Anda di halaman 1dari 5

Rivaldi Rizqianda Pratama

1806182870
Filsafat Hukum – A
Paralel

LATBEL:

A.V. Dicey Ahli Hukum dari kalangan anglo saxon berpendapat bahwa ciriciri dari
konsep the rule of law meliputi (Dicey,1973), (terjemahan bebas peneliti): a. Supremasi
hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan sehingga seseorang hanya
boleh dihukum jika melanggar hukum; b. Kedudukan yang sama di depan hukum baik
bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat; c. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-
undang dan keputusan-keputusan peradilan.1

Constitutional Complaint atau pengaduan konstitusional merupakan salah satu


bentuk dari upaya hukum yang dapat dilakukan untuk memberikan perlindungan
terhadap hak-hak konstitusional warga negara.2 Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga
pelindung hak konstitusional yang tercantum dalam UUD 1945. Langkah ini dapat
menjadi medium bagi warga negara yang merasa hak-hak konstitusionalnya atau hak
yang terdapat dalam konstitusi diabaikan oleh pihak yang memiliki kewenangan dan
3
kewajiban melaksanakan hal tersebut. Biasanya pengaduan konstitusional itu
dilakukan apabila sudah memalui semua jalan yang dilakukan untuk mendapatkan
keadilan mengenai hak konstitusionalnya. Jadi, dapat disimpulkan Mahkamah
Konstitusilah yang menjadi tempat terakhir untuk mencari Mempertimbangkan
Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi keadilan dan
mengadukan hak-hak konstitusional yang di atur dalam UUD NRI 1945 dilanggar oleh
suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atau pejabat publik.4

Hamdan Zoelva berpendapat bahwa Secara khusus constitutional complaint atau


pengaduan konstitusional merupakan bentuk pengaduan warga negara ke pengadilan
konstitusi karena mendapat perlakuan (kebijakan atau tidak ada kebijakan) dari negara,
dalam hal ini baik pemerintah; lembaga perwakilan rakyat, maupun Mahkamah Agung,

1
Jurnal hlm 13
2
Heru Setiawan, “MEMPERTIMBANGKAN CONSTITUTIONAL COMPLAINT SEBAGAI KEWENANGAN MAHKAMAH
KONSTITUSI”, Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017, hlm. 11 (11-23)
3
Ibid.
4
Ibid., hlm. 11 -12.
Rivaldi Rizqianda Pratama
1806182870
Filsafat Hukum – A
Paralel

yang bertentangan dengan konstitusi dan merugikan hak-hak warga negara.


Constitutional complaint hanya bisa diajukan setelah semua upaya hukum dilakukan
melalui lembaga-lembaga negara yang lain.5 Di banyak negara, wewenang ini
merupakan salah satu wewenang pengadilan konstitusi. Namun di Indonesia, UUD 1945
tidak secara tegas memberikan wewenang constitutional complaint atau pengaduan
warga negara kepada Mahkamah Konstitusi.6

Jika kita melihat lebih jauh konsep ini telah diterapkan di beberapa negara. Di
Jerman dcontohnya hal ini dinamakan dengan Bundesverfassungsgerichts dilaksanakan
dengan penyebab adanya hak dasar seseorang yang dilanggar oleh pembuat kebijakan.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 93 Federal Constitutional Court ayat 4a dan 4b
yang menyebutkan:

“(4a). on complaints of unconstitutionality, being filed by any person claiming that


one of his basic rights or one of his rights under Article 20 (4) or under Article 33,
38, 101, 103 or 104 has been violated by public authority; (4b). on complaints of
unconstitutionality filed by communes or associations of communes on the ground
that their right to self-government under Article 28 has been violated by a statute
other than a State statute open to complaint to the respective state constitutional
court”7

Mengenai subek dari pengaduan Konstitusional pasal 90 ayat 1 Konstitusi Jerman,


menyatakan frasa “setiap orang” berhak untuk mengajukan permohonan, sejauh ia
mampu memegang hak-hak dasar.8 Sedangkan untuk objek pengaduannya sendiri di
jerman dibatasi bahwa harus merupakan tindakan kekuasaan kenegaraan publik di
jerman dimana tindakan ini harus menyinggung bagian-bagian dari ham yang diatur
dalam konstitusi.

Sedangkan, di negara lain di bagian Asia konsep ini diterapkan di Korea Selatan.
Di Asia, Korea Selatan adalah negara yang sudah lama menerapkan constitutional
complaint sebagai salah satu wewenang pengadilan konstitusinya. Wewenang ini
5
Hamdan Zoelva, “CONSTITUTIONAL COMPLAINT DAN CONSTITUTIONAL QUESTION DAN PERLINDUNGAN
HAK-HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA”, Jurnal Media Hukum (2012), hlm. 153 (152-165)
6
Ibid.
7
Jerman, Federal Constitutional Court, Ps. 93
8
Jerman, Konstitusi Jerman, Ps. 90 ayat (1)
Rivaldi Rizqianda Pratama
1806182870
Filsafat Hukum – A
Paralel

diberikan berdasarkan Pasal 68 ayat (1) dan (2) The Constitutional Court Act of Korea
yang menyatakan:

“ (1) Any person who claims that his basic right which is guaranteed by the
Constitution has been violated by an exercise or non-exercise of governmental
power may file a constitutional complaint, except the judgments of the ordinary
courts, with the Constitutional Court: Provided, That if any relief process is
provided by other laws, no one may file a constitutional complaint without having
exhausted all such processes” (2) If the motion made under Article 41 (1) for
adjudication on constitutionality of statutes is rejected, the party may file a
constitutional complaint with the Constitutional Court. In this case, the party may
not repeatedly move to request for adjudication on the constitutionality of statutes
for the same reason in the procedure of the case concerned.9”

Namun permasalahan yang muncul dari dua negara tersebut adalah menumpuknya
kasus yang diperkarakan ke Mahkamah Konstitusi. Salah satu penyelesaian yang
ditawarkan oleh Hamdan Zoelva adalah Constitutional complaint hanya bisa diajukan
setelah semua upaya hukum dilakukan melalui lembaga-lembaga negara yang lain.10

Di Indonesia sendiri sejak awal berdirinya, hingga pertengahan tahun 2010,


Mahkamah Konstitusi RI ternyata cukup banyak menerima pengajuan permohonan
pengujian undang-undang yang secara substansial merupakan constitutional
complaint.11 Seperti yang telah disampaikan dalam bagian sebelumnya, bahwa kondisi
kedaruratan membutuhkan waktu yang cepat dan penanganan yang tepat.
Perlindungan warga negara dalam keadaan darurat tidak serta merta dapat
dikesampingan sesuai dengan teori necessity yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam
praktiknya kerap kali hal tersebut dilakukan melalui pengujian undang-undang sebagai
pintu masuk pemeriksaannya. Keadaan tersebut terjadi dikarenakan belum ada
mekanisme atau jalan lain yang dapat diambil para pencari keadilan atau warga negara
yang dilanggar hak konstitusionalnya, sehingga para pemohon menggunakan pintu

9
) The Constitutional Court Act of Korea
10
Hamdan Zoelva, 157
11
Hamdan Zoelva 160
Rivaldi Rizqianda Pratama
1806182870
Filsafat Hukum – A
Paralel

masuk pengujian undang-undang agar permasahannya dapat diadili Mahkamah


Konstitusi.

Dalam permasalahan menghadapi situasi darurat ini diperlukan suatu kanal


yang cepat dan dapat diakses oleh khalayak sebagai checks and balances dari
pengesampingan hak-hak konstitusional yang diterapkan disaat keadaan darurat. Pasal
12 UUD NRI tidak memberikan rincian mengenai klausul apa saja yang disimpangi
dalam keadaan bahaya sehingga kehilangan unsur objektif pelaksana di dalamnya. 12
pemenuhan checks and balances dalam pelaksanaan kedaruratan juga banyak didesain
dalam konstitusi-konstitusi dunia. Salah satunya  dengan melibatkan pengadilan seperti
Mahkamah Konstitusi untuk menentukan konstitutionalitas sebuah status kedaruratan
yang dideklarasikan oleh sebuah pemerintahan. Peran checks and balances misalnya di
Mahkamah Konstitusi menjadi penting untuk menilai apakah dalil  ‘salus populi suprema
et sola lex esto’ sudah secara proporsional untuk menghindari apa yang disebutkan oleh
Clinton Rossiter sebagai constitutional dictatorship yang berbahaya. 13 Akhir bagian ini
penulis mengutip salah satu kata-kata dari Richard Posner yang berkata “A constitution
that will not bend will break”, dimana harus ada kelenturan yang dibutuhkan untuk
diatur untuk menghadapi kondisi-kondisi yang tidak normal dalam konstitusi. Terdapat
situasi-situasi tertentu dimana negara dihadapkan pada kondisi tidak lazim yang
memerlukan pendekatan ketatanegaraan yang spesial melalui peraturan keadaan
darurat.14

Pengesampingan Hak Konstitusional secara proporsional dan memenuhi


persyaratan neccesity memang diperlukan. Namun, pada praktiknya kerap kali
pengesampingan itu tidak mencapai tujuan dari HTN darurat yang diterapkan dan
hilangnya hak-hak konstitusional masyarakat secara tidak proposional. Karena pada
pokoknya hal tersebut tetaplah harus memenuhi rasa keadilan dan kemanusian yang
diamanahkan Pancasila sebagai falsafah kehidupan bangsa. Dalam hal ini penggunaan
constitutional complaint dapat menjadi satu sarana yang aktual dan cepat dalam

12
Quratta Ayun, “Kedaruratan dan Konstitusi”,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt6062df35267d3/kedaruratan-dan-konstitusi?page=3, Diakses
10 Juni 2021
13
Ibid.
14
Fitra Arsil, “MODEL PENGATURAN KEDARURATAN DAN PILIHAN KEDARURATAN INDONESIA DALAM
MENGHADAPI PANDEMI COVID-19”, Jurnal Hukum & Pembangunan April-Juni 2020, 424, 423-444
Rivaldi Rizqianda Pratama
1806182870
Filsafat Hukum – A
Paralel

keadaan darurat yang membutuhkan mekanisme yang lebih singkat dibandingkan


melalui pengadilan umum biasa.

Anda mungkin juga menyukai