Anda di halaman 1dari 7

1

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL


(Kuliah Ke-4)

Pendahuluan

Antara politik dan strategi nasional, adalah satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
antara yang satu dengan yang lain. Politik adalah sebagai upaya atau proses menentukan tujuan
dan cara memujudkannya, berhubungan langsung dengan strategi yang merupakan kerangka
rencana untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini, politik dan strategi nasional
merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan cara-cara untuk mencapai tujuan nasional
(Manan, 2003). Ada pun politik nasional, pada hakikatnya merupakan kebijakan nasional. Hal
ini dikarenakan, politik nasional merupakan landasan serta arah bagi konsep strategi nasional,
dan strategi nasional merupakan pelaksanaan dari kebijakan nasional (Haris dan Sihbudi,
1995). Dalam penyusunan politik nasional, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan yang
secara garis besar adalah kebutuhan pokok nasional, yang meliputi masalah kesejahteraan
umum dan masalah keamanan dan pertahanan negara.
Pelaksanaan politik dan strategi nasional yang dilakukan oleh negara Indonesia,
mencakup beberapa bidang yang dianggap sentral bagi penyelarasan kehidupan berbangsa dan
bernegara dari masyarakat Indonesia. Bidang-bidang tersebut adalah bidang hukum, bidang
ekonomi, bidang politik, bidang agama, bidang pendidikan, bidang sosial dan budaya, bidang
pembangunan daerah, bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta bidang pertahanan
dan keamanan (Kosasih, 2003). Politik dan strategi nasional Indonesia akan berhasil dengan
baik dan memiliki manfaat yang seluas-luasnya bagi peningkatan kesejahteraan dan
kebahagiaan seluruh rakyat, jikalau para warga negara terutama para penyelenggara negara
memiliki moralitas, semangat, serta sikap mental yang mencerminkan kebaikan yang nantinya
menjadi panutan bagi warganya (Marijan, 2010).

Pembahasan

Istilah Politik berasal dari bahasa Yunani “Polis” yang artinya negara (city state) yang
terdiri atas adanya rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Ada pun yang berpolitik
disebut Politicos. Menurut Aristoteles, manusia adalah Zoon Politicon, yakni makhluk politik.
Dalam bahasa Indonesia, kata politik atau Politics mengandung arti suatu keadaan yang
dikehendaki, disertai cara dan alat yang digunakan untuk mencapainya (Ramlan, 2009). Pada
umumnya dapat dikemukakan, bahwa politik adalah berbagai kegiatan dalam suatu negara
yang berkaitan dengan proses menentukan tujuan dan upaya-upaya dalam mewujudkan tujuan
tersebut, pengambilan keputusan (decision making) mengenai seleksi dari beberapa alternatif
dan penyusunan skala prioritasnya (Kosasih, 2003).
Negara, adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi yang sah, dan yang ditaati oleh rakyatnya. Kekuasaan, adalah kemampuan seseorang
atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang sesuai keinginan pelaku.
Keputusan adalah membuat pilihan dari beberapa alternatif, sedangkan pengambilan keputusan
menunjukkan pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai. Kebijaksanaan, adalah
2

suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang pelaku kelompok politik dalam usaha
memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan itu (Kartini, 2006). Pembagian dan
alokasi, yang dimaksud adalah pembagian dan penjatahan dari nilai-nilai dalam masyarakat.
Nilai itu sendiri adalah sesuatu yang dianggap baik atau benar, sedangkan yang dimaksud
“politik” dalam pengertian ini adalah kebijakan umum, dan pengambilan kebijakan untuk
mencapai tujuan dan cita-cita bangsa (Asshiddiqie, 2006).
Dalam bahasan ini, pemahaman strategi pada awalnya dikenal di kalangan militer yang
diartikan sebagai “the art of the general” atau seni seorang panglima, dan penggunaanya dalam
peperangan (Jowell dan Dawn, 2003). Secara umum, pengertian strategi adalah cara untuk
mendapatkan kemenangan atau cara untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, strategi pada dasarnya merupakan suatu kerangka rencana dan tindakan
yang disusun dan disiapkan dalam suatu rangkaian pentahapan yang masing-masing
merupakan jawaban terhadap tantangn baru yang terjadi sebagai akibat dari langkah
sebelumnya, dan keseluruhan proses terjadi dalam suatu arah yang telah digariskan (Sinamo,
2010).
Dengan memperhatikan pengertian politik seperti di atas, dapat dirumuskan sebagai asas,
haluan usaha serta kebijaksanaan tindakan dari negara tentang pembinaan (perencanaan,
pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian, serta penggunaan potensi nasional untuk
mencapi tujuan nasional) Isjwara, 2005). Strategi nasional adalah cara melaksankan politik
nasonal dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional, yakni
merupakan pelaksanaan dari kebijaksanaan nasional (Nasution, 1995). Dengan melaksanakan
politik nasional disusun strategi nasional, seperti jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang.
Penyusunan politik dan strategi negara di tingkat suprastruktur dilakukan oleh Presiden
sebagai mandataris MPR setelah memahami Garis-Garis Besar Haluan Negara yang ditetapkan
oleh MPR dengan langkah awal menyusun Program Kabinet yang diikuti dengan menunjukkan
para menteri kabinet sebagai pembantu presiden. Di tingkat infrastruktur, politik dan strategi
nasional merupakan sasaran yang hendak dicapai yang meliputi bidang hukum, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Masyarakat melalui pranata politik yang ada di era
reformasi memiliki peranan yang penting, yaitu berupaya mengontrol jalannya politik dan
strategi nasional yang telah ditetapkan oleh MPR sebagai GBHN maupun yang dilaksanakan
oleh Presiden beserta penyelenggara negara lainnya (Mahfud, 2009).
Kebijakan puncak dilakukan oleh MPR yang berwenang menetapkan UUD 1945 dan
Ketetapan-Ketetapannya. Kebijakan umum dilakukan oleh Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan dan DPR, bentuknya adalah Undang-Undang, Perpu, Peraturan Pemerintah,
Perpres, dan Inpres. Kebijakan khusus dilakukan oleh Menteri dalam menjabarkan Kebijakan
Umum guna merumuskan strategi dalam masing-masing bidang sesuai tanggung
jawabnya. Kebijakan teknis dilakukan oleh Pimpinan Tinggi Utama (Eselon I) Kementerian
dan Non Kementerian. Bentuk kebijakannya adalah Peraturan, atau Instruksi pimpinan di
Kementerian, Sekjen, Irjen, dan Dirjen. Kebijakan di daerah, adalah Perda oleh Kepala Daerah
dengan persetujuan DPRD. Kebijakannya berupa Peraturan Kepala Daerah Gubernur, Bupati,
Walikota (Fuady, 2010).
Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam sistem manajemen nasional yang berlandaskan ideologi Pancasila, UUD
3

1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional. Politik dan strategi nasional yang telah
berlangsung selama ini, disusun berdasarkan sistem kenegaraaan menurut UUD 1945. Sejak
tahun 1985 telah berkembang pendapat yang mengatakan bahwa jajaran pemerintah dan
lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 merupakan “suprastruktur politik”.
Lembaga-lembaga tersebut adalah MPR, DPR, Presiden, BPK, MA, MK, dan KY. Sedangkan
badan-badan yang ada dalam masyarakat disebut sebagai “infrastruktur politik”, yang
mencakup pranata politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik, organisasi
kemasyarakatan, media massa, kelompok kepentingan (interest group), dan kelompok penekan
(pressure group) (Sibuea, 2010).
Suprastruktur dan infrastruktur politik, harus dapat bekerja sama dan memiliki kekuatan
yang seimbang. Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional di tingkat suprastruktur
politik diatur oleh presiden. Sedangkan proses penyusunan politik dan strategi nasional di
tingkat suprastruktur politik dilakukan setelah presiden diambil sumpah. Strategi nasional
dilaksanakan oleh para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non kementerian
berdasarkan petunjuk presiden, yang dilaksanakan oleh presiden sesungguhnya merupakan
politik dan strategi nasional yang bersifat pelaksanaan (Mohl, 1999). Salah satu wujud
pengapilikasian politik dan strategi nasional dalam pemerintahan adalah sebagai berikut: 1.
Otonomi Daerah. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
merupakan salah satu wujud politik dan strategi nasional secara teoritis telah memberikan dua
bentuk otonomi kepada dua daerah, yaitu otonomi terbatas bagi daerah provinsi dan otonomi
luas bagi daerah Kabupaten/ Kota.
Perbedaan Undang-Undang yang lama dan yang baru ialah (UU. No. 12 Tahun 2011):
a. Undang-Undang yang lama, titik pandang kewenangannya dimulai dari pusat (central
government looking). b. Undang-Undang yang baru, titik pandang kewenangannya dimulai
dari daerah (local government looking). 2. Kewenangan Daerah. a. Dengan berlakunya UU
No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, kewenagan daerah mencakup seluruh
kewenangan bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain.
b. Kewenangan bidang lain, meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan
pengendalian pembangunan secara makro.
Terkait “Implementasi Politik dan Strategi Nasional”, 1. Politik Nasional, adalah Politik
Pembangunan. Politik Nasional pada hakekatnya sama dengan Kebijakan Nasional sebagai
landasan serta arah bagi penyusunan konsep strategi nasional. Dalam penyusunan politik
nasional hal-hal yang perlu diperhatikan secara garis besar adalah kebutuhan pokok nasional
yang meliputi masalah kesejahteraan umum dan masalah keamanan dan pertahanan negara.
Oleh karena upaya untuk mewujudkan kebutuhan pokok nasional yang juga pada hakikatnya
merupakan cita-cita dan tujuan nasional, dilakukan melalui pembangunan, maka politik
nasional disebut politik pembangunan (Syahri, 2013).
Terkait Implementasi Politik dan Strategi Nasional dalam Bidang-Bidang Pembangunan
Nasional, Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai arah penyelenggaraan negara dan segenap
rakyat Indonesia, kaidah pelaksanaannya sbb: 1. Presiden menjalankan tugas penyelenggaraan
negara, berkewajiban untuk mengerahkan semua potensi dan kekuatan pemerintahan dalam
melaksanakan dan mengendalikan pembangunan nasional. 2. DPR, MA, MK, BPK, dan KY
berkewajiban melaksanakan kebijakan nasional (Propenas) sesuai dengan fungsi, tugas, dan
4

wewenangnya berdasarkan UUD 1945. 3. Semua lembaga tinggi negara berkewajiban


menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dalam sidang Tahunan MPR, sesuai dengan fungsi,
tugas, dan wewenangnya berdasarkan UUD 1945. 4. Kebijakan Negara (Propenas), dalam
pelaksanaannya dituangkan dalam Program Pembangunan Negara Lima Tahun yang memuat
uraian kebijakan secara rinci dan terstruktur yang secara yuridis ditetapkan oleh Presiden
bersama DPR. 5. Propenas dirinci dalam Rencana Pembangunan Tahunan yang memuat APBN
dan ditetapkan Presiden bersama DPR (Harjono, 2012) (Jowell, 2009).
Terkait keberhasilan Politik dan Strategi Nasional, bahwa politik dan strategi nasional
Indonesia akan berhasil dengan baik dan memiliki manfaat yang seluas-luasnya bagi
peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh rakyat, jikalau para warga negara terutama
para penyelenggara negara memiliki moralitas, semangat, serta sikap mental yang
mencerminkan kebaikan yang menjadi panutan bagi warganya. Dengan demikian, ketahanan
nasional Indonesia akan terwujud dan akan menumbuhkan kesadaran rakyat untuk bela negara,
serta kesadaran nasionalisme yang tinggi, namun bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa serta
Kemanusiaan yang adil dan beradab (Lubis, 2010).
Perbandingan Manajemen Nasional Polstranas Pasca Orba dan Era Reformasi Politik
nasional adalah suatu kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk mencapai
suatu cita-cita dan tujuan nasional bangsa. Sedangkan strategi nasional adalah cara
melaksankan politik nasional. Dapat dikatakan bahwa strategi nasional disususn
untuk mendukung terwujudnya politik nasional. Sebelum tahun 2004 Presiden merupakan
mandataris MPR. Dipilih dan diangkat oleh MPR, serta menjadikan Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) yang dibuat dan ditetapkan oleh MPR sebagai acuan bagi politik dan
strategi nasional. Kebijakan ini kemudian ditiadakan setelah diadakannya pemilihan langsung
oleh rakyat terhadap presiden dan wakil presiden pada tahun 2004. GBHN yang sebelumnya
dipergunakan sebagai acuan penyusunan polstranas kemudian digantikan oleh pidato visi dan
misi presiden dan wakil presiden yang disampaikan pada saat sidang MPR, pidato visi dan misi
ini diperdengarkan setelah presiden dan wakil presiden secara resmi dilantik, diambil sumpah
dan janjinya (Gaffar, 2013).
Presiden dan wakil presiden terpilih, secara normal bertanggung jawab terhadap
apa yang telah ia janjikan kepada masyarakat dalam kaitannya dengan upaya mendapat simpati
dari masyarakat melalui proses kampanye. Setiap calon presiden dan wakil menjanjikan segala
hal. Presiden dan wakil presiden terpilih, secara normal bertanggung jawab terhadap
apa yang telah ia janjikan kepada masyarakat dalam kaitannya dengan upaya mendapat simpati
dari masyarakat melalui proses kampanye. Setiap calon presiden dan wakil menjanjikan segala
hal yang luar biasa bagi kehidupan masyarakat jika pada pemilihan umum mendapat
suara terbanyak. Tidak jarang calon mengumbar janji berlebihan yang tidak masuk
akal, sehingga masyarakat terpengaruh terhadap bujuk rayu sang calon kemudian memilihnya
dalam pemilu. Janji tersebut yang dipergunakan oleh masyarakat dalam menilai calon-
calon yang saling bertarung, walaupun pada kenyataannya masyarakat memang telah bosan
dengan janji palsu para calon presiden dan wakil presiden (Indrastuti dan Polamolo, 2003).
Menjadi kewajiban mutlak bagi presiden dan wakil presiden untuk memenuhi janji yang
sebelumnya ia sampaikan kepada masyarakat. Janji-janji ini yang mereka gunakan sebagai
dasar penyusunan visi dan misi (politik dan strategi nasional) dalam tujuannya
untuk membangun bangsa dan negara selama satu periode pemerintahan. Polstranas disusun
5

dengan memahami pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam sistem manajemen


nasional yang berdasarkan ideologi Pancasila, UUD1945, wawasan nusantara dan ketahanan
nasional. Landasan pemikiran dan manajemen nasional dipergunakan sebagai kerangka
acuan dalam penyusunan politik strategi nasional, karena di dalamnya terkandung dasar negara,
cita-cita nasional dan konsep strategi bangsa Indoensia. Masa Orde Baru ditandai dengan
diangkatnya Presiden Soeharto menjadi presiden oleh MPRS pada tahun 1966 dan lengser
tahun 1998.
Pada 32 tahun kekuasaannya, Soeharto menggunakan GBHN sebagi acuan politik dan
strategi nasional yang sebelumnya telah disusun oleh MPR. Sebagian besar anggota MPR
pada saat itu adalah orang-orang pilihan Soeharto sehingga dapat dipastikan bahwa
polstranas pada saat itu adalah polstranas pesanan Soeharto. Pemerintahan yang dipimpinnya
memang sukses dalam mewujudkan ekonomi makro, namun ekonomi mikro sangat lemah,
pembangunan cenderung berpusat di pemerintahan pusat. Selama periode polstranas disusun
dan ditetapkan oleh MPR yang dijabarkan dalam bentuk GBHN yang berisi program
Pembangunan Jangka Sedang (PJS) 5 tahun. Pada tahun1998-1999 Presiden B.J. Habibie,
tahun 1999-2001 Abdurrahman Wahid kemudian tahun 2001-2004 menjabat Megawati
Soekarno Putri sebagai presiden RI. Masa-masa ini merupakan masa euphoria reformasi.
Indonesia seperti dilahirkan kembali menjadi sebuah bangsa yang terbebas dari berbagai
macam ketidakadilan pemerintah.
Reformasi didengungkan di segala bidang, selama kurang lebih 6 tahun masa reformasi
ini polstranas Indonesia masih mengacu kepada GBHN yang dibuat dan ditetapkan oleh MPR.
Periode ini ditandai pemberlakuan ketetapan MPR Nomor X/MPR/1998 tentang
Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi
Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara sebagai dokumen rujukan penyelenggaraan
negara dan pembangunan bangsa, dan reformasi pembangunan. Pada masa reformasi ini
menghasilkan program Pembangunan Nasional (PROPENAS) sebagai rencana pembangunan
5 tahunan yang dirumuskan dengan mengikutsertakan berbagai komponen bangsa. Propenas
ini merupakan acuan Penyusunan Rencana Strategis (Penistra) lembaga negara dan Program
Pembangunan Daerah (propeda) bagi pemerintah daerah. Pada kurun waktu ini bangsa
Indonesia mengalami perubahan hampir di seluruh aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara. Merupakan masa-masa transisi dari Orde Baru milik Soeharto menuju
pemerintahan yang demokratis di seluruh aspek kehidupan. Terpilih Presiden Susilo
Bambang Yudoyono (SBY) pada pemilihan umum secara langsung tahun 2004 menandai
pula perubahan dalam perumusan Polstranas. Pada masa ini, Polstranas disusun berdasarkan
visi dan misi langsung presiden dalam pidato kenegaraan.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Politik dan Strategi
Nasional Indonesia akan berhasil dengan baik dan memiliki manfaat yang seluas-luasnya bagi
peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh rakyat, jikalau para warga negara terutama
para penyelenggara negara memiliki moralitas, semangat, serta sikap mental yang
mencerminkan kebaikan yang nantinya menjadi panutan bagi warganya. Dengan demikian
ketahanan nasional Indonesia akan terwujud dan akan menumbuhkan kesadaran rakyat untuk
6

bela negara, serta kesadaran nasionalisme yang tinggi, namun bermoral Ketuhanan Yang Maha
Esa serta Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dari pembahasan di atas diharapkan Indonesia dapat melaksanakan Politik dan Strategi
Nasional sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat Indonesia, agar kesatuan dan
kesejahteraan bangsa Indonesia lebih terjamin dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Diharapakan para penyelenggara negara memiliki moralitas, semangat serta sikap
mental yang baik agar dapat menjadikan bangsa Indonesia lebih maju.

Daftar Pustaka

Asshiddiqie, Jimly, 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid II, Jakarta: Konstitusi
Press.
Fuady, Munir, 2010. Konsep Negara Demokrasi, Bandung: PT Refika Aditama.
Gaffar, M., Janedri, 2013. Demokrasi dan Pemilu di Indonesia, Jakarta: Konpress.
Haris, Syamsuddin dan Sihbudi, Riza, 1995. Menelaah Kembali Format Politik Orde Baru,
Jakarta: Kerjasama PPW-LPI, Yaysan insan politik dan PT. Gramedia Pustaka Utama.
Harjono, 2012. Legitimasi Perubahan Konstitusi Kajian Terhadap Perubahan UUD 1945,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjwara, F., 2005. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Bina Cipta.
Indrastuti, Lusia dan Polamolo, Susanto, 2003. Hukum Tata Negara dan Reformasi Konstitusi
di Indonesia, Yogyakarta: Total Media.
Jowell, Jeffrey dan Dawn, Oliver, eds., 2003. The Changing Constitution, 4 th edition, Oxford:
Oxford University Press.
----------, 2009. Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, Bandung: Mandar Maju.
Kelsen, Hans, 1973. General Theory of Law and State, New York: Russel and Russel.
Kosasih, Djahiri A. 2003. Politik Kenegaraan Dan Hukum. Bandung: Lab PPkn UPI.
Kartini, Kartono. 2006. Pendidikan Politik. Bandung: Mandiri Maju.
Lubis, M. Solly, 2010. Reformasi Politik Hukum: Syarat Mutlak Penegakan Hukum yang
Paradigmatik, disampaikan pada ulang tahun ke 80 M. Solly lubis pada tanggal 11
Februari.
Marijan, Kacung, 2010. Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru,
Jakarta: Prenada Media Group.
MD, Moh. Mahfud, 2009. Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers.
--------, 1973. Amandemen Konstitusi Menuju Reformasi Hukum Tata Negara, Yogyakarta:
UII Press.
7

Mohl, Robert, 1999. Two Concepts of the Rule of Law, Indianapolis: Liberty Fund Inc.
Manan, Bagir, 2003. Teori dan Politik Konstitusi, Yogyakarta: FH UII Press.
Nasution, Buyung, Adnan, 1995. Aspirasi Pemerintahan, Jakarta: Gramedia.
Ramlan, Surbakti, 2009. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia.
Sinamo, N., 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta Pusat: PT.
Bumi Intitama Sejahtera.
Sibuea, P., Hotma, 2010. Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik, TTP, PT Penerbit Erlangga.
Syahri, M., 2013. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, Universitas
Muhammadiyah Malang.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan.

Anda mungkin juga menyukai