Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ARUN AL RASYID

NIM : D10120241

TUGAS PENGGANTI UAS HUKUM DAGNG

Analisa hubungan hukum dan konstruksi hukum antara Go-jek atau grab dengan
konsumen dan PT perusahaan driver tersebut

-Hubugan hukum antara driver Go-jek dan PT.Go-jek merupakan hubungan


kemitraan

Pengertian perjanjian kemitraan adalah bentuk umum suatu hubungan hukum


antara satu pihak dengan pihak lainnya atas dasar hubungan kemitraan
(partnership agreement). Ketentuan umum perjanjian kemitraan adalah Pasal
1338 jo Pasal 1320 KUHPer. Sedangkan, ketentuan khusus, dapat merujuk pada
ketentuan KUHPerdata dalam Pasal 1618 KUH Per s.d. Pasal 1641 KUHPer, yakni
hubungan hukum para pihak antara mitra satu dengan mitra lainnya dengan
memasukkan suatu “modal” sebagai “seserahan” (inbreng).

Dalam perjanjian kemitraan antara PT. Go-Jek Indonesiadengan driver Go-Jek


menggunakan Akta dibawah Tangan. Akta dibawah tangan adalah akta yang
dibuat tidak di hadapan pejabat yang berwenang atau Notaris.Akta ini yang dibuat
dan ditandatangani oleh para pihak yang membuatnya. Apabila suatu akta di
bawah tangan tidak disangkal oleh Para Pihak, maka berarti mereka mengakui
dan tidak menyangkal kebenaran apa yang tertulis pada akta di bawah tangan
tersebut, sehingga sesuai Pasal 1857 KUHPerdata Akta Dibawah Tangan tersebut
memperoleh kekuatan pembuktian yang sama dengan suatu Akta Otentik.

Dengan demikian maka hubungan hukum yang timbul antara driver Go-Jek
dengan PT. Go-Jek Indonesia adalah hubungan kemitraan karena kedua belah
pihak memiliki kedudukan yang sama sebagai mitra yang disepakati melalui
perjanjian dengan Akta Dibawah Tangan.
-Hubungan hukum antara driver Go-jek dengan konsumen adalah konsumen
dengan penyedia layanan jasa.

menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen (“UU Perlindungan Konsumen”), konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan.

Dengan demikian, baik pengusaha penyedia aplikasi dan driver ojek sebagai
penyedia layanan jasa wajib melaksanakan hak penumpang sebagai konsumen
yaitu:[1]

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi


barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian


sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Sebagai contoh, pemenuhan hak konsumen ini jika kita ambil dari Gojek Indonesia
adalah PT Aplikasi Karya Anak Bangsa memberikan santunan musibah kecelakaan
kepada seluruh pelanggan GO-JEK yang menggunakan layanan. Konsumen akan
menerima penggantian sampai dengan Rp. 10 juta* dan untuk biaya rumah
sakitnya sampai dengan Rp. 5 juta*.
-Konstruksi hukumnya yaitu berupa perjanjian kerja

Perjanjian kerja merupakan jenis kontrak timbal balik, yaitu kontrak atau
perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban pada kedua belah
pihak.Perjanjian kerja juga merupakan jenis perjanjian bernama karena termasuk
salah satu kontrak yang disebutkan dan diatur dalam KUHPerdata. Perjanjian
kerja kemudian mulai diatur secara khusus dalam peraturan perundang-undangan
di luar KUHPerdata

Pasal 1601a KUHPerdata : “suatu perjanjiandimana pihak yang satu si buruh,


mengikatkan dirinya untuk di bawah perintahnya pihak yang lain, si majikan untuk
suatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah”

R. Iman. Soepomo mengemukakan bahwa perjanjian kerja adalah suatu


perjanjian dimana pihak kesatu, buruh,mengikatkan diri untuk bekerja dengan
menerima upah pada pihak lainnya,majikan, yang mengikatkan diri untuk
mengerjakan buruh itu dengan membayar upah. Berdasarkan pengertian
perjanjian kerja, dapat ditarik beberapa unsur dari perjanjian kerja, yakni:

1) adanya unsur work atau pekerjaan;

2) adanya unsur perintah;

3) adanya waktu

4) adanya upah.

Syarat-syarat sahnya perjanjian tedapat di dalam Pasal1320 KUHPerdata yang


merumuskan, untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;


c. Suatu hal tertentu; dan

d. Suatu sebab yang halal.


8888

Anda mungkin juga menyukai