(Kelompok 1)
Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional ditingkat suprastruktur politik diatur oleh
presiden (mandataris MPR). Proses politik dan strategi politik nasional dinfrastruktur
merupakan sasaran yang akan dicapai oleh rakyat Indonesia dalam rangka pelaksanaan strategi
nasional yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan
keamanan. Sesuai dengan kebijakan politik nasional maka penyelenggara negara harus
mengambil langkah-langah untuk melakukan pembinaan terhadap semua lapisan masyarakat
dengan mencantumkan sebagian sasaran sektoralnya. Melalui pranata-pranata politik,
masyarakat ikut berpartisipasi dalam kehidupan politik nasional. Dalam era reformasi saat ini
peranan masyarakat dalam mengontrol jalannya politik dan strategi nasional yang telah
ditetapkan MPR maupun yang dilaksanakan oleh presiden sangat besar sekali. Pandangan –
pandangan masyarakat terhadap kehidupan politik, ekonomi dll itu, selalu berkembang pada saat
ini, dikarenakan semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam berbangsa dan bernegara,
semakin terbukanya akal dan pikiran untuk memperjuangkan haknya, semakin meningkatnya
kemampuan untuk menentukan pilihan dalam pemenuhan kebutuhan hidup, semakin
meningkatnya kemampuan untuk mengatasi persoalan dengan berjalannya semakin tinggi tingkat
pendidikan yang ditunjak oleh IPTEK, semakin kritis dan terbukanya pikiran masyarakat dengan
ide-ide baru.
Stratifikasi Politik Nasional
Stratifikasi politik nasional dalam negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut;
1. Tingkat penentu kebijakan puncak. Kebijakan tingkat puncak dilakukan oleh MPR.
a. Meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh secara nasional dan mencakup penentuan
undang-undang dasar. Menitikberatkan pada masalah makro politik bangsa dan negara untuk
merumuskan idaman nasional berdasarkan falsafah Pancasila dan UUD 1945.
b. Dalam hal dan keadaan yang menyangkut kekuasaan kepala negara seperti tercantum pada
pasal 10 sampai 15 UUD 1945, tingkat penentu kebijakan puncak termasuk kewenangan
Presiden sebagai kepala negara. Bentuk hukum dari kebijakan nasional yang ditentukan oleh
kepala negata dapat berupa dekrit, peraturan atau piagam kepala negara.
2. Tingkat kebijakan umum. Merupakan tingkat kebijakan dibawah tingkat kebijakan puncak,
yang lingkupnya menyeluruh nasional dan berisi mengenai masalahmasalah makro strategi guna
mencapai idaman nasional dalam situasi dan kondisi tertentu.
3. Tingkat penentu kebijakan khusus. Merupakan kebijakan terhadap suatu bidang utama
pemerintah. Kebijakan ini adalah penjabaran kebijakan umum guna merumuskan strategi,
administrasi, sistem dan prosedur dalam bidang tersebut. Wewenang kebijakan khusus ini berada
ditangan menteri berdasarkan kebijakan tingkat diatasnya.
4. Tingkat penentu kebijakan teknis. Kebijakan teknis meliputi kebijakan dalam satu sector dari
bidang utama dalam bentuk prosedur serta teknik untuk mengimplementasikan rencana, program
dan kegiatan.
5. Tingkat penentu kebijakan di Daerah
a. Wewenang penentuan pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat di Daerah terletak pada
Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat di daerahnya masing-masing.
b. Kepala daerah berwenang mengeluarkan kebijakan pemerintah daerah dengan persetujuan
DPRD. Kebijakan tersebut berbentuk Peraturan Daerah (Perda) tingkat I atau II.
Menurut kebijakan yang berlaku sekarang, jabatan gubernur dan bupati atau walikota dan kepala
daerah tingkat I atau II disatukan dalam satu jabatan yang disebut Gubernur/KepalaDaerah
tingkat I, Bupati/Kepala Daerah tingkat II atau Walikota/Kepala Daerah tingkat II
Implementasi Politik dan Strategi Nasional
a. Bidang Hukum
1. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk terciptanya
kesadaran dan kepatuhan hukum.
2. Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu.
3. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan
dan kebenaran, supremasi hukum, serta menghargai hak asasi manusia.
4. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparat penegak hukum.
5. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh penguasa dan
pihak manapun.
6. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta meningkatkan perlindungan.
Penghormatan dan penegakan hak asasi manusia dalam seluruh aspek kehidupan.
7. Menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum dan hak asasi
manusia yang belum ditangani secara tuntas.
b. Bidang Ekonomi
c. Bidang Politik
2. GEOSTRATEGI
Strategi nasional dengan memperhitungkan kondisi dan konstelasi geografi
sebagai faktor utamanya.Geostrategi Indonesia merupakan strategi dalam memanfaatkan
konstelasi geografi negara Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan sarana-sarana
untuk mencapai tujuan nasional Indonesia.
Ketahanan Nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh
seluruh bangsa Indonesia serta merupakan cara terbaik yang perlu di implementasikan
secara berlanjut dalam rangka membina kondisi kehidupan nasional yang ingin
diwujudkan, wawasan nusantara dan ketahanan nasional berkedudukan sebagai landasan
konseptual, yang didasari oleh Pancasil sebagai landasan ideal dan UUD sebagai
landasan konstisional dalam paradigma pembangunan nasional.
Hubungan antara Geopolitik dan Geostrategi
Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual, geopolitik indonesia
dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan
politik luar negeri bebas aktif. Sedangkan geostrategi indonesia diwujudkan melalui
konsep ketahanan nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, politil,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan
Perwakilan FRI, Nining Elitos, menyatakan bahwa Omnibus Law RUU Ciptaker lahir
dari kebijakan politik negara yang mengabaikan kedaulatan rakyat sebagai kedaulatan
tertinggi.
Dia menyatakan bahwa Omnibus Law RUU Ciptaker lebih mencerminkan kepentingan
bisnis dibandingkan kepentingan rakyat. Menurutnya, kelahiran Omnibus Law RUU
Ciptaker didorong menjadi sebuah regulasi yang mengacak-acak sistem demokrasi
ekonomi dan lebih bersifat kapitalistik.
"Tatanan hukum menjadi tidak berarti dengan keberadaan RUU Ciptaker yang
membangkang terhadap konstitusi. Padahal, negara hukum mewajibkan tindak tanduk
negara untuk selalu didasarkan pada hukum," ujarnya.
Setelah mempelajari proses dan substansi draf, lanjut Nining, FRI menyimpulkan
Omnibus Law RUU Ciptaker merupakan sebuah keputusan politik yang dibuat dari elite,
oleh elite, dan untuk elite.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200222042400-32-477017/
omnibus-law-dinilai-kapitalistik-dan-matikan-demokrasi