PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etimologis, kata “politik” berasal dari bahasa Yunani, yakni Politeia.
Politeia berasal dari akar kata polis dan teia. Polis mengandung arti kesatuan
masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu negara. Sedangkan teia mengandung arti
urusan. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna
kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian
asas, prinsip, keadaan, jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu yang kita kehendaki. Politics dan policy memiliki hubungan yang erat dan
timbal balik. Politics memberikan asas, jalan, arah, dan medannya, sedangkan policy
memberikan pertimbangan cara pelaksanaan asas, jalan, dan arah tersebut sebaik-
baiknya.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah sistem untuk
menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga,
dengan tujuan membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis.
Usaha menggapai the good life ini menyangkut bermacam-macam kegiatan yang
antara lain menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem, serta cara-cara
melaksanakan tujuan itu. Masyarakat mengambil keputusan mengenai apakah yang
menjadi tujuan dari sistem politik itu dan hal ini menyangkut pilihan antara beberapa
alternatif serta urutan prioritas dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan itu.
Politik nasional adalah asas, arah, upaya, dan kebijakan negara mengenai
pembangunan (perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, dan pengendalian) dan
penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dasar dan proses penyusunan dan pemikiran politik nasional
1. Orde Lama
Proses perumusan kebijakan dan strategi nasional di era Orde Lama sering
dikenal dengan istilah “Demokrasi Terpimpin”. Proses perumusan kebijakan dan
strategi nasional diawali dengan pembentukan Dewan Desain Nasional (Depernas)
dengan UU No. 8 Tahun 1958. Departemen Pendidikan Nasional mempunyai tugas
menyusun RUU Program Pembangunan Nasional. Setelah dikeluarkannya Keputusan
Presiden Republik pada tanggal 5 Juli 1959, kembali ke UUD 1945, Departemen
Pendidikan Nasional diperkuat dengan Keputusan Presiden Republik No. 4 Tahun
1959. Dalam kurun waktu 1 tahun, Departemen Pendidikan Nasional menyusun
rancangan undang-undang pembangunan nasional semesta alam semesta delapan
tahun (1961-1969). Model pembangunan nasional universal disampaikan oleh
Departemen Pendidikan Nasional kepada Presiden pada 13 Agustus 1960. Rancangan
itu kemudian diteruskan ke MPR untuk disetujui.
Politik pada masa orde lama ditujukan untuk merancang model pembangunan
masyarakat adil dan makmur atau masyarakat sosialis Indonesia. Tujuan tersebut
harus dicapai melalui pembangunan nasional, global dan terencana. Nasional: Karena
model pembangunan harus menggambarkan keinginan semua daerah, semua lapisan
dan golongan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Semesta: Karena model
harus mencakup seluruh lingkup kehidupan berbangsa dan bernegara. Perencanaan:
karena tidak mungkin mewujudkan masyarakat adil dan makmur sekaligus, tetapi
dilakukan setahap demi setahap, setahap demi setahap, setingkat demi setingkat,
wilayah demi wilayah, bidang demi bidang, dengan kata lain tidak sekaligus, tetapi
secara serentak.
2. 2. Orde Baru
3.
Proses perumusan kebijakan nasional di bawah Orde Baru atau sering dikenal
dengan istilah “Demokrasi Pancasila” didasarkan pada UUD 1945, khususnya Pasal 3
(sebelum perubahan), dimana MPR menetapkan konstitusi dan prinsip-prinsip
pedoman kebijakan negara (GBHN). ). Bentuk kebijakan dan strategi nasional yang
sebenarnya pada saat itu adalah GBH yang ditetapkan oleh MPR melalui TAP MPR
kemudian disampaikan kepada Presiden untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.
a. Keputusan Presiden no. 319 Tahun 1968, Dasar Hukum Repelita I (1969
- 1973).
b. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tentang GBHN Tahun 1973 –
1978, dasar hukum Repelita II (1974/1975 – 1978/1979).
c. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN Tahun 1978 –
1983, dasar hukum Repelita III (1979/1980 – 1983/1984).
d. Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 tentang GBHN Tahun 1983 –
1988, dasar hukum Repelita IV (1984/1985 – 1988/1989).
e. Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 tentang GBHN Tahun 1988 –
1993, dasar hukum Repelita V (1989/1990 – 1993/1994).
f. Ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN Tahun 1993 –
1998, dasar hukum Repelita VI (1994/1995 – 1998/1999).
g. Ketetapan MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN Tahun 1998 –
2003, dasar hukum Repelita VII (1998/1999 – 2003/2004).
Akibat krisis ekonomi yang berujung pada krisis politik, krisis kepercayaan dan
krisis multidimensi pada 1997-1998, gelombang reformasi mahasiswa berujung pada
penggulingan pemerintahan Presiden Suharto pada 21 Mei 1998, bersama dengan
masyarakat yang tidak puas dengan kondisi nasional. program pembangunan yang
dilaksanakan di dalamnya saat itu. Akhirnya TAP MPR No. disetujui. II/MPR/1998
tentang GBHN 1998-2003 melalui TAP MPR No. II/MPR/1998 dalam rapat MPR.
IX/MPR/1998.
4. Transisi Reformasi
5. Orde Reformasi
Skala Nasional :
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Rencana Strategi Kementrian/Lembaga
Rencana Kerja Pemerintah
Rencana Kerja Kementrian/Lembaga
Skala Daerah :
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Sampai dengan saat ini, pemerintah dan DPR telah menerbitkan UU
No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005 – 2025. Dalam UU RPJPN tersebut ditegaskan kewajiban
pemerintah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional, yaitu RPJM Nasional I Tahun 2005–2009, RPJM Nasional II Tahun
2010–2014, RPJM Nasional III Tahun 2015–2019, dan RPJM Nasional IV
Tahun 2020–2024. RPJMN merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program Presiden ketika melaksanakan kampanye pada saat Pemilu.
Berkaitan dengan RPJMN, pemerintahan SBY telah menetapkan
Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 – 2009, yang merupakan
penjabaran visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilu yang dilaksanakan
secara langsung tahun 2004. Presiden SBY juga telah menetapkan Peraturan
Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014, yang merupakan
penjabaran visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilu yang dilaksanakan
secara langsung tahun 2009.
1. Perkembangan Nasional
3. Perkembangan Nasional
4. Perkembangan Lokal
Dalam hal dan keadaan yang menyangkut kekuasaan kepala negara seperti
tercantum pada pasal 10 sampai 15 UUD 1945, tingkat penentu kebijakan puncak
termasuk kewenangan Presiden sebagai kepala negara. Bentuk hukum dari kebijakan
nasional yang ditentukan oleh kepala negata dapat berupa dekrit, peraturan atau
piagam kepala negara.
Kebijakan teknis meliputi kebijakan dalam satu bidang bidang utama berupa
prosedur dan teknik pelaksanaan rencana, program, dan kegiatan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Politik Nasional adalah sebuah sistem untuk mencapai tujuan bersama dengan
kedamaian dan menjadi negara yang berevolusi berdasarkan HAM dengan ideologi
negara UUD 1945yang mempunyai perencanaan berskala besar maupun kecil.
Dimulai dari masa orde lama sampai orde reformasi hingga sekarang. Banyak faktor
yang mempengaruhi perkembangan politik nasional dari menyakup daerah hingga
nasional.
SARAN
Untuk mencapai politik nasional yang sejalan harus dimulai dengan demokrasi dan
kritisi. Bermusyawarah dengan damai untuk menghindari perkelahian antara masyarat
dengan pemerintah yang terlibat. Pelaksaan politik nasional diadakan dengan
serentak diharapkan disetiap daerah yang terlambang diberi bantuan untuk cepat
mengembang politik nasional sehingga bisa menyusul daerah daerah yang sudah
berkembang supaya mencapai tujuan politik nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Prof Mariam Djudiardjo. 1991. “Dasar - Dasar Ilmu Politik”, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Prof. Drs. C.S.T Kansil SH. 2003. “Modul Pancasila dan Kewarganegaraan”,
Jakarta: PT Anem Kosong Anem.