Anda di halaman 1dari 6

PERLINDUNGAN PROVIDER JASA INTERNET PAKET

DARURAT TERHADAP PELANGGAN YANG TIDAK


MEMBAYAR TAGIHAN PAKET DARURAT DIHUBUNGKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
(Studi Kasus Provider Telkomsel)

OUTLINE

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-
1) Pada Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

DISUSUN OLEH :

NAMA : PUTRA ADITIYA SULAEMAN

NIM : 1111190230

BIDANG : HUKUM PERDATA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

TAHUN 2022
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi menuntut masyarakat dari seluruh dunia, untuk
bergerak lebih cepan dan lebih mudah dari waktu ke waktu. Seiring
berjalannya waktu, tuntutan inovasi berkembang mengikuti kemajuan
zaman. Internet saat ini sudah menjadi salah satu moda transportasi maya
yang krusial. Saat ini, kebutuhan apapun selalu ditunjang oleh kinerja
internet, yang secara bersamaan mendukung segala inovasi yang ada.
Kebutuhan akan internet dewasa ini semakin masif. Didukung
dengan kecanggihan teknologi elektronik seperti gawai dan laptop.
Kebutuhan dari internet ini juga saat ini memiliki beragam fungsi.
Ditunjang dari segi ekonomi, internet juga erat kaitannya dengan berbagai
bisnis. Salah satunya adalah bagaimana Provider yang menyediakan jasa
layanan internet memberikan pelayanan yang beragam.
Salah satu Pelayanan yang mendasar adalah dengan membeli kuota
internet. Kuota internet ini disajikan dengan beragam pilihan dan harga,
mulai dari yang termurah dan termahal. Salah satu inovasi yang sekarang
ini muncul adalah dengan memperkenalkan sistem pascabayar yang
didasarkan pada pinjaman atau yang dikenal adalah paket darurat.
Paket darurat yang dewasa ini dikenal memberikan suatu sistem
pembayaran secara virtual dengan dasar pinjaman. Pengguna dapat
menggunakan paket darurat dengan berbagai pilihan yang disediakan.
Pengguna selanjutnya akan membayar pinjaman dari paket darurat tersebut
dengan mengisi pulsa sesuai dengan nominal yang digunakan untuk paket
darurat.
PT. Tellkom Indonesia sebagai pemilik sekaligus penyelenggara
Telkomsel adalah salah satu Provider yang menyediakan jasa layanan
Paket Darurat. Dilansir dari website resminya, adapun syarat yang harus
dipenuhi pengguna untuk dapat menggunakan paket darurat yaitu :1

1
Telkomsel, paket darurat, https://www.telkomsel.com/paket-darurat.com,
a. Paket yang ditawarkan sudah ditentukan oleh sitem sesuai
dengan kriteria pelanggan.
b. Paket ini tidak otomatis diperpanjang (non-subscription)
c. Paket dan kuota dapat berubah sesuai dengan kebijakan
telkomsel.
d. Harga sudah termasuk PPN.
e. Paket hanya berlaku untuk nomor PraBayar.
Kegiatan pinjaman paket darurat ini didasarkan pada perjanjian.
Menurut rutten, perjanjian adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan
formalitas-formalitas dari peraturan yang ada tergantung dari persesuian
kehendak dua atau lebih orang–orang yang ditunjukan untuk timbulnya
akibat hukum dari kepentingan salah satu pihak atas beban pihak lain atau
demi kepentingan masing-masing pihak secara timbal balik. Dapat
disimpulkan, bahwa perjanjian harus memuat kepentingan dari kedua
belah pihak bukan semata-mata hanya sebagai landasan pelaksanaan
kerjasama, lebih dari itu adalah untuk melindungi hak dari para pihak.2
Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu
standard contract. Standar kontrak merupakan perjanjian yang telah
ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir. Kontrak ini
dilakukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi
yang kuat terhadap ekonomi lemah.3 Menurut Munir Fuady mengartikan
kontrak baku adalah suatu kontrak dalam tertulis yang dibuat hanya oleh
salah satu pihak dalam kontrak tersebut, bahkan sering kali tersebut sudah
tercetak dalam bentuk formulir-formulir tertentu olah salah satu pihak,
yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya parah
pihak hanya mengisikan data-data formulir tertentu saja dengan sedikit
atau tanpa perubahan klausulklausulnya, di mana pihak lain dalam kontrak
tersebut tidak mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan
untuk menegosiasi atau perubahan klausul-klausul yang sudah dibuat oleh

2
Purwahid Partik, Hukum Perdata II Jilid 1, 1988, hlm, 1-3.
3
H.Salim HS, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak diluar KUH Perdata, hlm 145
salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku hanya berat
sebelah pihak yang disodorkan kontrak baku tidak mempunyai kesempatan
untuk bernegosiasi dan berada pada posisi “take it or leave it”.4
PT. Telkomsel selaku penyelenggara layanan, secara perjanjian
baku dalam peminjaman juga secara komprehensif belum mengatur lebih
lanjut terkait hak dan kewajiban antara kedua belah pihak, yaitu Provider
Telkomsel dan pengguna yang dapat dituangkan dalam kontrak baku.
Secara garis besar, perjanjian antara dua pihak ini dalam penyelenggaraan
paket darurat hanya sebatas syarat dan ketentuan yang telah disebutkan
diatas. Tidak diaturnya kontrak baku ini dapat mengakibatkan Provider
Telkomsel mengalami kerugian.
Praktiknya, dalam penggunaan jasa pinjaman berupa paket darurat
ini, masih memiliki banyak kekurangan. Salah satu kekurangan yang
kontras saat ini adalah terkait kontrak baku yang ditetapkan oleh
penyelenggara layanan paket darurat yaitu PT. Telkomsel. Syarat
ketentuan yang tertera diatas belum sepenuhnya menjadi acuan yang dapat
memberikan kesepakatan antara penyelenggara layanan yaitu PT.
Telkomsel dengan pengguna layanan. Hal ini dikhawatirkan dapat
menyebabkan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pengguna.
Hak dan Kewajiban antara Penyelenggara layanan sebagai pelaku
usaha, dan pelanggan sebagai konsumen juga terkait klausula baku. diatur
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Dalam undang-undang ini, hak dan kewajiban pelaku usaha
dan konsumen diatur dalam pasal 4 sampai pasal 7.
pasal 5 huruf (a) dan (b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 199
tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan, Kewajiban Konsumen
adalah untuk: (a) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan
prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi
kemanan dan keselamatan; dan (b) beritikad baik dalam melakukan
pembelian barang dan/atau jasa. Dengan hal ini, pengguna layanan paket

4
Ibidem.
darurat harus senantiasa paham dan mengerti terkait dasar dari perjanjian
pinjaman yang dilakukan, dan beritikad baik untuk melakukan
pembayaran sesuai dengan nominal yang ada di perjanjian pinjaman.
pasal 6 huruf (a) dan (b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 199
tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan, Hak Pelaku Usaha adalah
untuk: (a) hak untuk menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan; dan (b) hak untuk mendapat perlindungan hukum dari
tindakan konsumen yang tidak beritikad baik. PT. Telkom Indonesia
Selaku pemilik dan penyelenggara Provider dalam hal ini, senantiasa
mendapat perlindungan dari apa yang telah dilakukan oleh konsumen yaitu
pelanggan paket darurat.
Jaringan internet yang luas membuat proses pertanggungjawaban
terkadang tidak terpenuhi. Para pengguna, dapat saja menghilang dengan
sesuka hati, tanpa menunaikan kewajibannya. Dengan adanya celah ini,
dikhawatirkan proses dari pinjaman paket darurat ini tidak serta merta
menunaikan kontrak yang telah disepakati. Permasalahan yang dapat
dijabarkan adalah yang Pertama, bagaimana perlindungan Provider
Telkomsel terhadap pelanggan yang dengan sengaja tidak membayar
tagihannya sesuai dengan nominal yang di pinjam di paket darurat. Yang
Kedua, terkait bagaimana pihak pertama, yaitu PT. Telkom Indonesia
selaku penyelenggara Provider Telkomsel belum membuat kontrak baku
yang melindungi kedua belah pihak, dengan tanpa memuat klausul
eksemsi. Dan yang Ketiga adalah bagaimana pertanggungjawaban
pengguna layanan Paket Darurat yang tidak membayar tagihannya, dalam
hal ini melakukan perbuatan melawan hukum, dengan disandingkan
kondisi yang ada saat ini, yaitu kondisi globalisasi yang penggunaanya
didasari dengan internet.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan oleh penulis
diatas, penulis sangat tertarik untuk mengkaji dan memperhatikan
bagaimana dasar perlindungan Provider Jasa Internet Paket Darurat yang
diselenggarakan oleh PT. Telkom Indonesia terhadap pelanggan yang
tidak membayar tagihan paket darurat. “PERLINDUNGAN

PROVIDER JASA INTERNET PAKET DARURAT


TERHADAP PELANGGAN YANG TIDAK MEMBAYAR
TAGIHAN PAKET DARURAT DIHUBUNGKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN “.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis mencoba untuk
merumuskan masalah yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu sebagai
berikut :
1. Bagaimana Perlindungan Provider Jasa Internet Paket Darurat
terhadap Pelanggan yang tidak membayar Tagihan Paket Darurat
dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 199 tentang
Perlindungan Konsumen?
2. Bagaimana akibat hukum yang akan terjadi atas kesengajaan tidak
membayar tagihan yang dilakukan pengguna layanan paket darurat
Prvoider Telkomsel ?

Anda mungkin juga menyukai