Anda di halaman 1dari 5

1

Nama : Nahya Attaya Nazura

Prodi. : Ilmu administrasi negara

MK : pengantar Ilmu politik

25 Oktober 2023

kondisi politik di Indonesia pada saat ini

● Sedang di resahkan dengan pandemic covid 19

● Kurang transparan dan terlalu banyak partai politik.

● Relatif stabil

● Politik indonesia saat ini sedang mengalami tantangan, terutama karena adanya pandemi covid

19

● kondisi politik di indonesia saat ini bisa dikatakan kotor

● Kondisi Politik di Indonesia saat ini dirasa masih sama seperti kondisi politik kolonial belanda

kenapa dikatakan begitu karna pada faktanya mental rakyat Indonesia sudah sangat kental

dengan korupsi dan asas sama-sama senang sehingga tidak ada perbedaan lagi yang mana

yang benar yang mana yang salah (menuhankan uang dan siapa yang punya modal ia yang jadi

pemegang kekuasaan terbesar


2

● Menurut pandangan saya, politik di Indonesia masih kurang, para pemimpin harus lebih

bijaksana dan lebih bertanggung jawab, jika ingin mendapatkan indonesia yang lebih baik.

KONDISI KAMPANYE POLITIK DI INDONESIAKampanye adalah arena adu kekuatan

pengaruh, pengenalan diri, dan program-program yangbersaing. Kandidat yang mampu

menawarkan program yang menarik dan menjanjikancenderung mendapatkan dukungan

massa selama massa “mengarahkan” program tersebut. Saat ini kampanye politik menjadi

salah satu peran penting untuk mendapatkan suara danperhatian masyarakat, partai

maupun kandidat telah melakukan banyak upaya untuk meraihsimpati publik dengan

beberapa jenis kampanye yang sering digunakan diantaranya

1. Kampanye Bersih

Kampanye dilakukan dengan menggunakan metode atau program yang mampu

mendukungkandidat untuk mempromosikan diri atau memperkenalkan diri disertai

dengan penjelasangagasan dan tujuan sehingga visi dan misi positif masyarakat dapat

teredukasi dengan baik untukmemahami setiap gagasan yang diusung. , dengan harapan dapat

menarik suara masyarakat.

2. Kampanye Hitam

Sebuah kampanye yang berisi kritik dan perdebatan selama masih berkaitan dengan

programkerja, visi dan misi atau konsep yang ditawarkan pembangunan kepada

masyarakat. Blackcampaign menggunakan cara-cara rayuan destruktif, sindiran atau rumor


3

yang disebar tentangkandidat kepada masyarakat guna menimbulkan persepsi yang dianggap

tidak etis, khususnyadalam hal kebijakan publik.

3. Kampanye Negatif

Kampanye negatif pada umumnya cenderung menyerang lawan politik secara personal,

faktaterkait keburukan pribadi dan kesenjangan ide, program kerja serta visi dan

misi akandimunculkan dan digoreng sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan negatif bagi

lawanpolitik di hadapan khalayak luas.

4. Kampanye Abu-Abu

Kampanye yang cenderung menyerang tetapi tidak didasarkan pada data dan fakta yang

kuat,atau yang belum dapat dibuktikan kebenarannya memberikan kesan bahwa lawan politik

salah.

kondisi politik menjelang pemilu 2024

Politik identitas akan menggiring opini publik bahwa orang yang tidak beridentitas sama

dengan mereka tidak pantas untuk menjadi pemimpin. Ini tentu saja menyebabkan

kaum minoritas akan kehilangan hak yang sama dalam pemerintahan negara,

khususnya dalam ranah pemilu maupun pemilihan. Serta dikhawatirkan secara lambat laun

akan mencederai demokrasi. Sejak Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu, penggunaan isu politik

identitas mulai kerap digunakan dalam rangka mencari dukungan suara. Banyak hoax dan ujaran

kebencian berbau SARA yang ditunjukkan kepada salah satu pasangan calon atau calon

perseorangan, dengan harapan lawan politik kehilangan dukungan masyarakat. Masalahnya

adalah, ketika isu-isu tersebut sampai ke calon pemilih yang tidak memiliki cukup pengetahuan
4

dan mudah terpengaruh, besar kemungkinan para calon dari kaum minoritas ini akan kehilangan

apresiasi rakyat. Bahkan sekalipun jejak karier serta prestasi calon tersebut cukup mumpuni

untuk menjadi pemimpin atau wakil rakyat. Lalu, bagaimana dampak dari adanya politik

identitas itu sendiri? Menurut Aryojati (2020) maraknya isu populisme dalam politik identitas

akan mengancam persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia. Penggunaan isu keagamaan

dalam penghimpunan dukungan politik mempunyai lubang besar yang bisa saja ditumpangi oleh

oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan memang menginginkan perpecahan Indonesia.

Jika hal ini terus berlanjut, semangat persatuan dan kesatuan yang rendah akan meningkatkan

potensi polarisasi masyarakat bahkan elite politik.

Politik identitas berbasis agama yang digunakan dalam kampanye politik juga akan menciptakan

jurang pemisah antar kelompok umat beragama di Indonesia. Kuatnya tekanan dari kelompok

agama radikal di Indonesia secara tidak langsung akan memberikan dampak buruk bagi pemeluk

agama yang lain. Pemeluk agama minoritas akan merasa didiskriminasi, sehingga akan

memunculkan perpecahan antar umat beragama. Belajar dari pengalaman pemilu serentak 2019,

tidak menutup kemungkinan bahwa isu-isu itu akan kembali muncul dalam pemilu tahun 2024

mendatang. Peristiwa yang lalu memiliki kesempatan besar untuk terus digaungkan oleh

kelompok radikal demi keuntungan pribadi. Begitu pula oleh golongan-golongan yang memang

pada dasarnya menginginkan perpecahan antara kaum mayoritas dan kaum minoritas di

Indonesia. Menghilangkan praktek politik identitas akan menjadi salah satu PR penting bagi

Indonesia menjelang pemilu 2024 mendatang. Hal ini menjadi penting, terlebih karena

berhubungan erat dengan kesetaraan hak, persatuan dan kesatuan masyarakat, serta
5

prinsip-prinsip demokrasi. Apalagi, masalah SARA merupakan hal yang lumayan sensitif untuk

dijadikan alat kampanye.

Anda mungkin juga menyukai