaminan Utama (2) Jaminan Pokok
Seperti juga pada transaksi kredit bank, maka Di samping jaminan utama berupa keyakinan
jaminan utama pada transaksi leasing adalah dari lessor akan kemampuan bayar dari lessee, maka
keyakinan dari lessor bahwa lessee akan dan ada lagi jaminan lain, yang dapat disebut sebagai
sanggup membayar kembali cicilan sebagaimana "jaminan pokok." Jaminan Pokok ini berupa barang
mestinya. Jaminan utama berupa keyakinan ini modal hasil pembelian dari transaksi leasing itu
ditentukan dengan tegas dalam Undang-Undang sendiri. Sebagaimana diketahui, bahwa berbeda
Perbankan No. 7 Tahun 1992, seperti yang telah dengan barang yang dibeli dalam hubungan dengan
diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, perjanjian kredit, maka barang yang dibeli dengan
vide Pasal 8 ayat (1) yang menyebutkan bahwa: transaksi leasing tetaplah menjadi milik lessor, dan
"Dalam memberikan kredit atau pembiayaan tidaklah beralih menjadi milik lessee sebelum "hak
berdasarkan syariah, bank umum wajib mempunyai opsi" dipergunakan oleh lessee. Namun demikian,
keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas meskipun lessor berada dalam posisi cukup aman
itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah karena barang modal tetap menjadi miliknya,
debitur untuk melunasi hutangnya atau sehingga kapan saja diperlukan dapat diambilnya
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai kembali, tetapi ada beberapa faktor yang
dengan yang diperjanjikan." Prinsip yang sama menyebabkan kedudukan lessor masih saja
seperti yang ditentukan dalam Pasal 8 Undang- dirasakan kurang aman. Sehingga diperlukanlah
Undang Perbankan tersebut pada pokoknya juga jaminan tambahan. Faktor-faktor yang
diterapkan dalam leasing, maupun berbagai jenis menyebabkan kedudukan lessor kurang aman,
pembiayaan lainnya. Untuk sampai kepada meskipun sudah ada jaminan pokok tersebut antara
keyakinan tersebut, lessor harus hati-hati lain dapat disebutkan sebagai berikut:
menganalisis keadaan lessee. Cara-cara penilaian a. Karena barang modal yang bersangkutan tidak
lepas dari risiko-risiko tertentu, seperti
26
kebakaran, kerusakan, dan sebagainya.
Munir Fuady, op.cit., hal. 31.
27Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal.
b. Karena bila lessee beritikad tidak baik, bisa saja
32. keberadaan barang modal tersebut menjadi
tidak aman. Karena meskipun sudah ada jual.28Kemudian menurut Amin Widjaja Tunggal
jaminan pokok, ternyata belum tentu aman dan Arif Djohan, dalam perjanjian leasing
bagi lessor, maka dalam praktek, terhadap perjanjian jaminan yang dibuat oleh pihak
suatu transaksi leasing masih diperlukan lessee dan pihak lessor, pada dasarnya dibuat
jaminan-jaminan tambahan. di atas akta notariil, sebab akta notarial adalah
(3) Jaminan Tambahan merupakan akta/dokumen yang otentik/sah, di
Jaminan-jaminan tambahan untuk leasing pada mana sahnya dokumen itu tidak akan
prinsipnya tidak jauh berbeda dengan jaminan yang diragukan lagi oleh pengadilan manapun. Hal
diberikan untuk suatu perjanjian kredit. Walaupun ini sehubungan dengan para pihak yang telah
peran jaminan tambahan ini dalam leasing tidak menandatangani akta yang bersangkutan, dan
begitu krusial dibandingkan dengan jaminan pada atas dasar penandatanganan ini, pihak-pihak
kredit bank. Hal ini dikarenakan memang hakikat yang bersangkutan dapat dipertanggung-
dari leasing yang berbeda dengan suatu jaminan jawabkan. Dengan demikian perjanjian jaminan
bank. Jaminan tambahan atas transaksi leasing yang dibuat dalam bentuk akta notariil akan
tersebut dapat berupa baik jaminan kebendaan, lebih aman dan otentik/sah daripada apabila
seperti fidusia, (atas barang leasing atau bukan), dalam bentuk perjanjian biasa.
gadai saham, bahkan mungkin juga hipotik jika hal Lessor sebagai “pihak yang menyewakan
tersebut untuk leasing atas benda tetap, seperti barang-barang modal sudah pasti menghendaki
tanah (dan bangunan) atau kapal laut. Dan, di adanya jaminan-jaminan dari pihak lesse bahwa
hampir setiap leasing, dimintakan juga deposito modal yang telah dikeluarkannya akan kembali.29
yang digadaikan kepada lessor. Di samping itu, Jaminan ini merupakan hal yang pokok untuk
jaminan perorangan sering juga dimintakan dalam mendapatkan fasilitas leasing bagi pihak yang ingin
suatu leasing, seperti personal garansi, corporate memperoleh fasilitas leasing tersebut, sehingga
garansi, bahkan juga bank garansi, walaupun bank dikemudian hari ternyata pihak debitur (lesse)
garansi jarang dimintakan dalam leasing. Di samping melakukan tindakan wanprestasi terhadap
itu mungkin juga dimintakan jaminan semata-mata perjanjian, maka baru munculah fungsi dari jaminan
kontraktual, seperti kuasa menjual barang modal, lesse. Sedangkan kelemahan dari pada transaksi
ataupun pengakuan hutang. Meskipun barang sewa guna usaha dan/atau transaksi perusahaan
modal yang bersangkutan masih merupakan milik pembiayaan dalam undang-undang, seperti halnya
lessor, menurut Munir Fuady masih diperlukan asuransi, maupun perbankan. Selain dari pada itu,
jaminan dari lessee berupa hipotik, fidusia atau transaksi sewa guna usaha mempunyai ciri-ciri yang
kuasa jual atas barang modal sebagaimana melemahkan transaksi sewa guna usaha, yaitu:
disebutkan di atas, menurutnya jaminan-jaminan 1. Harga/tingkat suku bunga yang dikenakan
tambahan tersebut, paling tidak dalam praktek, kepada lesse biasanya lebih mahal/tinggi
masih diperlukan karena alasan-alasan sebagai dibandingkan dengan bunga bank, walaupun
berikut: hal ini tidak berlaku umum.
a. Jaminan-jaminan tambahan tersebut bersama- 2. Pemahaman tentang transaksi sewa guna
sama akan berfungsi ibaratnya double cover usaha belum sepenuhnya dipahami oleh
dalam dunia tinju. Artinya, jika karena alasan masyarakat, akibat kurangnya informasi yang
apa pun jaminan yang satu gagal dieksekusi, detail.
maka masih dapat dipakai jaminan yang lain. 3. Lessor selaku pemilik barang modal yang
b. Untuk memudahkan dalam eksekusi jaminan dibiayai tidak melakukan pencantuman
hutang. Sebab, ada sebagian jaminan namanya di dalam bukti kepemilikan barang
tambahan tersebut lebih gampang dieksekusi, modal,walaupun harga jual/tingkat bunga
seperti pengakuan hutang atau kuasa jual. transaksi sewa guna usaha secara rata-rata
c. Karena alasan tertib dokumentasi. Sebab, lebih mahal dari bank, perkembangan industri
meskipun barang modal tersebut merupakan ini tetap meningkat dari waktu ke waktu
milik lessor, tetapi untuk alasan agar lebih karena lessor tidak mempunyai birokrasi yang
praktis, ada sebagian dokumentasi yang sudah berbelit-belit dan system administrasi yang
langsung diatasnamakan pihak lessee. Karena diterapkan dalam satu atap sehingga Lessor
itu diperlukan bentuk-bentuk jaminan seperti
biasanya barang miliknya debitur. Misalnya 28 Munir Fuady, op.cit., hlm. 31-35.
jaminan berupa hipotik, fidusia ataupun kuasa 29 Kasmir, Op. Cit, hlm. 259
sebagai: “pihak yang menyewakan barang- bukanlah suatu perjanjian uang, akan tetapi suatu
barang modal sudah pasti menghendaki alternative untuk memperoleh pembiayaan bagi
adanya jaminan-jaminan dari pihak lesse suatu perusahaan.
bahwa modal yang telah dikeluarkannya akan Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapatlah
kembali. kiranya penyusun dapat mengambil kesimpulan
Walaupun harga jual/tingkat bunga transaksi bahwa perjanjian leasing sebagaimana
sewa guna usaha rata-rata lebih mahal dari bank, didefenisikan dalam Keputusan Bersama Tiga
perkembangan industri ini tetap meningkat dari Menteri itu tidaklah sama dengan sewa beli, tidak
waktu ke waktu. Hal ini dimungkinkn karena lessor sama dengan sewa menyewa, tidak sama dengan
tidak mempunyai birokrasi yang berbelit-belit dan jual beli dengan angsuran ataupun dengan
system administrasi yang diterapkan dalam satu perjanjian pinajm uang. Perjanjian leasing adalah
atap. Sehingga walaupun lesse dikenakan harga perjanjian yang mempunyai sifat-sifat tersendiri,
lebih mahal tidak menjadi masalah karena yang berbeda dengan perjanjian-perjanjian yang
diimbangi dengan kecepatan pelayanan. Hal inilah telah disebutkan diatas. Setiap transaksi leasing
yang menjadikan usaha sewa guna usaha tetap sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak
berkiprah walaupun jumlah bank banyak. Pada yang berkepentingan, yaitu : lessor, lesse, supplier,
dasarnya perjanjian leasing merupakan bentuk dan bank atau kreditor.30
perjanjian yang dilakukan dengan cara kontrak 1. Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak
standar. Pihak lessee hanya dapat menyetujui ini yang memberikan jasa pembiayaan kepada
dari perjanjian yang telah dipersiapkan sebelumnya pihak lessee dalam bentuk barang modal.
oleh pihak lessor. Biasanya hak dan kewajiban Lessor dalam financial lease bertujuan untuk
pihak-pihak yang berhubungan dengan perjanjian mendapatkan kembali biaya yang telah
leasing dalam perjanjian. Pihak lessor wajib dikeluarkan untuk membiayai penyediaan
menyediakan uang untuk membiayai (finance) barang modal dengan mendapatkan
pengadaan barang-barang yang dibutuhkan oleh keuntungan,. Sedangkan dalam operating
pihak lease itu. SEluruh resiko obyek pada lessee lease, lessor bertujuan mendapatkan
dan pada umumnya pemeliharaannya menjadi keuntungan dari penyediaan barang serta
kewajiban lessee. Dengan adanya pemenuhan pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan
kewajiban, lessor bentuk memperoleh suatu pmeliharaan serta pengoperasian barang
imbalan jasa (uang sewa) yang pada pokonya modal tersebut.
merupakan tebusan berkala harga perolehan 2. Lesse adalah perusahaan atau pihak yang
barang ditambah ongkos pembiayaan, dan lagi pula memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang
pihak lessee tetap berkewajiban membayar seluruh modal dari lessor. Lesse dalam financiallease
jumlah imbalan jasa tersebut secara bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa
mengembalikan barang yang di lessee. barang atau peralatan dengan cara
Kewajiban lessee untuk membayar seluruh pembayaran angsuran atau secara berkala.
jumlah imbalan jasa tersebut tidak berhenti tidak Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak untuk
berkurang, walaupun barang yang menjadi obyek, membeli barang yang di-lease dengan harga
lease itu musnah. Lesse tetap berkewajiban seluruh berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease,
imbalan jasa walaupun lessee mungkin belum mulai lease dapat memenuhi kebutuhan
menikmati kegunaan barang tersebut, karena peralatannya disamping tenaga operator dan
misalnya barang musnah sebelum pemasangan. perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi
Lessor berhak memperoleh imbalan jasa terbut lessee terhadap kerusakan.
ialah dikarenakan lessor harus membayar kembali 3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang
dana berikut bunganya yang dipinjam lessor dari mengadakan atau menyediakan barang untuk
pihak ketiga untuk membiayai pembelian barang dijual kepada lessee dengan pembayaran
modal yang disediakan kepada lessee serta suluruh secara tunai oleh lesssor. Dalam mekanisme
ongkos yang berkaitan ditambah dengan satu financial lease, supplier langsung menyerahkan
margin yang merupakan keuntungannya. Walaupun
begitu kebutuhan komersial perusahaan yang 30Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Bab 7. Sewa Guna Usaha
meminjamkan lessee pada umumnya sama yaitu, (Leasing), hlm 74-75
diunduhpada,.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidik
mereka membutuhkan pembiayaan untuk an/amanita%20novi%20yushita%20s.e/sewa%20g
perusahaannya. Dengan kata lain, perjanjian leasing una%20usaha.pdf, tanggal 16 Desember 2021.
barang kepaad lessee tanpa melalui pihak b. Lessor dapat menuntut prestasi disertai ganti
lessor sebagai pihak yang memberikan rugi kepada lessee (Pasal 1267 KUH Perdata).
pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating c. Lessor dapat menuntut dan meminta ganti rugi,
lease, supplier menjual barangnya langsung hanya mungkin kerugian karena keterlambatan
kepada lesssor dengan pembayaran sesuai (HR 1 November 1918).
dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu d. Lessor dapat menuntut pembatalan perjanjian.
secara tunai atau berkala. e. Lessor dapat menuntut pembatalan disertai
4. Bank yang dalam suatu perjanjian atau kontrak ganti rugi kepada lessee.
leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat Ganti rugi itu berupa pembayaran uang
secara langsung dalam kontrak tersebut, denda.32 Mengenai pembatalan perjanjian
namun pihak bank memegang peranan dalam sebagaimana tersebut dalam poin D dan E diatas,
hal penyediaan dana kepada lessor, terutama Sunaryo dalam bukunya yang berjudul Hukum
dalam mekanisme leverage lease di mana Lembaga Pembiayaan menyatakan bahwa salah
sumber dana pembiayaan lessor diperoleh satu karakteristik dari finance lease atau leasing
melalui kredit bank. Pihak supplier dalam hal dengan hak opsi adalah tidak dapat dibatalkannya
ini tidak tertutup kemungkinan menerima kontrak sewa guna usaha (leasing) secara sepihak
kredit dari bank, untuk memperoleh barang- oleh lessor (non cancellable)33 Sehingga dalam hal
barang yang nantinya akan dijual sebagai objek ini harus dilakukan melalui putusan hakim. Namun,
leasing kepada lessee atau lessor. Dalam setiap menurut Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan
transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan pemutusan secara sepihak tersebut dapat saja
3 pihak utama, yaitu: 1. Lessor adalah dilakukan. Menurutnya dikarenakan peristiwa
perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal wanprestasi yang dilakukan oleh lessee lah yang
ini pihak yang memiliki hak kepemilikan atas kemudian menimbulkan hak bagi lessor untuk
barang; 2. Lesse adalah perusahaan atau pihak memutuskan perjanjian leasing yang bersangkutan
pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi secara sepihak (tanpa melalui putusan hakim).34
pada akhir perjanjian; 3. Supplier adalah pihak Salim H.S. dalam bukunya yang berjudul Hukum
penjual barang yang di sewaguna usahakan. Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak juga
B. Perlindungan Hukum Akibat Wanprestasi Oleh menyatakan bahwa pemutusan kontrak secara
Lessee Dalam Leasing sepihak merupakan salah satu cara untuk
Seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab mengakhiri kontrak yang dibuat oleh para pihak
sebelumnya bahwa dalam praktek pelaksanaan akibat salah satu pihak lalai melaksanakan
perjanjian leasing sering terjadi ingkar prestasinya/wanprestasi. Dalam leasing ini artinya
janji/wanprestasi yang pada umumnya dilakukan pihak kreditur (lessor) menghentikan berlakunya
oleh pihak lessee, dan biasanya juga wanprestasi itu kontrak yang dibuat dengan debitur (lessee),
berkisar mengenai soal pembayaran uang sewa atau walaupun jangka waktunya belum berakhir. Ini
pembayaran lainnya yang sudah merupakan disebabkan debitur (lessee) telah melakukan
kewajiban pihak lessee atau juga mengenai wanprestasi.35 Selanjutnya, Menurut Munir Fuady
dilanggarnya kewajiban-kewajiban ataupun dalam bukunya yang berjudul Hukum Tentang
larangan-larangan bagi pihak lessee seperti yang Pembiayaan menyatakan bahwa salah satu
tercantum dalam perjanjian leasing yang kemungkinan yang terjadi akibat adanya
bersangkutan. Dalam hal adanya wanprestasi tentu wanprestasi dalam kontrak leasing adalah putusnya
akan mengakibatkan salah satu pihak menderita kontrak leasing yang bersangkutan. Menurutnya,
kerugian, sebab ada pihak yang dirugikan, maka bisa saja karena pihak lain telah melakukan
pihak yang menimbulkan kerugian itu harus wanprestasi terhadap satu atau lebih klausula
bertanggung jawab.31 Sebagaima perjanjian pada dalam kontrak leasing salah satu pihak memutuskan
umumnya, dalam perjanjian leasing apabila lessee kontrak leasing tersebut. Tidak peduli apakah
(debitur) melakukan wanprestasi maka lessor selaku prestasi yang tidak dipenuhi tersebut substansial
kreditur dapat menuntut kepada lessee hal-hal
sebagai berikut.
a. Lessor dapat meminta pemenuhan prestasi saja 32 Salim II, op.cit, hal. 99.
33 Sunaryo, op.cit., Hal. 56.
dari lessee. 34 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal.

50.
31 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal. 45 35 Salim II, op.cit, hal. 178.
ataupun tidak. Kecuali ditentukan lain dalam satu pihak dalam perjanjian tidak dapat
kontrak yang bersangkutan.36 melaksanakan prestasinya sesuai dengan perjanjian
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut (wanprestasi). Tanggung jawab pihak lessee
dapat penulis simpulkan bahwa dalam hal terjadi terhadap lessor atas obyek perjanjian sewa guna
wanprestasi oleh lessee dalam perjanjian leasing, usaha/leasing tersebut dalam praktek perjanjian
maka selain beberapa bentuk tuntutan yang dapat leasing pada umumnya dipengaruhi dan ditentukan
dilakukan lessor terhadap lessee sebagaimana telah oleh jenis pembiayaan dalam perjanjian tersebut.
disebutkan di atas, lessor juga memiliki hak untuk Jenis pembiayaan yang biasanya dipergunakan
melakukan pemutusan kontrak leasing secara dalam praktek perjanjian leasing adalah jenis
sepihak (tanpa melalui putusan hakim). Dan dalam financial lease dan operating lease. Dalam jenis
hal terjadi pembatalan secara sepihak dari pihak financial lease, pengaturan mengenai tanggung-
lessor tersebut menurut prakteknya maka pihak jawab terhadap obyek perjanjian sewa guna
lessor berhak untuk menangih semua cicilan dan usaha/leasing seluruhnya dibebankan pada lessee,
biaya-biaya yang belum lunas terbayar oleh lessee.37 termasuk segala resiko yang timbul dari
Selain itu, menurut Munir Fuady pihak lessor juga penggunaan obyek tersebut, sedangkan dalam
berhak untuk mengambil kembali objek leasing operating lease, pengaturan mengenai tanggung
yang berada dalam kekuasaan lessee tanpa harus jawab terhadap obyek perjanjian sewa guna
memperhitungkan/mengembalikan kelebihan usaha/leasing seluruhnya dibebankan pada lessor,
harga. Hal ini dikarenakan barang modal/objek termasuk segala resiko yang timbul dari
leasing tersebut merupakan milik penggunaan obyek tersebut.42 Pengaturan dalam
lessor.38Kemudian, untuk menghindari kesulitan operating lease ini sama dengan pengaturan dalam
dalam hal melakukan pengambilan kembali objek perjanjian sewa menyewa biasa. Adapun tanggung
leasing tersebut, maka dalam perjanjian leasing jawab pihak lessee terhadap lessor atas obyek
dapat dicantumkan suatu klausula yang perjanjian sewa guna usaha/leasing yang terdapat
menyatakan, bahwa dalam hal terjadinya default dalarm praktek perjanjian leasing adalah mengenai:
(wanprestasi) oleh pihak lessee, maka lessee Penggunaan barang leasing, Pemeliharaan barang
memberikan persetujuan/izin yang tidak dicabut leasing, Kehilangan dan kerusakan barang leasing
kembali kepada pihak lessor untuk memasuki karena sebab apapun, Wanprestasi atau ingkar janji
pekarangan atau tempat dimana barang yang dari lessee, Pembiayaan barang leasing yang
dileased itu berada, dan mengambil kembali meliputi biaya asuransi, pajak, bunga, dan lain-
barang-barang yang menjadi objek leasing itu, lain.43 Pelaksanaan atas suatu prestasi dari tanggung
dengan atau tanpa bantuan pihak kepolisian.39 jawab pihak lessee terhadap lessor atas obyek
Selain yang telah disebutkan di atas, upaya yang perjanjian sewa guna usaha/leasing dalam
dapat dilakukan oleh lessor apabila terjadi prakteknya harus sesuai dengan undang-undang,
wanprestasi oleh pihak lessee tanpa lessor kebiasaan, dan kepatutan, seperti yang diatur dalam
diharuskan menghentikan perjanjian leasing yang Pasal 1338 Ayat 3 KUH Perdata.44 Pengaturan
bersangkutan menurut Amin Widjaja Tunggal dan mengenai tanggung jawab tersebut diatas oleh para
Arif Djohan dapat berupa penarikan kembali pihak dalam perjanjian leasing harus dilakukan
barang/objek leasing tersebut sampai lessee berdasarkan atas itikad baik dan keadilan, seperti
memenuhi kewajiban-kewajibannya.40 yang diatur dalam ketentuan buku III KUH Perdata,
Leasing termasuk bisnis yang loosely semua ketentuan mengenai pejanjian & perikatan
regulated, dimana perlindungan para pihaknya yang berlaku dalam hukum perjanjian juga harus
hanya sebatas itikad dari masing-masing pihak dijadikan dalam pembagian tersebut. Dalam hal
tersebut yang dituangkan dalam bentuk perjanjian terjadi wanprestasi oleh pihak lessee yang
leasing.41 Sehingga terdapat kemungkinan salah menyebabkan kerugian bagi pihak lessor, KUH
Perdata vide Pasal 1239 menentukan bahwa dalam
36
suatu pihak melakukan wanprestasi, maka pihak
Munir Fuady,. Op.Cit., hal. 47.
37 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal. lainnya dapat menuntut diberikan ganti rugi berupa
50.
38 Munir Fuady, op.cit., hal. 22.
39Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal. 49-

50. 42Sunaryo, op.cit., hal. 56-58.


40 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Ibid, hal. 46 43 Salim, op.cit, hal. 162.
41 Munir Fuady, op.cit., hal. 29-30. 44 Munir Fuady , op.cit., hal. 6.
biaya, rugi dan bunga.45 Selain itu, kewajiban- rumah Jojor dan meminta uang tagihan bulan Mei
kewajiban yang timbul bagi pihak lessee atas hingga Juli. Jojor lalu membayarnya angsuran dua
wanprestasi yang dilakukannya tersebut dapat bulan (Mei – Juni) sekitar Rp3 juta. Bulan
berupa : September, kembali datang debt colector Adira tapi
1. Mengganti kerugian. tak diketahui namanya meminta pembayaran
2. Benda yang dijadikan obyek dari perikatan angsuran bulan Juli – September. Sementara itu,
sejak saat tidak dipenuhi batas pelunasan angsuran sepeda motor itu hingga
2. kewajiban menjadi tanggung jawab pihak bulan Oktober. Jojor lalu membayar semua
lessee. angsuran sebesar Rp 5,5 juta, ditambah denda
3. Jika perikatan itu timbul dari perjanjian yang keterlambatan yang belum dibayar Rp3,4 juta. Saat
timbal balik, pihak lessor dapat meminta uang itu diberikan, lengkap dengan kwitansi
pembatalan (pemutusan) atas perjanjian penerimaan.
tersebut.46 Selain itu, perjanjian sewa guna Namun, setelah semua angsuran dilunasi, pihak
usaha/leasing dalam pelaksanaannya selain Adira menyampaikan jika pembayaran bulan Mei
mengikat para pihak dalam perjanjian juga dan Juli dibawa kabur Dedi. Akibatnya BPKP tak
mengikat bagi para ahli waris yang bisa keluar dan Adira berjanji akan mencari Dedi.
memperoleh hak dan pihak ketiga, seperti yang Kamis 15 Desember 2011, anak Jojor, bernama
diatur dalam pasal 1315-1318 dan Pasal 1340 Tonggo mendatangi kantor Adira Cabang
KUH Perdata. Sehingga pabila lessee meninggal Pematangsiantar, yang terletak di kompleks Mega
dunia, maka perjanjian leasing akan tetap Land, Jalan Asahan, mempertanyakan mengapa
berlaku dan seluruh kewajiban lessee termasuk BPKP sepeda motor itu tak diberikan. Ternyata
kewajiban-kewajibannya yang timbul dari denda yang dibayarkan itu dialihkan untuk
adanya wanprestasi tersebut harus ditanggung pembayaran bulan Mei dan Juni. Pasalnya, uang
oleh ahli warisnya. angsuran selama dua bulan itu dibawa kabur Dedi.
Contoh kasus leasing di Indonesia : Menurut pimpinan debt colector Adira,
Adira Siantar Dinilai Kecewakan Nasabah Renhard Sirait, pihaknya sedang mencari dimana
Kamis, 15 Desember 2011 | 19:51:23 keberadaan Dedi. Tonggo yang datang didampingi
PEMATANGSIANTAR (EKSPOSnews) : Perusahaan sejumlah wartawan, menyarankan agar pihak Adira
keuangan (finance) Adira Cabang Kota melaporkan Dedi ke polisi, namun Reinhard
Pematangsiantar diduga berupaya melakukan menolaknya. Ia (Reinhard) beralasan jika Dedi
penipuan terhadap nasabahnya. Ini dialami Jojor ternyata sudah masuk Daftar Pencarian Orang
Sitorus warga Jalan Rakutta Sembiring, Kecamatan (DPO) oleh pihak dealer Suzuki. Tonggo juga
Siantar Martoba, yang terdaftar sebagai nasabah menyampaikan, jika ada debt colector Adira,
Adira. Sebelumnya, Jojor mengambil sepeda motor bernama Sumuhang Simanjuntak, datang ke rumah
jenis Supra 125, nopol BK 5947 TAD, dengan cara meminta uang denda sebesar Rp3 juta, namun tak
mencicil pada bulan November 2010. Dengan uang diberikan Jojor. Lalu Sumuhang memberikan nomor
muka (DP) Rp 2 juta, setiap bulannya Jojor hand phone (HP) milik Ronny Harahap yang
membayar angsuran Rp 1,3 juta, dengan jangka menangani bagian BPKP di Adira.
waktu satu tahun. Namun, saat Jojor melunasi Namun Renhard mengatakan tak ada nama
angsuran, justru BPKP sepeda motor tak diberikan, Rony Harahap yang kerja di Adira. Dalam
dan harus membayar denda sekitar Rp 3,4 juta. Hal pertemuan itu, Renhard tak dapat memberikan
ini jelas menuai protes dari Jojor, karena keputusan, dan menyarankan agar Tonggo
sebelumnya telah membayar anguran selama 4 membawa orang tuanya, agar bisa dikonfrontir
bulan (Juli – Oktober 2011), dan denda, secara terkait pembayaran angsuran dan denda.
keseluruhan totalnya Rp 8,5 juta. Ternyata denda Sementara jumlah denda itu, Renhard menjelaskan
yang dibayarkan itu dimasukkan pihak Adira untuk jika per harinya dikenakan Rp 6.900. Tonggi menilai,
membayar angsuran bulan Mei – Juni 2011. ada indikasi permainan dilakukan oknum karyawan
Sebelumnya, bulan Juli 2011, debt Adira untuk memeras nasabah. Menurutnya, jika
colector Adira, bernama Dedi Mawan datang ke angsuran bulan Mei dan Juni dilarikan Dedi,
mengapa uang denda yang diberikan justru
45
dialihkan pihak Adira. “Kami akan mengadukan
Munir Fuad, op.cit., hal. 45.
46 Salim, op.cit, hal. 99.
pihak Adira, Jumat 16 Desember 2011, atas adanya
dugaan penipuan terhadap nasabah,” sebut Tonggo. AminWidjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal,.
(js) Aspek Yuridis Dalam Leasing, Cet. I, PT
Rineka Cipta, Jakarta, 1994
PENUTUP Ahmadi Miru,. Hukum Kontrak & Perancangan
A. Kesimpulan kontrak, Edisi I, Cet. II, PT RajaGrafindo
1. Pada prinsipnya pemilik yuridis objek leasing Persada, Jakarta. 2008
adalah lessor dan hanya akan berpindah Munir Fuady,. Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam
apabila kewajiban lessee sudah diselesaikan Teori Dan Praktek), Cet. III, PT Citra Aditya
dan hak opsi beli (pada financial lease) Bakti, Bandung. 2002
digunakan. Sehingga dalam hal terjadi _______ ,. Hukum Tentang Pembiayaan, Cet. V, PT
wanprestasi oleh pihak lessee dalam leasing Citra Aditya Bakti, Bandung. 2014
yang menyebabkan lessee tidak dapat Subekti, R,. Hukum Perjanjian, PT. Intermasa,
menggunakan hak opsi belinya, maka pemilik Jakarta. 1984
yuridis objek leasing yang bersangkutan adalah Salim,. Perkembangaan Hukum Kontrak Innominaat
lessor. di Indonesia, Cet. V,Sinar Grafika, Jakarta.
2. Bentuk perlindungan hukum terhadap lessor 2010
dalam objek leasing apabila lessee wanprestasi Sarwono,. Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik,
adalah dilakukan dalam beberapa tahapan, Edisi I, Cet. II, Sinar Grafika, Jakarta. 2011
yaitu perlindungan dilakukan melalui klausula- Sunaryo,. Hukum Lembaga Pembiayaan, Edisi I, Cet.
klausula yang terdapat dalam perjanjian leasing III, Sinar Grafika, Jakarta. 2012
itu sendiri, melalui jaminan tertentu sebagai Internet
jaminan hukum bagi lessor untuk pelunasan Diunduhpada,.http://staff.uny.ac.id/sites/default/fil
hutangnya dan perlindungan yang diberikan es/pendidikan/amanita%20novi%20yushita
kepada lessor melalui ketentuanketentuan %20s.e/sewa%20g una%20usaha.pdf,
umum mengenai hukum perikatan yang diatur tanggal 16 Desember 2021
dalam buku III KUH Perdata.

B. Saran
1. Lessor hendaknya lebih berhati-hati sebelum
memberikan fasilitas pembiayaan kepada calon
lessee, agar terhindar dari kerugian yang
mungkin disebabkan oleh pihak lessee di
kemudian hari. Selain itu,lessor juga harus
cermat dalam merumuskan klausula-klausula
pada suatu perjanjian leasing yang dibuatnya
dengan calon lessee, sehingga dapat
melindungi hak-haknya terhadap objek leasing
yang bersangkutan apabila di kemudian hari
terjadi wanprestasi oleh pihak lessee.
2. Berkaitan dengan perlindungan hukum
terhadap lessor dalam objek leasing apabila
lessee wanprestasi maka diharapkan peran
serta pemerintah untuk membuat peraturan
yang lebih jelas terkait perlindungan hukum
bagi perusahaan pembiayaan yang bergerak di
bidang sewa guna usaha (leasing) demi
tercapainya kepastian hukum bagi perusahaan
pembiayaan yang bergerak di bidang ini.

DAFTAR PUSTAKA
Buku

Anda mungkin juga menyukai