Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata “globalisasi” atau “kesejagatan” dewasa ini menjadi kata sehari-hari yang sering diucapkan
dimana-mana. Kata Globalisasi tersebut menunjukan gejala menyatunya kehidupan manusia di
planet bumi ini tanpa mengenal batas-batas fisik geografik dan sosial yang kita kenal sekarang
ini.
Globalisasi berkembang melalui proses yang dipicu dan dipacu oleh kemajuan pesat “revolusi”
di bidang teknologi komunikasi atau informasi, transportasi dan perdagangan yang dikenal
dengan istilah Triple T.
Globalisasi ini membawa angin perubahan baru dalam kehidupan kita, baik sebagai individu
maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Angin perubaahan sebagai
dampak kesejagatan tersebut di satu sisi dapat membawa kemajuan, namun di sisi lain
dikhawatirkan akan menghancurkan atau sekurang-kurangnya mengikis negara bangsa (nation
state). Hal ini sejalan dengan pemikiran Naisbitt bahwa menyatunya kehidupan di dunia
(globalisasi) disertai dengan munculnya berbagai paradoks. Di satu pihak ekonomi global
menuju ke satu kesatuan dan di pihak lain terjadi kecenderungan (Trend) politik lahirnyaa
ratusan negara baru. Sehubungan hal itu, pertanyaan yang menarik untuk dikaji ialah : Apakah
“globalisasi” akan menghilangkan negara bangsa (nation state)? Agar negara bangsa indonesia
tidak tergilas dampak negatif globalisasi tersebut, berbagai transformasi yang membawa
perubahan tidak dipandang sebagai “ancaman”(threat), tetapi haruslah dipandang sebagai suatu
“peluang” (oportunity) untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memperkokoh diri kita
sebagai bangsa, agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Untuk itulah,
diperlukan Tannas yang tangguh bagi bangsa indonesia di Era Globalisasi.
Kata “politik” secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Politeia, yang akar katanya adalah
polis, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu Negara dan teia, berarti urusan.
Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum
warga negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara
dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki. Politics dan policy
memiliki hubungan yang erat dan timbal balik. Politics memberikan asas, jalan, arah, dan
medannya, sedangkan policy memberikan pertimbangan cara pelaksanaan asas, jalan, dan arah
tersebut sebaik-sebaiknya.
Dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara, dan alat yng
digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Sedangkan policy, yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan sebagai kebijaksanaan, adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan
yang dianggap dapat lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita atau tujuan yang
dikehendaki. Pengambil kebijaksanaan biasanya dilakukan oleh seorang pemimpin.
B. Permasalahan
Indonesia adalah negara yang terletak di antara dua buah benua Asia – Australia, dan diantara
dua buah Samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Letak negara indonesia yang
strategis tersebutlah yang menyebabkan mudah masuknya pengaruh-pengaruh dari luar seperti
pengaruh dari Globalisasi. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap Perumusan Politik dan
Strategi Nasional dan cara penyelesaiannya.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui Bagaimana
Pengaruh Globalisasi Terhadap Perumusan Politik dan Strategi Nasional dan cara
penyelesaiannya.

D. Manfaat Penuliasan
· Menambah wawasan mengenai apa pengaruh Globalisasi terhadap Perumusan Politik dan
Strategi Nasional.
· Menumbuhkan sikap kritis mengenai pengaruh Globalisasi terhadap Perumusan Politik
dan Strategi Nasional.

BAB II
LANDASAN TEORI

Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk mencapai
suatu cita-cita dan tujuan national. Dengan demikian definisi poltik nasional adalah asas, haluan,
usaha serta kebijaksanaan Negara tentang pembinaaan (perncanaan, pengembangan,
pemeliharaan dan pengendalian) serta penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan
nasional. Strategi nsional disusun untuk pelaksanaan politik nasional, misalnya strategi jangka
pendek , menengah, dan jangka panjang. Jadi strategi adalah cara melaksanakan politik
nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional.

Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok pokok pikiran yang terkandung
dalm sistem manajemen nasionalyang berlandaskan ideologi Pancasila, UUD 1945, wawasan
Nusantara dan Ketahanan nasional.
Landasan pemikiran dalam system manajemen nasional ini sangat penting sebagai
kerangka acuan dalam penyusunan politik dan stratgi nasional, karena didalamnya terkandung
dasar Negara, cita-cita nasional, dan konsep strategis bangsa Indonesia.

Politik dan strategi nasional yang telah berlangsung selama ini disusun berdasrkan system
kenegaraan menurut UUD 1945. sejak tahun 1985 telah berkembang pendapat yang menyatakan
bahwa jajaran pemerintah dan lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 merupakan “
suprastruktur politik”. Lembaga-lembaga tersebut adalah majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR), Dewan perwakilan rakyat(DPR), Badan pemariksa Keuangan (BPK) dan MA.
Sedangkan badan-badan yang ada dalam masyarakat disebut sebagai “infrastruktur politik”yang
mencakup pranata politik yang ada dalam masyarakat seperti partai politik, organisasi
kemasyarkatan, media massa , kelompok kepentingan ( interst group) dan kelompok penekan
(presser group), suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat bekerja sama dan memiliki
kekuatan yang seimbang.

Mekanisme penyusunan politikdan strategi nasional ditingkat supra struktur poltik diatur
oleh presiden.Dalam melaksankan tugas ini, presiden dibantu oleh berbagai lembaga tinggi
negara lainnya serta dewan-dewan yang merupakan badan koordinasi seperti Dewan stabilitas
Ekonomi nasional , Dewan penerbangan dan antariksan nasional RI, deawn maritime, dewan
otonomi daerah dan dewan stabilitas politik dan kamanan.

Sedangkan proses penyusunan politik dan strategi nasional ditingkat suprastruktur politik
dilakukan setelah presiden menerima GBHN. Selanjutnya persiden menyusun program cabinet
dan memilih menteri-menteri yang kan melaksanakan program-program tersebut. Program
cabinet dapat dipandang sebagai dokumen resmi yang memuat politik nasional yang digariskan
oleh presiden. Strategi nasional dilaksanakan oleh para menteri dan pimpinan lembaga
pemerintah non departemen berdasarkan petunjuk presiden. Yang dilaksanakan oleh presiden
sesungguhnya merupakan politik dan strategi nasional yang bersifat pelaksanaan. Di dalamnya
sudah tercantum program-program yang lebih konkret yang disebut sasaran nasional.

Proses politik dan strategi nasional pada infrastruktur politik merupakan sasaran yang
akan dicapai oleh rakyat Indonesia. Sesuai dengan kebijakan politik nasional, penyelenggara
negara harus mengambil langkah-langkah pembinaan terhadap semua lapisan masyarakat denga
mencantumkan sasarn sektoralnya.
Melalui pranata-pranata politik, masyarakat ikut berpartisipasi dalam kehidupan politik
nasional. Dalam era reformasi saat saat ini masyarakat memiliki peran yang sangat besar dalam
mengontrol jalannya politik dan strategi nasional yang ditetapkan oleh MPR maupun yang
dilaksanakan oleh presiden. Pandangan masyarakat terhadap kehidupan politik, ekonomi, sosial
budaya, maupun bidang Hankam akan selalu berkembang karena:

a. semakin tingginya kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


b. Semakin terbuka akal dan pikiran untuk memperjuangkan haknya.
c. Semakin meningkat kemampuanuntuk menentukan pilihan dalam pemenuhan kebutuhan
hidup.
d. Semakin meningkat kemampuan untuk mngatasi persoalan seiiring dengan semakin
tingginya tingkat pendidikan yang ditunjang oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Istilah globalisasi menunjukkan gejala menyatunya kehidupan manusia di planet bumi ini tanpa
mengenal batas-batas fisik-geografik dan sosial yang kita kenal sekarang ini. Globalisasi
berkembang melalui proses yang dipicu dan dipacu oleh kemajuan pesat “revolusi” dibidang
teknologi komunikasi atau informasi, transportasi dan perdagangan yang dikenal dengan istilah
Triple T.
Pemikiran Naisbitt menyatakan, menyatunya kehidupan di dunia (globalisasi) disertai dengan
munculnya berbagai paradoks (kondisi pertentangan). Dikhawatirkan “globalisasi” akan
menghilangkan negara bangsa (nation state)? Disisi lain globalisasi haruslah dipandang sebagai
suatu “peluang” (oportunity) untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memperkokoh bangsa,
agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Untuk itulah, diperlukan Tannas yang
tangguh bagi bangsa Indonesia di Era Globalisasi.
Globalisasi merupakan suatu pengertian ekonomi. Konsep globalisasi baru masuk kajian dalam
universitas pada tahun 1980-an, pertama-tama merupakan pengertian sosiologi yang dicetuskan
oleh Roland Robertson dari University of Pittsburgh. Pada prinsipnya, proses globalisasi ada
yang bertujuan intensional dan ada pula yang impersonal. Proses globalisasi yang intensional
dapat dilihat misalnya pada kegiatan perdagangan dan pemasaran, sedangkan proses globalisasi
yang impersonal dapat kita lihat, misalnya dalam gerakan fundamentalis, agama dan
kecenderungan-kecenderungan pasar yang agak sulit untuk dijelaskan sebab-musababnya,
misalnya mundurnya mobil buatan Amerika di pasaran dunia dewasa ini.
Globalisasi menyebabkan “bazar global” karena dunia sebenarnya telah merupakan pasaran
bersama dengan adanya alat-alat komunikasi serta entertainment global melalui jaringan TV,
internet, film, musik maupun majalah-majalah maka dunia dewasa ini telah merupakan suatu
pasar yang besar (global cultural bazaar). Bahwa dunia telah menjadi satu pasar, dapat kita lihat
gejalanya di kota-kota besar di Indonesia, dengan menjamurnya mal-mal yang dibanjiri produk
luar negeri.
Dewasa ini kita juga melihat bahwa suatu produk tidak lagi dihasilkan di satu negara, tetapi
komponen-komponennya telah dibuat di berbagai negara karena pertimbangan-pertimbangan
bisnis yang lebih menguntungkan. Produk Boeing, Toyota, Mitsubisi, General motor merupakan
contoh desentralisasi dalam produksinya. Sementara itu, proses produksi juga berkembang
menjadi produksi massal (mass production) yang memungkinkan penekanan harga sehingga
dapat dijual lebih murah. Pesatnya kemajuan bisnis juga didorong oleh apa yang disebut uang
global (global money) yakni credit card. James Champy penulis terkenal Reengineering The
Corporation, menyatakan selera konsumen sangat menentukan dalam transformasi global.
Menurut Champy, lingkungan yang mampu menghadapi tantangan masa depan adalah Pertama,
lingkungan yang merangsang pemikiran majemuk yang peka terhadap keinginan konsumen.
Kedua, untuk memenuhi selera pasar “konsumen”, diperlukan manusia-manusia yang menguasai
ilmu dan keterampilan tertentu serta menjalankan instruksi pimpinan dengan penuh tanggung
jawab. Ketiga, masyarakat masa depan merupakan masyarakat “meritokrasi”, yaitu masyarakat
yang menghormati prestasi daripada statusnya dalam organisasi. Keempat, lingkungan yang
menghormati seseorang yang dapat menuntaskan pekerjaannya dan bukan berdasarkan
kedudukannya di dalam organisasi. Inilah transformasi perusahaan yang menggambarkan pula
transformasi kebudayaan manusia. Nilai-nilai positif dari globalisasi (kesejagatan) mempunyai
dimensi-dimensi baru yang tidak dikenal sebelumnya seperti kriminalitas internasional,
pembajakan dan terorisme internasional, penyakit baru yang dengan cepat menyebar ke seantero
dunia. Transformasi ini berjalan dengan menghadapi tantangan sebagaimana dikatakan oleh John
Naisbitt, globalisasi mengandung berbagai paradoks.
Menurut Kartasasmita (1996) transformasi global ditentukan oleh dua kekuatan besar yang
saling menunjang, yaitu perdagangan dan teknologi. Perdagangan akan berkembang begitu cepat
dan mengubah pola-pola kehidupan manusia. Pola-pola kehidupan itu ditanggung oleh kemajuan
teknologi yang telah mengubah bentuk-bentuk hubungan antarmanusia dengan lebih cepat, lebih
intensif, dan lebih beragam. Transformasi bukan berjalan tanpa tantangan. John Naisbitt
mengatakan globalisasi mengandung berbagai paradoks, diantaranya berikut ini :
1. Budaya global vs Budaya lokal
2. Universal vs Individual
3. Tradisional vs Modern
4. Jangka Panjang vs Jangka Pendek
5. Kompetisi vs Kesamaan kesempatan
6. Keterbatasan akal manusia vs Ledakan IPTEK
7. Spiritual vs Material

Akibat hubungan bisnis (perdagangan) yang telah menyatukan kehidupan manusia maka timbul
kesadaran yang lebih intern terhadap hak-hak dan kewajiban asasi manusia. Sejalan dengan itu,
kehidupan demokrasi semakin marak dan manusia ingin menjauhkan diri dari berbagai bentuk
penindasan, kesengsaraan, diktator dan perang. Oleh karena itu, liberalisasi dalam bidang
ekonomi ini menuntut liberalisasi dalam bidang politik, dimana keduanya harus berjalan seiring
dan saling menunjang.

BAB III
PEMBAHASAN
Globalisasi Ekonomi dan Ketahanan Nasional
Era Global saat ini, Indonesia menghadapi dua kondisi yang kurang menguntungkan. Pertama,
dinamika lingkungan yang cepat berubah dan cenderung menggelombang (turbulent). Kedua,
intensitas persaingan yang semakin keras dan tajam. Menghadapi hal ini, konsep ketahanan
nasional yang ada wajib terus dievaluasi.
Dinamika lingkungan yang dipelopori oleh perubahan teknologi, telah membawa implikasi
perubahan yang sangat cepat terutama di bidang ekonomi, demografi, sosial, politik, hukum dan
keamanan. Kemudahan yang dihasilkan oleh perkembangan teknologi memang telah
meningkatkan kesejahteraan umat manusia, namun di sisi lain dapat memberikan ancaman yang
cukup serius apabila perkembangan teknologi tersebut tidak dikelola secara baik berdasar moral
dan etika.
Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi, terutama teknologi transportasi dan komunikasi
merupakan salah satu sebab terjadinya era globalisasi ekonomi. Pada era tersebut mobilitas
sumberdaya barang dan jasa menjadi semakin tinggi. Juga pada skala ekonomi, perusahaan
dituntut untuk makin efisien dalam penggunaan biaya dan tuntutan kualitas hasil produksi.
Nagara melalui peraturan-peraturannya sering dianggap sebagai penghambat utama mobilitas
sumberdaya barang dan jasa. Negara-negara maju, yang memperoleh rente ekonomi tinggi dari
pesatnya kemajuan teknologi, menuntut berlakunya free trade dalam pengelolaan sistem
ekonomi.
Kecenderungan era perdagangan yang mengarah pada free trade menyebabkan tereduksinya
peran negara untuk melindungi penduduk domestik dari upaya persaingan yang tidak sehat. Hal
ini terutama dilakukan ketika penduduk domestik harus berhadapan dan bersaing dengan
penduduk luar negeri. Oleh karena itu, kemandirian masyarakat terus dituntut ketika negara
mengurangi perannya dalam free trade ini. Dengan kata lain, kita memerlukan ketahanan
nasional yang prima dalam menghadapi kondisi yang cenderung mempunyai turbulensi tinggi
tersebut.

Fenomena Globalisasi Ekonomi


Globalisasi, termasuk globalisasi ekonomi, telah mewarnai berbagai kegiatan dalam kehidupan
masyarakat. Perubahan yang terjadi juga merubah kecenderungan perilaku masyarakat. Kini,
mereka cenderung sekuler, materialistik, individualistik dan konsumeristik. Globalisasi ekonomi
sering disebut sebagai ekonomi tanpa batas. Kegiatan-kegiatan ekonomi menggunakan media
digital yang tidak mungkin lagi dibatasi oleh administrasi suatu negara. Implikasinya,
kemampuan negara dalam memberikan perlindungan dan mempromosikan pelaku-pelaku bisnis
domestik makin berkurang. Ditambah lagi tuntutan berlakunya sistem free trade makin akibat
banyak dianutnya kapitalisme.
Semakin dinamisnya lingkungan strategis yang dihadapi pelaku-pelaku bisnis mendorong
mereka melakukan strategi portofolio dalam kegiatan-kegiatan investasinya. Hal ini dilakukan
dalam menghadapi resiko investasi, meski kondisi ini mendorong tumbuhnya korporasi-
korporasi yang melakukan diversifikasi usaha yang cenderung konglomerat. Dari aktivitas ini
muncullah kekaisaran bisnis (crony capitalism) dalam operasi bisnis internasional yang
memerlukan free trade yang agresif, bahkan bukan hanya berimplikasi pada globalisasi ekonomi
semata.
Strategi perusahaan-perusahaan besar multinasional dalam upaya untuk menguasai suatu
wilayah, umumnya melakukan penetrasi dengan menguasai keunggulan suatu bangsa. Pertama,
melalui berbagai taktik promosi, mereka berupaya mempengaruhi budaya sehingga
menguntungkan barang dan jasa yang dijualnya. Kedua, produksi yang dihasilkan berbasis pada
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal, teknologi dan manajerial skill. Ketiga, struktur
ekonomi yang mendukung dan keempat industri pendukung yang ada di wilayah ekonomi
tersebut. (Dunning 1997).
Negara-negara maju di satu sisi menuntut diberlakukannya perdagangan bebas antar negara,
tetapi di sisi lain mereka membangun hambatan masuk melalui standarisai-standarisasi
internasional, yaitu ISO 9000 (berkaitan dengan kualitas) dan ISO 14000 (berkaitan dengan
lingkungan hidup). Bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia ternyata tidak mudah
melewati hambatan-hambatan tersebut.
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perekonomian negara-negara tetangga, terutama
pada lingkup ASEAN dan Cina. Pada lingkup regional tersebut kita melihat beberapa negara
telah mengungguli kita, seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam. Cina sampai saat ini bahkan
sudah menjadi negara industri besar. Jika fee trade terwujud, negara-negara ini bukan saja akan
mampu mengakselerasi perekonomian kita, tetapi juga kompetitor-kompetitor kita pada kegiatan
perdagangan maupun investasi.
Pelayanan terhadap investor dan pengelolaan kebijakan ekonomi liberal yang diterapkan oleh
negara-negara ini adalah tuntutan dari dampak globalisasi ekonomi. Suasana kompetisi
mendatangkan investasi ke dalam negeri mewarnai kebijakan ekonomi nasional. Lahirnya UU
No. 25 tahun 2007 tentang penanaman modal adalah salah satu contoh betapa besar dampak
globalisasi ekonomi terhadap kebijakan nasional.
Kondisi Ekonomi Nasional dan Strategi
Sejak tahun 2004 sampai 2007, kondisi ekonomi nasional membaik. Produk Domestik Bruto
berdasarkan harga konstan, yang berdasar tahun 2004 sebesar Rp. 1.656.516,8 milyar pada tahun
2007 meningkat menjadi Rp. 1.846.654,9 milyar. Pertumbuhan ekonomi juga mengalami
peningkatan, dari 5,05 (2004) menjadi 6,3 (2007), meski peningkatan ini belum sesuai target
rencana pembangunan jangka menengah tahun 2007. Semantara tingkat inflasi relatif terkendali
pula, 6,40% (2004), 17,11% (tertinggi pada 2005), 6,60% (2006) dan menurun kembali ke 6,59%
(2007).
Namun, kondisi diatas belum mampu memecahkan masalah ekonomi yang ada. Beberapa
masalah utama yang timbul di bidang ekonomi adalah pertama, tingkat pengangguran dan
kemiskinan. Menurut BPS, tahun 2005 pengangguran mencapai 10,85 juta, 10,55 juta (2006) dan
10,01 juta (2007), sementara kemiskinan 36,20 juta (2005), 39,29 (2006) dan 37,16 (2007).
Tahun 2008 diperkirakan akan terjadi peningkatan pengangguran dan jumlah penduduk miskin.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi juga akan meuncul akibat krisis energi dan pangan dunia.
Dari simulasi ekonomi yang pernah dilakukan bahwa 1% pertumbuhan ekonomi nasional, hanya
mampu memberikan tambahan kesempatan kerja kepada 400.000 orang. Jadi ketika
pertumbuhan berkisar 6-7% pertahun, maka hanya ada tambahan 2.400.000 sampai 2.800.000
kesempatan kerja. Dengan demikian, maka jumlah penganggur sebesar 10,01 juta tersebut baru
dapat diselesaikan paling cepat selama 3,6 tahun. Itupun dengan asumsi tidak ada angkatan kerja
baru. Implikasi dari tingkat pengangguran yang tinggi tersebut tentu saja jumlah penduduk
miskin ikut meningkat.
Kedua, rapuhnya struktur ekonomi. Ekonomi Indonesiaternyata masih sangat tergantung dengan
kondisi ekonomi luar negeri, atau struktur ekonomi footlose. Indikatornya adalah bahan baku,
bahan penolong dan teknologi industri domestik adalah impor. Juga hutang luar negeri yang
digunakan untuk mengakselerasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang relatif tinggi.
Dampaknya adalah nila US$ terhadap Rupiah baik yang disebabkan oleh depresiasi atau
devaluasi selalu diikuti oleh inflasi ongkos (cash push inflation). Hal itu pulalah yang dapat
menjelaskan mengapa krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mampu
menimbulkan stagflasi yang kemudian memicu krisis multidimensi.
Ketiga, ekonomi biaya tinggi. Indonesia dikategorikan sebagai negara high cost recovery yang di
sebabkan oleh kualitas sumberdaya manusia, struktur ekonomi, pemerintahan dan birokrasi yang
tidak memadai, disamping budaya konsumtif dan korupsi masyarakatnya. Dicatat oleh Kompas
(21/7) bahwa korupsi menyebar merata di wilayah negara ini, dari Aceh hingga Papua kasus
korupsi muncul tak hanya menjerat sejumlah peyelenggara negara tetapi juga penyejahteraan
rakyat. Sepanjang tahun 2005-2008 ada delapan gubernur-wakil gubernur yang diadili atau
diperiksa karena terlibat korupsi. Selain itu, lebih dari 32 bupati-wakil bupati atau wali-wakil
walikota diadaili karena korupsi. Dan jangan lupa, ratusan anggota DPRD juga diperiksa dan
diadili karena kasus korupsi.
Keempat, tingkat kesenjangan. Kurun waktu 2000-2006 dihitung bahwa tingkat kesenjangan
ekonomi masyarakat sangat tinggi. Pada tahun 2000, 40% dari kelompok penduduk
berpendapatan terendah menikmati 20,92%, sedangkan pada 2006 kelompok tersebut hanya
menikmati 19,2% dari pertumbuhan ekonomi nasional. Sebaliknya, 20% dari kelompok
penduduk terkaya pada tahun 2000 menikmati 41,19% dari pertumbuhan ekonomi nasional dan
pada 2006 menikmati 45,72% dari tingkat pertumbuhan nasional. (indonesia.com/penelitian
Mudrajad Kuncoro).
Ilustrasi ini juga konsisten jika dihitung berdasar gini ratio yang menunjukkan peningkatan dari
0,29 menjadi 0,35. Semakin tingginya kesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat
membawa implikasi pada semakin tingginya kesenjangan kemakmuran antar kelompok
masyarakat tersebut. Kondisi ini menurunkan kohesi sosial yang bahkan menimbulkan potensi
konflik antar kelompok masyarakat itu.
Melihat beberapa kasus di atas kita memerlukan beberapa strategi pembangunan ketahanan
nasional. Strategi pertama adalah peningkatan kemandirian, kedua adalah strategi peningkatan
daya saing.
Strategi peningkatan kemandirian hendaknya dilakukan dengan memberikan prioritas utama
pada penguatan faktor-faktor internal yang kita miliki. Atau dengan kata lain strategi yang lebih
berorientasi pada resource and knowledge based, karena walaupun bagaimana strategi
pembangunan nasional tetap pada endowment factor yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Sedangkan strategi peningkatan daya saing lebih diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan
kapasitas dari faktor-faktor internal tersebut agar mampu menghasilkan output yang mampu
berkompetisi global. Kedua strategi ini akan berhasil jika sebelumnya dibangun kembali
semangat nasionalisme dan membangun saling percaya antar stakeholder pembangunan.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Globalisasi merupakan suatu pengertian ekonomi. Globalisasi ini membawa angin
perubahan baru dalam kehidupan kita, baik sebagai individu maupun dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Angin perubaahan sebagai dampak kesejagatan
tersebut di satu sisi dapat membawa kemajuan, namun di sisi lain dikhawatirkan akan
menghancurkan atau sekurang-kurangnya mengikis negara bangsa (nation state).
Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi, terutama teknologi transportasi dan komunikasi
merupakan salah satu sebab terjadinya era globalisasi ekonomi. Pada era tersebut mobilitas
sumberdaya barang dan jasa menjadi semakin tinggi.
Untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi akibat pengaruh dari globalisasi, maka diperlukan
beberapa strategi pembangunan ketahanan nasional. Strategi pertama adalah peningkatan
kemandirian, kedua adalah strategi peningkatan daya saing.
Strategi peningkatan kemandirian hendaknya dilakukan dengan memberikan prioritas utama
pada penguatan faktor-faktor internal yang kita miliki. Atau dengan kata lain strategi yang lebih
berorientasi pada resource and knowledge based, karena walaupun bagaimana strategi
pembangunan nasional tetap pada endowment factor yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Sedangkan strategi peningkatan daya saing lebih diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan
kapasitas dari faktor-faktor internal tersebut agar mampu menghasilkan output yang mampu
berkompetisi global. Kedua strategi ini akan berhasil jika sebelumnya dibangun kembali
semangat nasionalisme dan membangun saling percaya antar stakeholder pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

http://dinny-hardiyanti.blogspot.com/2012/04/kasus-ketahanan-nasional.html
www.google.com
http://getrinovella939.blogspot.com/2013/06/implementasi-ketahanan-nasional-era_11.html

Anda mungkin juga menyukai