TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI baik bagi usaha kecil, menengah ataupun usaha
AKIBAT WANPRESTASI1 besar. Melalui kegiatan ini para pengusaha akan
Oleh: Alivia Z A. Pasaribu 2 dengan cepat dapat mengatasi masalah
Roosje Lasut 3 pembiayaan untuk memperoleh alat-alat
Roy Victor Karamoy 4 perlengkapan maupun barang-barang modal yang
mereka perlukan. Leasing/sewa guna usaha tidak
ABSTRAK memberikan persyaratan yang memberatkan dan
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk dengan sistem pendanaannya yang fleksibel
mengetahui bagaimana hak lessor dalam objek menyebabkan bisnis ini bisa berkembang dengan
leasing yang digunakan oleh lessee apabila lessee cepat di Indonesia.5 Di Indonesia lembaga ini baru
wanprestasi dan bagaimana perlindungan hukum ada pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya
akibat wanprestasi oleh lessee dalam leasing, yang beberapa surat keputusan menteri yang mengatur
dengan metode penelitian hukum normatif tentang sewa guna usaha, yaitu :
disimpulkan: 1. Pada prinsipnya pemilik yuridis a. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan,
objek leasing adalah lessor dan hanya akan Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan
berpindah apabila kewajiban lessee sudah No. 122, No. 32, No. 30 Tahun 1974 tanggal 7
diselesaikan dan hak opsi beli (pada financial lease) Februari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing.
digunakan. Sehingga dalam hal terjadi wanprestasi b. Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 649
oleh pihak lessee dalam leasing yang menyebabkan Tahun 1974 tanggal 6 Mei 1974 tentang
lessee tidak dapat menggunakan hak opsi belinya, Perizinan Usaha Leasing.
maka pemilik yuridis objek leasing yang c. Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 650
bersangkutan adalah lessor. 2. Bentuk Tahun 1974 tanggal 6 Mei Tahun 1974 tentang
perlindungan hukum terhadap lessor dalam objek Penegasan Ketentuan Pajak Penjualan Dan
leasing apabila lessee wanprestasi adalah dilakukan Besarnya Bea Materai Terhadap Usaha Leasing.
dalam beberapa tahapan, yaitu perlindungan Ketiga surat keputusan menteri tersebut
dilakukan melalui klausula-klausula yang terdapat merupakan titik awal sejarah perkembangan
dalam perjanjian leasing itu sendiri, melalui pengaturan leasing sebagai lembaga bisnis
jaminan tertentu sebagai jaminan hukum bagi pembiayaan di Indonesia.6 1Menurut Munir Fuady
lessor untuk pelunasan hutangnya dan meskipun terdapat berbagai variasi dari para pihak
perlindungan yang diberikan kepada lessor melalui yang terlibat dalam sistem pembiayaan berpolakan
ketentuanketentuan umum mengenai hukum leasing, pada prinsipnya para pihak tersebut adalah
perikatan yang diatur dalam buku III KUH Perdata. : (1) Lessor, yakni merupakan pihak yang
Kata Kunci: Perlindungan Hukum; Leasing. memberikan pembiayaan dengan cara leasing
kepada pihak yang membutuhkannya. Dalam hal ini
PENDAHULUAN lessor bisa merupakan perusahaan pembiayaan
A. Latar Belakang yang bersifat “multi finance,” tetapi dapat juga
Perkembangan dalam suatu masyarakat dapat perusahaan yang khusus bergerak di bidang leasing.
dilihat dari perkembangan lembaga yang ada pada (2) Lessee. Ini merupakan pihak yang memerlukan
masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, barang modal, barang modal mana dibiayai oleh
budaya dan politik. Sejalan dengan semakin lessor dan diperuntukkan kepada lessee. (3)
meningkatnya kegiatan Pembangunan Nasional, Supplier. Merupakan pihak yang menyediakan
peran serta pihak swasta dalam pelaksanaan barang modal yang menjadi objek leasing, barang
pembangunan harus semakin ditingkatkan pula. modal mana dibayar oleh lessor kepada supplier
Keadaan tersebut baik langsung maupun tidak untuk kepentingan lessee.7 Dalam Pasal 2
langsung akan menuntut lebih aktifnya kegiatan di Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor:
bidang pembiayaan. Kehadiran leasing bagi 1169/KMK01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna
perusahaan mempunyai peranan penting dalam (Leasing) ditentukan dua jenis leasing, yaitu :
I, Cet. II, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 74. 12 Munir Fuady,. Hukum Tentang Pembiayaan, (Dalam Teori
11 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal,. Aspek Yuridis Dan Praktek),. Cet. III, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. 2002, hal
Dalam Leasing, Cet. I, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal 46 45
3) Dalam keadaan tidak mampu ataupun tidak memberikan pernyataan lalai atau somasi tersebut
mau lagi membayar uang sewa, hal ini terjadi dapat ditiadakan dengan jalan menentukan dalam
dengan kemungkinan pihak lessee jatuh pailit perjanjian, bahwa suatu wanprestasi yang dilakukan
hingga tidak bisa membayar sewa barang yang oleh pihak lessee cukup dibuktikan dengan lewatnya
di-leased nya, atau memang dengan sengaja waktu pembayaran angsuran uang sewa, atau sejak
lessee tidak membayar sewa yang sudah jatuh saat dilakukannya tindakan-tindakan yang dilarang
tempo pembayarannya ; oleh perjanjian tersebut, tanpa lagi diperlukan suatu
4) Melakukan tindakan-tindakan yang dengan pernyataan atau teguran tertulis dari pihak lessor.
nyata melanggar perjanjian lease itu sendiri, Perlu juga diketahui bahwa pasal 1238 KUHPerdata
misalnya mensubleasekan barang yang di- tersebut hanya bersifat mengatur (regelend recht)
leased tersebut di mana lessee dengan tanpa dan bukan merupakan obligatoir (bersifat
seizin lessor (secara tertulis) mengalihpakaikan memaksa).16 Subekti dalam bukunya yang berjudul
barang yang dileasednya kepada pihak lain, Pokok-Pokok Hukum Perdata juga menyatakan
menjadikan barang itu sebagai jaminan bahwa apabila dalam suatu kontrak sudah
terhadap hutangnya, atau menjual barang ditetapkan kapan atau dalam hal-hal mana si
tersebut dengan tujuan antara lain melepaskan berhutang dapat dianggap lalai, maka tidak
diri dari pembayaran sewa yang dilanggarnya, diperlukan suatu somasi atau peringatan.17
atau menghilangkan label barang dan Sehingga dengan dicantumkannya klausula yang
sebagainya.13 menentukan kapan lessee dapat dinyatakan
Dalam leasing apabila pihak lessee melakukan wanprestasi dalam perjanjian leasing maka somasi
salah satu dari bentuk-bentuk ingkar tidak diperlukan lagi. Hal ini tentunya akan
janji/wanprestasi, maka untuk pelaksanaan menguntungkan bagi pihak lessor, khususnya dari
hukumnya Undang-Undang menghendaki si kreditur segi waktu.
(pihak lessor) untuk memberikan suatu pernyataan Secara garis besar ada 2 (dua) kemungkinan
lalai kepada pihak debitur (lessee). Hal ini terdapat yang timbul akibat adanya wanprestasi oleh lessee
dalam Pasal 1238 KUH Perdata yang menyatakan : yang berdampak pada kedudukan objek leasing,
"Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat yaitu apabila perjanjian leasing tetap ada dan
perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah apabila perjanjian leasing tersebut berakhir, baik
dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, karena diputus secara sepihak oleh lessor ataupun
ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang akan melalui putusan hakim. Kemudian, seperti yang
harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang telah diketahui pula bahwa perjanjian leasing dapat
ditentukan." dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu financial
Jadi, hal ingkar janji/wanprestasi/kelalaian atau lease (leasing dengan hak opsi) dan operating lease
default oleh pihak lessee yang berhutang itu pada (leasing dengan tanpa hak opsi),18 berdasarkan hal
pokoknya harus dinyatakan dulu secara formal, ini maka akan menimbulkan beberapa kemungkinan
yaitu dengan memperingatkan yang berhutang atau terkait kedudukan hukum objek leasing yang
lessee bahwa kreditur atau pihak lessor bersangkutan apabila terjadi wanprestasi oleh pihak
menghendaki pembayaran seketika atau jangka lessee, kemungkinan-kemungkinan tersebut
waktu pendek yang ditentukan. Singkatnya, hutang diantaranya : Apabila perjanjian leasing putus: Pada
itu harus ditagih dan yang lalai harus dilegur dengan financial lease : Perjanjian leasing merupakan
suatu peringatan atau "Somasi".14 Somasi adalah pengembangan dari perjanjian sewa menyewa
teguran dari si berpiutang (kreditur) kepada si konvensional. Karena itu, seperti biasanya dalam
berutang (debitur) agar dapat memenuhi prestasi hubungan antara yang menyewakan dengan
sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati penyewa, maka yang menjadi pemilik yuridis dari
antara keduanya. Somasi timbul disebabkan debitur benda objek sewa tersebut adalah pihak yang
tidak memenuhi prestasinya, sesuai dengan yang menyewakan benda yang dalam hal ini adalah pihak
diperjanjikan (Wanprestasi).15 Menurut Amin Lessor, dan bukan pihak penyewa benda yang
Widjaja Tunggal dan Arif Djohan kewajiban untuk bersangkutan (lessee).19 Pada perjanjian financial
50.
31 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal. 45 35 Salim II, op.cit, hal. 178.
ataupun tidak. Kecuali ditentukan lain dalam satu pihak dalam perjanjian tidak dapat
kontrak yang bersangkutan.36 melaksanakan prestasinya sesuai dengan perjanjian
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut (wanprestasi). Tanggung jawab pihak lessee
dapat penulis simpulkan bahwa dalam hal terjadi terhadap lessor atas obyek perjanjian sewa guna
wanprestasi oleh lessee dalam perjanjian leasing, usaha/leasing tersebut dalam praktek perjanjian
maka selain beberapa bentuk tuntutan yang dapat leasing pada umumnya dipengaruhi dan ditentukan
dilakukan lessor terhadap lessee sebagaimana telah oleh jenis pembiayaan dalam perjanjian tersebut.
disebutkan di atas, lessor juga memiliki hak untuk Jenis pembiayaan yang biasanya dipergunakan
melakukan pemutusan kontrak leasing secara dalam praktek perjanjian leasing adalah jenis
sepihak (tanpa melalui putusan hakim). Dan dalam financial lease dan operating lease. Dalam jenis
hal terjadi pembatalan secara sepihak dari pihak financial lease, pengaturan mengenai tanggung-
lessor tersebut menurut prakteknya maka pihak jawab terhadap obyek perjanjian sewa guna
lessor berhak untuk menangih semua cicilan dan usaha/leasing seluruhnya dibebankan pada lessee,
biaya-biaya yang belum lunas terbayar oleh lessee.37 termasuk segala resiko yang timbul dari
Selain itu, menurut Munir Fuady pihak lessor juga penggunaan obyek tersebut, sedangkan dalam
berhak untuk mengambil kembali objek leasing operating lease, pengaturan mengenai tanggung
yang berada dalam kekuasaan lessee tanpa harus jawab terhadap obyek perjanjian sewa guna
memperhitungkan/mengembalikan kelebihan usaha/leasing seluruhnya dibebankan pada lessor,
harga. Hal ini dikarenakan barang modal/objek termasuk segala resiko yang timbul dari
leasing tersebut merupakan milik penggunaan obyek tersebut.42 Pengaturan dalam
lessor.38Kemudian, untuk menghindari kesulitan operating lease ini sama dengan pengaturan dalam
dalam hal melakukan pengambilan kembali objek perjanjian sewa menyewa biasa. Adapun tanggung
leasing tersebut, maka dalam perjanjian leasing jawab pihak lessee terhadap lessor atas obyek
dapat dicantumkan suatu klausula yang perjanjian sewa guna usaha/leasing yang terdapat
menyatakan, bahwa dalam hal terjadinya default dalarm praktek perjanjian leasing adalah mengenai:
(wanprestasi) oleh pihak lessee, maka lessee Penggunaan barang leasing, Pemeliharaan barang
memberikan persetujuan/izin yang tidak dicabut leasing, Kehilangan dan kerusakan barang leasing
kembali kepada pihak lessor untuk memasuki karena sebab apapun, Wanprestasi atau ingkar janji
pekarangan atau tempat dimana barang yang dari lessee, Pembiayaan barang leasing yang
dileased itu berada, dan mengambil kembali meliputi biaya asuransi, pajak, bunga, dan lain-
barang-barang yang menjadi objek leasing itu, lain.43 Pelaksanaan atas suatu prestasi dari tanggung
dengan atau tanpa bantuan pihak kepolisian.39 jawab pihak lessee terhadap lessor atas obyek
Selain yang telah disebutkan di atas, upaya yang perjanjian sewa guna usaha/leasing dalam
dapat dilakukan oleh lessor apabila terjadi prakteknya harus sesuai dengan undang-undang,
wanprestasi oleh pihak lessee tanpa lessor kebiasaan, dan kepatutan, seperti yang diatur dalam
diharuskan menghentikan perjanjian leasing yang Pasal 1338 Ayat 3 KUH Perdata.44 Pengaturan
bersangkutan menurut Amin Widjaja Tunggal dan mengenai tanggung jawab tersebut diatas oleh para
Arif Djohan dapat berupa penarikan kembali pihak dalam perjanjian leasing harus dilakukan
barang/objek leasing tersebut sampai lessee berdasarkan atas itikad baik dan keadilan, seperti
memenuhi kewajiban-kewajibannya.40 yang diatur dalam ketentuan buku III KUH Perdata,
Leasing termasuk bisnis yang loosely semua ketentuan mengenai pejanjian & perikatan
regulated, dimana perlindungan para pihaknya yang berlaku dalam hukum perjanjian juga harus
hanya sebatas itikad dari masing-masing pihak dijadikan dalam pembagian tersebut. Dalam hal
tersebut yang dituangkan dalam bentuk perjanjian terjadi wanprestasi oleh pihak lessee yang
leasing.41 Sehingga terdapat kemungkinan salah menyebabkan kerugian bagi pihak lessor, KUH
Perdata vide Pasal 1239 menentukan bahwa dalam
36
suatu pihak melakukan wanprestasi, maka pihak
Munir Fuady,. Op.Cit., hal. 47.
37 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal. lainnya dapat menuntut diberikan ganti rugi berupa
50.
38 Munir Fuady, op.cit., hal. 22.
39Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, op.cit., hal. 49-
B. Saran
1. Lessor hendaknya lebih berhati-hati sebelum
memberikan fasilitas pembiayaan kepada calon
lessee, agar terhindar dari kerugian yang
mungkin disebabkan oleh pihak lessee di
kemudian hari. Selain itu,lessor juga harus
cermat dalam merumuskan klausula-klausula
pada suatu perjanjian leasing yang dibuatnya
dengan calon lessee, sehingga dapat
melindungi hak-haknya terhadap objek leasing
yang bersangkutan apabila di kemudian hari
terjadi wanprestasi oleh pihak lessee.
2. Berkaitan dengan perlindungan hukum
terhadap lessor dalam objek leasing apabila
lessee wanprestasi maka diharapkan peran
serta pemerintah untuk membuat peraturan
yang lebih jelas terkait perlindungan hukum
bagi perusahaan pembiayaan yang bergerak di
bidang sewa guna usaha (leasing) demi
tercapainya kepastian hukum bagi perusahaan
pembiayaan yang bergerak di bidang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku