Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PPKN
Dosen Pembimbing :
Rahmat Fadhli, SH., MH

Disusun Oleh :

1. Adinda Sherly Muthia (2304101010106)


2. Asyifa Munira (2304101010108)
3. Chairul Ichsan (2304101010110)
4. Alifa Zakira (2304101010111)
5. Kautsarina Syakira Firdaus (2304101010114)

Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala
Program Studi Teknik Sipil
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan dan limpahan rahmatnyalah maka kami boleh menyelesaikan sebuah makalah dengan
tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “POLITIK DAN
STRATEGI NASIONAL”, yang menurut kami dapat memberi manfaat yang besar bagi
kita untuk mempelajarinya.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekuarangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau
menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Allah Swt. Memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Banda Aceh, 29 Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Politik dan Strategi nasional merupakan satu-kasatuan yang tidak dapat dipisahkan. Politik
yang dikatakan sebagai upaya proses menentukan tujuan dan cara memujudkannya
berhubungan langsung dengan strategi yang merupakan kerangka rencana untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.

Dalam hal ini politik dan strategi nasional merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan
cara-cara untuk mencapai tujuan nasional. Politik nasional pada hakikatnya merupakan
kebijakan nasional. Hal ini dikarenakan, politik nasional merupakan landasan serta arah bagi
konsep strategi nasional dan strategi nasional merupakan pelaksanaan dari kebijakan
nasional. Dalam penyusunan politik nasional hal-hal yang perlu diperhatikan secara garis
besar adalah kebutuhan pokok nasional yang meliputi masalah kesejahteraan umum dan
masalah keamanan dan pertahanan negara. Pelaksanaan politik dan strategi nasional yang
dilekukan oleh negara Indonesia mencakup beberapa bidang yang dianggap central bagi
penyelarasan kehidupan berbangsa dan bernegara dari masyarakat Indonesia. Bidang-bidang
tersebut adalah bidang hukum, bidang ekonomi, bidang politik, bidang agama, bidang
pendidikan, bidang sosial dan budaya, bidang pembangunan daerah, bidang sumber daya
alam dan lingkungan hidup, serta bidang pertahanan dan keamanan. Politik dan strategi
nasional Indonesia akan berhasil dengan baik dan memiliki manfaat yang seluas-luasnya bagi
peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh rakyat, jikalau para warga negara
terutama para penyelenggara negara memiliki moralitas, semangat, serta sikap mental yang
mencerminkan kebaikan yang mana nantinya menjadi panutan bagi warganya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan politik dan strategi nasional?
2) Apa saja pemahaman yang diperlukan untuk memahami sistem politik?
3) Apa saja implementasi dari politik dan strategi nasional dalam berbagai bidang
kehidupan negara?
4) Apa saja tingkatan kebijakan nasional sebagai implementasi dari politik dan strategi
nasional?

C. Tujuan Permasalahan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Politik dan Strategi Nasional ini adalah
sebagai berikut:
1) Mengetahui politik dan strategi nasional.
2) Mengetahui pemahaman yang diperlukan untuk memahami sistem politik.
3) Mengetahui implementasi dari politik dan strategi nasional dalam berbagai bidang
kehidupan negara.
4) Mengetahui tingkatan kebijakan nasional sebagai implementasi dari politik dan strategi
nasional.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik dan Strategi Nasional

 Politik Nasional
Politik dalam sejarah perkembangannya di Athena Yunani, dimana negara kota (polis)
telah menerapkannnya melalui pemilihan langsung. Namun demikian, dalam
perkembangan selanjutnya telah melahirkan berbagai konsep tentang politik itu sendiri
sesuai dengan pemikiran para politikus pada waktu itu. Politik berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan, dimana politik membahas soal-soal yang berkaitan
dengan masalah bagaimana pemerintahan itu dijalankan agardapat terwujud sebuah
kelompok masyarakat politik atau suatu organisasi negara yang baik. Dalam hal ini,
Andrew Heywood dalam Miriam Budiarjo (2007:16) mendefenisikan politik sebagai
kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan
mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti
tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama.

Selanjutnya, Marsudi Iriawan Beddy (2016:20-21) mengatakan bahwa sistem politik


menunjukkan adanya unsur: (1) Pola yang tetap antara hubungan manusia yang
dilembagakan dalam bermacam-macam badan politik, (2) Kebijakan yang mencakup
pembagian atau pendistribusian barang-barang materiil dan immateril untuk menjadi
kesejahteraan atau membagikan dan mengalokasikan nilai-nilai negara secara mengikat,
(3) Penggunaan kekuasaan atau kewenangan untuk menjalankan paksaan fisik secara
legal, dan (4) Fungsi integrasi dan adaptasi terhadap masyarakat baik ke dalam maupun
ke luar.

 Strategi Nasionanl
Berdasarkan catatan sejarah, istilah strategi pada awalnya digunakan dunia militer untuk
mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki agar dapat mencapai kemenangan dalam
peperangan. Namun demikian, dalam perkembangan selanjutnya istilah strategi ini dapat
dimaknai secara berbeda secara terminologinya.

Setiawan Hari Purnomo (1996:8) mengatakan bahwa sebenarnya berasal dari bahasa
Yunani “strategos” diambil dari kata stratos yang berarti militer dan Ag yang berarti
memimpin. Oleh karena itu, strategi dalam konteks awalnya ini diartikan sebagai general
ship yang artinya sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal dalam membuat rencana
untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang. Menurut David Hunger dan
Thomas L.Wheelen (2003) mengatakan bahwa strategi adalah serangkaian keputusan dan
tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.
Manajemen strategi meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan
strategis atau perencanaan jangka panjang). Implementasi strategi dan evaluasi serta
pengendalian. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa strategi adalah tahapan-
tahapan yang harus dilalui menuju target yang diinginkan. Strategi yang baik akan
memberikan gambaran tindakan utama dan pola keputusan yang akan dipilih untuk
mewujudkan tujuan.

Istilah strategi sudah menjadi istilah yang sering digunakan oleh masyarakat untuk
menggambarkan berbagai makna seperti suatu rencana, taktik atau cara untuk mencapai
apa yang diinginkan. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi, untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja,
melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. (Effendy,
2007:32). Taktik sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari strategi perlu melakukan
analisis yang lebih mendalam, baik secara internal maupun eksternal.Analisis lingkungan
internal organisasi dimaksudkan kegiatan untuk menilai apakah organisasi dalam posisi
yang kuat (Strength) ataukah lemah (Weaknesses), penilaian tersebut didasarkan pada
kemampuan internal (aset, modal, teknologi) yang dimiliki oleh organisasi dalam upaya
untuk mencapai misi yang telah ditetapkan. Sedangkan analisis eksternal organisasi
menunjukkan kegiatan organisasi untuk menilai tantangan (Treath) yang dihadapi dan
peluang (Opportunity) yang dimiliki oleh organisasi dalam upaya mencapai misi
organisasi berdasar atas lingkungan ekstenalnya. Analisis lingkungan internal dan
eksternal organisasi dalam manajemen strategik disebut dengan SWOT analysis. Dari
hasil analisis SWOT tersebut organisasi akan menentukan tujuanjangka panjang yang
akan dicapai dengan strategi korporasi (corporate strategy), atau grand strategy, atau
business strategy, serta menentukan tujuan jangka pendek atau tujuan tahunan (annual
objective) yang akan dicapai dengan strategi fungsi atau strategi yang ditetapkan pada
departemen. (Thoyib, 2005).
Oleh karena itu, dari berbagai pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
strategi nasional merupakan cara mengimplementasikan politik nasional dalam rangka
upaya mencapai cita- cita dan tujuan nasional.

 Politik dan Strategi Nasional

Politik dan strategi nasional pada hakekatnya merupakan upaya yang dilakukan oleh
penyelenggara negara untuk mencapai tujuan nasional tertuang dalam rencana
pembangunan yang berkelanjutan. Politik dan strategi nasional ini pada masa Orde baru
dituangkan dalam rencana pembangunan baik jangka pendek, menengah, maupun jangka
panjang yang dikenal dengan Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Namun demikian, sejak bergulirnya reformasi konsep pembangunan ini disesuaikan


dengan visi dan misi para penyelenggara negara yang dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Oleh karena itu,sejak tahun 2004 Politik dan
Strategi Nasional merupakan kewenangan Presiden dan Wakil Presiden, dijabarkan
melalui Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden untuk jangka waktu lima tahun.
Namun demikian, Politik dan Strategi Naional merupakan pencerminan masalah
kesejahteraan,dan pertahanan keamanan sebagai wujud politik pembangunan yang
dilaksanakan melalui visi dan misi pemerintah. Untuk melaksanakan pembangunan
tersebut diperlukan telaahan strategis, perkiraan strategis dan batas waktu perkiraan
strategis. Oleh karena itu, politik dan stategi nasional sangat bermanfaat untuk
mengantisipasi perkembangan globalisasi kehidupan dan perdagangan bebas yang akan
dihadapi bangsa kita.

B. Memahami Sistem Politik


Menurut David Easton dalam Marsudi Iriawan Beddy (2016:21-22) untuk memahami
sistem politik perlu memahami empat hal berikut:

1. Unit-unit dan batasan-batasan suatu sistem politik.


Di dalam kerangka kerja suatu sistem politik, terdapat unit-unit yang satu sama lain
saling berkaitan dan saling bekerja sama untuk menggerakkan roda sistem politik.
Unit-unit ini adalah lembaga-lembaga yang sifatnya otoritatif untuk menjalankan
sistem politik seperti legislatif, eksekutif, yudikatif, partai politik, lembaga
masyarakat sipil, dan sejenisnya. Unit-unit ini bekerja di dalam batasan sistem
politik, misalnya cakupan wilayah negara atau hukum, wilayah tugas, dan
sebagainya.
2. Input dan output.
Input merupakan masukan dari masyarakat ke dalam sistem politik. Input yang
masuk dari masyarakat ke dalam sistem politik berupa tuntutan dan dukungan.
Tuntutan secara sederhana dijelaskan sebagai seperangkat kepentingan yang belum
dialokasikan secara merata oleh sistem politik kepada sekelompok masyarakat yang
ada di dalam cakupan sistem politik. Di sisi lain, dukungan merupakan upaya dari
masyarakat untuk mendukung keberadaan sistem politik agar terus berjalan. Output
adalah hasil kerja sistem politik yang berasal baik dari tuntutan maupun dukungan
masyarakat. Output terbagi menjadi dua, yaitu keputusan dan tindakan yang
biasanya dilakukan pemerintah. Keputusan adalah pemilihan satu atau beberapa
pilihan tindakan sesuai tuntutan dan dukungan yang masuk. Sementara itu, tindakan
adalah implementasi konkret pemerintah atas keputusan yang dibuat.
3. Diferensiasi dalam sistem.
Sistem yang baik haruslah memiliki diferensiasi (pembedaan atau pemisahan) kerja.
Di masa modern adalah tidak mungkin satu lembaga dapat menyelesaikan seluruh
masalah. Misalkan saja dalam pembuatan undang-undang pemilihan umum di
Indonesia, tidak bisa cukup Komisi Pemilihan Umum saja yang merancang kemudian
mengesahkan DPR. Namun demikian, KPU. lembaga kepresidenan, partai politik dan
masyarakat umum dibatkan dalam pembuatan undang-undangnya. Meskipun
bertujuan sama, yaitu memproduksi undang-undang, lembaga - lembaga tersebut
memiliki perbedaan di dalam dan fungsi pekerjaannya.
4. Integrasi dalam sistem.
Mekipun dikehendaki agar memiliki diferensiasi (pembedaan atau pemisahan), suatu
sistem tetap harus memerhatikan aspek integrasi. Integrasi adalah keterpaduan kerja
antarunit yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Sementara itu, menurut Almond dalam Marsudi Iriawan Beddy (2016:300-305) ada
enam kategori kapabilitas sistem politik yang didasarkan pada klasifikasi input dan
output sistem politik, yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik sebagai
berikut:
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu ukuran kinerja sistem politik dalam mengumpulkan
SDA dan SDM dari lingkungan domestik maupun internasional.
2. Kapabilitas Distributif, distribusi ini ditujukan kepada individu maupun semua
kelompok dalam masyarakat, seolah-olah sistem politik itu pengelola dan merupakan
pembagi segala kesempatan, keuntungan, dan manfaat bagi masyarakat.
3. Kapabilitas Regulaitf, yaitu ukuran kinerja sistem politik dalam menyelenggarakan
pengawasan tingkah laku individu dan kelompok yang berada di dalamnya, maka
dibutuhkan pengaturan.
4. Kapabilitas Simbolik, yaitu ukuran kinerja sistem politik dalam kemampuan
mengalirkan simbol dari sistem politik kepada lingkungan intra-masyarakat maupun
ekstra-masyarakat. Petunjuk tentang tingginya kapabilitas simbolik ditentukanoleh
atau bergantung pada kreasi selektif pihak pemimpin dan pada penimbaan yang
penuh olehnya terhadap seperangkat penerimaan atau daya reseptif masyarakat.
5. Kapabilitas Responsif, yaitu ukuran kinerja sistem politik yang merujuk seberapa
besar daya tanggap suatu sistem politik terhadap setiap tekanan yang berupa tuntutan
baik dari lingkungan intra-masyarakat (domestik) maupun ekstra-masyarakat
(internasional).
6. Kapabilitas Dalam Negeri dan Luar Negeri , yaitu ukuran kinerja sistem politik yang
merujuk bahwa sejauh mana kapabilitas suatu sistem politik dapat berinteraksi
dengan lingkungan domestik dan lingkungan internasional.

Aktivitas politik tidak terlepas dari proses politik yang sedang berlangsung. Dimana, menurut
Irianto Maladi Agus (2015:7) bahwa proses politik mengacu kepada suatu keadaan, dimana
ketika orang berusaha memperoleh akses pada kekuasaan politik dan menggunakannya untuk
kepentingan mereka atau kelompok mereka sendiri. Dalam hal ini, proses politik dapat
dimaknai sebagai perjuangan memperoleh akses atau jalur politik demi mewujudkan tujuan
yang ditetapkan. Selain itu, proses politik sarat dengan kepentingan sehingga berimplikasi
terhadap struktur masyarakat yang saling beroposisi. Harus disadari bahwa kesepakatan dan
kendali sosial tidak pernah lengkap, konflik antara individu dengan kelompok, serta antara
kelompok dengan kelompok adalah sesuatu yang selalu menyatu dalam kehidupan manusia
sehari-hari.

Gabriel A. Almond dalam Hijri S. Yana (2016:21) mengatakan bahwa proses politik dimulai
dengan masuknya tuntutan yang diartikulasikan dan diagregasikan oleh partai politik,
sehingga kepentingan-kepentingan khusus itu menjadi suatu usulan kebijakan yang lebih
umum, dan selanjutnya dimasukkan ke dalam proses pembuatan kebijakan yang dilakukan
oleh badan legislatif dan eksekutif. Dengan demikian, proses politik erat kaitannya dengan
aktivitas infrastruktur politik seperti kelompok penekan dan partai politik maupun
suprastruktur politik seperti eksekutif dan legislatif. Dari berbagai pendapat di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa politik nasional merupakan suatu azas, haluan, usaha, dan
kebijakan negara tentang perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian, serta
penggunaan secara total potensi nasional untuk mencapai tujuan nasional yang dicita- citakan
dalam konstitusi negara.

C. Implementasi Politik dan Strategi Nasional

Adapun implementasi politik dan strategi nasional dapat ditinjau dari berbagai bidang
kehidupan negara, seperti:
1. Bidang ekonomi
a. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpuh pada mekanisme
pasar yang adil berdasarkan prinsip persingan sehat.
b. Mengembangkan persingan yang sehat dan adil serta menghindari terjadinya
struktur pasar monopilistik dan berbagai pasar distortif.
c. Mengupayakan kehidupan yang layak berdasarkan kemanusian yang adil bagi
masyarakat.
d. Mengembangkan perekonimian yang berorientasi global.
e. Melakukan berbagai upaya terpadu untuk mempercepat proses kemiskinn dan
menguarangi pengangguran.
2. Bidang sosial dan budaya
a. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling
mendukung.
b. Mengembangkan dan membina kebudayaan nasional.
c. Mengembangkan apresiasi seni dan budaya tradisional.
3. Bidang politik
a. Mempertahankan dan menciptakan kondisi politik dalam negeri yang kondusif
dan menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
b. Meningkatkan pemanfaatan dan kualitas komunikasi di berbagai bidang.
c. Memantapkan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral,
spritual dan etika.
d. Mengupayakan perluasan dan pemerataan pendidikan serta peningkatan kualitas
clembaga pendidikan yang diselenggarakan masyarakat maupun pemerintah.
4. Bidang pertahanan dan keamanan
a. Menata kembali Tentara Nasional Indonesia sesuai paradigma baru yang
konsisten sekaligus peningkatan kulitasnya.
b. Mengembangkan kemampuan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta.

D. Kebijakan nasional dalam Politik dan Strategi Nasional

Secara hirarkis, struktur Politik dan Strategi Nasional mencakup banyak hal terkait
dengan kehidupan nasional dari suatu negara. Kebijakan tertinggi yang menyeluruh
secara nasional meliputi penentuan Undang Undang Dasar dan menggariskan masalah
makro politik bangsa dan negara untuk merumuskan tujuan nasional yang dilakukan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dalam hal ini, ada beberapa tingkatan kebijakan
nasional sebagai implementasi dari Politik dan Strategi nasional, yaitu:
1. Kebijakan Umum
Kebijakan Umum ini dilakukan oleh presiden sebagai pemegang kekuasaan di bidang
eksekutif, baik dalam kapasitasnya sebagai kepala negara mapun kepla pemerintahan
bersama- sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat dalam penyusunan peraturan
perunndang- undangan.
2. Kebijakan Khusus
Kebijakan Khusus ini dilakukan oleh para menteri untuk mengimplementasikan
berbagai kebijakan umum dari pemerintah sesuai dengan bidangnya masing-masing
dalam bentuk peraturan-peraturan di tingkat kementerian.

3. Kebijakan Teknis
Kebijakan teknis ini dilakukan oleh berbagai Direktorat Jenderal dengan
mengeluarkan berbagai peraturan yang bersifat teknis sebagai bentuk penjabaran dari
peraturan menteri- menteri negara.

Politik dan Strategi Nasional tidak terlepas dari eksistensi Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional. Oleh karena itu, sering dinamakan Wawasan Nasional, dimana
Politik dan Strategi Nasional dikembangkan dan dirumuskan berdasarkan falsafah
bangsa, kondisi wilayah, rakyat negara bangsa, dan lingkungan strategis yang
mempengaruhinya. Dalam hal ini, menurut Budisantoso (1997:41) bahwa dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian pembangunan nasional harus
memperhatikan kaidah- kaidah sebagai berikut:
1. Mampu menjawab tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan serta peluang dan
kendala baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, termasuk globalisasi.
Perencanaan pembanunan nasional hendaknya mempertimbangkan kecenderungan
situasi dari dalam memadukan antara kepentingan nasional di luar negeri
dengankepentingan nasional di dalam negeri.
2. Mampu memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta kelestarian lingkungan
hidup.
3. Mampu pada setiap tahap pembangunan bertolak dari kondisi yang nyata (riil).
4. Mampu memadukan antara perencanaan pembangunan nasional secara vertikaal
dengan horizontal.

Pembangunan nasional dilaksanakan secara komprehensif dn integral dalam segenap


aspek kehidupan nasional dengan tetap memperhatikan nilai- nilai Pancasila, Undang
Undang Dasar Republik Indonesia, dan Wawasan Nusntara. Dimana, pembangunan
dilaksanakan baik secara vertikal maupun hoirizontal dengan prinsip:

1. Secara vertical
Pembangunan nasional hendaknya mampu memadukan antara kepentingan dan
aspirasi masyarakat dengan arahan dari atas (bottom up dan top down planning).

2. Secara horizontal
Perencanaan pembangunan nasional hendaknya mampu memadukan antar bidang
dan sektor pembangunan dengan menentukan sasaran pembangunan yang harus
dicapai oleh segenap sektor terkait dengan menentukan departemen/;embaga sebagai
penanggungjawab utamanya (primary responsible).

Perencanaan pembangunan nasional hendaknya juga mempu memadukan pembanunan


antar daerah/wilayah serta memanfaatkan peluang kerjasama regional dengan negara-
negara jiran.

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI POLITIK
DAN
STRATEGI NASIONAL
Dalam politik terdapat begitu
banyak kegiatan yang
terlibat, namun
kesemuanya menyangkut
proses penentuan tujuan-
tujuan dari sistem negara dan
E. Proses Penyusunan dan Strategi Nasional

Sejak Indonesia merdeka sampai dengan sekarang ini, Pemerintah telah menyusun
politik dan strategi nasional, baik pada masa Orde Lama, Orde Baru, Transisi Reformasi,
dan Orde Reformasi, yang akan diuraikan sebagai berikut :
1. Orde Lama
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era Orde Lama atau
sering dikenal pula dengan sebutan “Demokrasi Terpimpin” ini diliputi situasi,
kondisi dan keadaan masyarakat dan negara yang serba tidak memuaskan. Proses
penyusunan politik dan strategi nasional dimulai dari pembentukan Dewan Perancang
Nasional (Depernas) melalui UU No. 8 Tahun 1958. Tugas dari Depernas ialah untuk
mempersiapkan Rancangan Undang-Undang Pembangunan Nasional yang Berencana.
Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 untuk kembali kepada Undang-
Undang Dasar 1945, Depernas disempurnakan dengan Penetapan Presiden No. 4
Tahun 1959. Dalam jangka waktu 1 tahun, Depernas berhasil menyusun Naskah
Rancangan Undang-Undang Pembangunan Naisonal Semesta Berencana Delapan
Tahun (1961 – 1969). Pola Pembangunan Nasional Semesta itu disampaikan oleh
Depernas kepada Presiden pada tanggal 13 Agustus 1960. Kemudian rancangan itu
diteruskan kepada MPRS untuk mendapat pengesahan.
Dalam sidang yang pertama, MPRS menetapkan Rancangan Dasar Undang-
Undang Pembangunan Nasional Semesta Berencana Delapan Tahun 1961 – 1969 itu
sebagai Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan
Pertama 1961 – 1969. Ketetapan MPRS No.II/MPRS/1960 itu dikenal dengan nama
Haluan Pembangunan Negara Republik Indonesia. Pola Pembangunan itu merupakan
pimpinan bagi setiap usaha perekonomian dan merupakan dasar segala pembangunan
di sleuruh pelosok tanah air pada waktu itu.
Politik dan strategi nasional pada masa Orde Lama ditujukan untuk merancang
pola pembangunan masyarakat adil dan makmur atau masyarakat sosialisme
Indonesia. Adapun tujuan itu harus dicapai dengan pembangunan nasional, semesta,
dan berencana. Nasional : Karena pola pembangunan itu harus menggambarkan
keinginan seluruh daerah dan seluruh lapisan dan golongan bangsa Indonesia dari
Sabang sampai Merauke. Semesta : Karena pola tersebut harus meliputi seluruh
lapangan hidup bangsa dan negara. Berencana : Karena tidak mungkin tercapai
pelaksanaan masyarakat adil dan makmur sekaligus, akan tetapi dilaksanakan setapak
demi setapak, tahap demi tahap, tingkat demi tingkat, daerah demi daerah, lapangan
demi lapangan, dengan perkataan lain tidak ada sekaligus, tetapi secara berencana
namun cepat dan deras sesuai dengan irama gelombang Revolusi Indonesia.
Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana ini merupakan Tripola
karena terdiri dari 3 pola, yaitu : (1) Pola Proyek; (2) Pola Penjelasan; dan (3) Pola
Pembiayaan. Dalam pekerjannya, Depernas selalu berpedoman pada beberapa naskah
nasional, yaitu : (1) UUD 1945; (2) Amanat Pembangunan Presiden 28 Agustus 1959;
(3) Penegasan Amanat Pembangunan Presiden 9 Januari 1960. Dalam ketiga naskah
itu telah ditentukan bahwa tujuan seluruh pembangunan adalah untuk mewujudkan
amanat penderitaan rakyat, yaitu menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur menurut Pancasila.
Namun demikian, Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana yang
ditetapkan oleh Pemerintah ketika itu tidak berjalan lama karena pada tahun 1965 –
1966 terjadi konflik politik dan ketidakstabilan politik yang menyebabkan
tumbangnya pemerintahan Orde Lama pimpinan Presiden Soekarno digantikan
dengan Pemerintahan Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto.
2. Orde Baru
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era Orde Baru atau
sering dikenal pula dengan sebutan “Demokrasi Pancasila” didasarkan pada UUD
1945, khususnya pasal 3 (sebelum diamandemen), dimana MPR menetapkan Undang-
Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Wujud nyata politik
dan strategi nasional saat itu adalah GBHN yang ditetapkan oleh MPR melalui TAP
MPR kemudian diserahkan kepada Presiden untuk dijadikan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan pembangunan nasional.
GBHN merupakan program pembangunan nasional di segala bidang yang
berlangsung terus menerus dalam rangka mencapai tujuan nasional dan mewujudkan
cita-cita nasional. GBHN memberikan kejelasan arah bagi perjuangan negara dan
rakyat Indonesia yang sedang membangun agar mewujudkan keadaan dan mampu
memberikan gambaran masa depan yang diinginkan. GBHN merupakan rencana
pembangunan lima tahunan.
Sebagai produk MPR, yang merupakan lembaga tertinggi negara, pemegang
kedaulatan rakyat, pemegang kekuasan negara yang tertinggi, GBHN mempunyai
kedudukan yang amat penting dalam menjunjung tinggi serta berperan aktif dalam
melaksanakannya sesuai dengan fungsi, bidang tugas, dan kemampuannya masing-
masing. GBHN juga berfungsi sebagai tolok ukur bagi penyelenggaraan negara.
Dalam melaksanakan GBHN, presiden menyusun Rencana Pembangunan
Lima Tahun (REPELITA). Repelita disusun oleh Presiden dengan bantuan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
Pada masa Orde Baru telah disusun 7 (tujuh) Repelita, yang dasar hukumnya
akan diuraikan sebagai berikut :
a. Pada masa Orde Baru telah disusun 7 (tujuh) Repelita, yang dasar hukumnya
akan diuraikan sebagai berikut : Keputusan Presiden No. 319 Tahun 1968,
dasar hukum Repelita I (1969 – 1973).
b. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tentang GBHN Tahun 1973 – 1978, dasar
hukum Repelita II (1974/1975 – 1978/1979).
c. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN Tahun 1978 – 1983, dasar
hukum Repelita III (1979/1980 – 1983/1984).
d. Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 tentang GBHN Tahun 1983 – 1988, dasar
hukum Repelita IV (1984/1985 – 1988/1989).
e. Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 tentang GBHN Tahun 1988 – 1993, dasar
hukum Repelita V (1989/1990 – 1993/1994).
f. Ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN Tahun 1993 – 1998, dasar
hukum Repelita VI (1994/1995 – 1998/1999).
Ketetapan MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN Tahun 1998 – 2003, dasar
hukum Repelita VII (1998/1999 – 2003/2004). Berdasarkan rancangan pembangunan
nasional yang disusun oleh Pemerintah, Repelita I sampai dengan Repelita V disebut
dengan Pola Pembangunan Jangka Panjang (PJPT) Tahap I . Sedangkan Repelita VI
dan VII merupakan bagian dari Pola Pembangunan Jangka Panjang (PJPT) Tahap II.
Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah menetapkan PJPT berjangka waktu 25
tahunan, sehingga logikanya ketika pemerintah telah melaksanakan 5 (lima) kali
Repelita, maka bisa dikatakan bahwa pemerintah telah melaksanakan PJPT I.
Namun demikian, karena terjadi krisis ekonomi yang mengarah pada krisis
politik, krisis kepercayaan dan krisis multidimensional pada tahun 1997 – 1998, maka
Pemerintahan Presiden Soeharto jatuh pada tanggal 21 Mei 1998 oleh gelombang
reformasi mahasiswa bersama rakyat yang tidak puas dengan program pembangunan
nasional yang dijalankan ketika itu. Akhirnya TAP MPR No. II/MPR/1998 tentang
GBHN Tahun 1998 – 2003 dicabut oleh Sidang MPR melalui TAP MPR No.
IX/MPR/1998.
3. Transisi Reformasi
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era transisi reformasi diawali
dengan diterbitkannya beberapa ketetapan MPR sebagai respon terhadap berbagai
tuntutan reformasi yang sangat deras ketika itu. Ketetapan MPR tersebut, antara lain :
a. TAP MPR No. X/MPR/1998 Tentang Pokok-Pokok Reformasi Dalam Rangka
Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional Sebagai Haluan Negara.

b. TAP MPR No. XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan
Bebas KKN.

c. TAP MPR No. XVI/MPR/1998 Tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka


Demokrasi Ekonomi.

d. TAP MPR No. XV/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,


pengaturan & Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan serta
Perimbangan Keuangan Pusa dan Daerah Dalam Kerangka NKRI.

e. TAP MPR No. XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia.

Berkaitan dengan politik dan strategi nasional, MPR hasil Pemilu 1999 pada
Rapat Paripurna ke-12 Sidang Umum MPR pada tanggal 19 Oktober 1999
menetapkan TAP MPR No. IV/MPR/1999 Tentang GBHN Tahun 1999 – 2004.
GBHN 1999-2004 tersebut memuat arah kebijakan penyelenggaraan negara untuk
menjadi pedoman bagi penyelenggara negara, termasuk lembaga tinggi negara, dan
seluruh rakyat Indonesia, dalam melaksanakan penyelenggaraan negara dan
melakukan langkah-langkah penyelamatan, pemulihan, pemantapan dan
pengembangan pembangunan, dalam kurun waktu tersebut. Sesuai dengan amanat
GBHN 1999-2004, arah kebijakan penyelenggaraan negara tersebut dituangkan dalam
Program Pembangunan Nasional lima tahun (Propenas) yang ditetapkan oleh Presiden
bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Selanjutnya, Propenas diperinci dalam
Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) yang memuat Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan oleh Presiden bersama DPR.
Propenas, sebagai penjabaran dari GBHN 1999-2004, merupakan rencana
pembangunan lima tahunan. Kerangka waktu Propenas adalah tahun 2000-2004.
Propenas adalah rencana pembangunan yang berskala nasional serta merupakan
konsensus dan komitmen bersama masyarakat Indonesia mengenai pencapaian visi
dan misi bangsa. Fungsi Propenas adalah untuk menyatukan pandangan dan derap
langkah seluruh lapisan masyarakat dalam melaksanakan prioritas pembangunan
selama lima tahun ke depan.
Perumusan Propenas dilakukan secara transparan dengan mengikutsertakan
berbagai pihak baik itu kalangan pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun para pakar, baik di pusat maupun di
daerah. Berbagai upaya mencari masukan dilakukan dengan tujuan agar semua pihak
merasa ikut memiliki dan berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Propenas bukanlah
rencana pembangunan pemerintah pusat saja, melainkan merupakan rencana
pembangunan seluruh komponen bangsa. Propenas merupakan payung bagi seluruh
lembaga tinggi negara dalam melaksanakan tugas pembangunan. Proses penyusunan
Propenas yang dilakukan secara transparan akan meningkatkan rasa tanggung jawab
dan mendorong pemerintah untuk mewujudkan pemerintahan yang baik.
Tiap-tiap lembaga tinggi negara, departemen dan lembaga pemerintah non
departemen menyusun Rencana Strategis (Renstra), sedangkan pemerintah daerah
menyusun Program Pembangunan Daerah (Propeda). Renstra dan Propeda harus
mengacu pada Propenas. Untuk Propeda, dimungkinkan adanya penekanan prioritas
yang berbeda-beda dalam menyusun program-program pembangunan yang sesuai
dengan kebutuhan daerah masing-masing.

Propenas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan Rencana


Pembangunan Lima Tahunan (Repelita) yang lalu. Propenas berupaya untuk
memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi penyelenggara pembangunan di pusat
(Departemen/LPND) dan di daerah (Pemerintah Daerah) untuk membuat rencana
pembangunannya masing - masing. Hal ini sejalan dengan semangat desentralisasi
segala aspek kehidupan bernegara, termasuk dalam hal pembangunan nasional.
4. Orde Reformasi
Proses penyusunan politik dan strategi nasional pada era reformasi diawali dengan
diterbitkannya UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dinyatakan bahwa yang dimaksud Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
Dalam UU SPPN dinyatakan secara jelas bahwa terdapat tiga dokumen
perencanaan pembangunan nasional, yakni Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) yang berlaku 20 tahunan, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) yang berlaku 5 tahunan, dan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang berlaku tahunan. Sedangkan untuk perencanaan
pembangunan daerah ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) yang berlaku 20 tahunan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) yang berlaku 5 tahunan, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
yang berlaku tahunan.
Sistem perencanaan pembangunan nasional mencakup lima pendekatan dalam
seluruh rangkaian perencanaan, yaitu: politik; teknokratik; partisipatif; atas-bawah
(top-down); dan bawah-atas (bottom-up). Pendekatan politik memandang bahwa
pemilihan Presiden/Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat
pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang
ditawarkan masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana
pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan
Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka
menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan
menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja
yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan
partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan
aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan,
bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana
hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang
dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk: mendukung
koordinasi antarpelaku pembangunan; menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi,
dan sinergi baik antardaerah, antar ruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun
antara Pusat dan Daerah; menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi
masyarakat; dan menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,
efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Perencanaan Pembangunan Nasional
menghasilkan : rencana pembangunan jangka panjang; rencana pembangunan jangka
menengah; dan rencana pernbangunan tahunan.
Dalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah, Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antar pelaku dalam rangka
menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan Daerah.
Penyelenggaraan Musrenbang dalam rangka penyusunan RKP dan RKPD selain
diikuti oleh unsur-unsur pemerintahan juga mengikutsertakan dan/atau menyerap
aspirasi masyarakat terkait, antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga
swadaya masyarakat, pemuka adat dan pemuka agama, serta kalangan dunia usaha.
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Politik dan strategi nasional sangat penting untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan
nasional. Dalam konteks strategi nasional Indonesia, terdapat beberapa hal penting yang
harus menjadi perhatian dalam mengimplementasikan strategi nasional:
Integrasi program-program strategis: Program-program strategis harus diintegrasikan
menjadi satu kesatuan yang terkoordinasi dan terintegrasi. Ini dapat meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pelaksanaan program-program strategis tersebut.
Konsistensi dan kesinambungan: Implementasi strategi nasional harus dilakukan secara
konsisten dan berkelanjutan. Hal ini penting untuk mencapai hasil yang optimal dan
berkelanjutan dalam jangka panjang.
Kolaborasi dan sinergi: Implementasi strategi nasional memerlukan kolaborasi dan
sinergi antara berbagai pemangku kepentingan. Dalam hal ini, peran pemerintah, swasta, dan
masyarakat harus diintegrasikan secara efektif.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia: Implementasi strategi nasional memerlukan
sumber daya manusia yang berkualitas dan terlatih. Oleh karena itu, upaya peningkatan
kapasitas sumber daya manusia harus menjadi fokus utama dalam mengimplementasikan
strategi nasional.
Untuk mencapai tujuan strategi nasional yang telah ditetapkan, kita harus menghadapi
berbagai hambatan dan tantangan. Dalam hal ini, peran kepemimpinan, kerjasama, dan
inovasi sangat penting untuk mengatasi berbagai hambatan dan tantangan tersebut.
Sebagai penutup, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa implementasi strategi
nasional memerlukan upaya bersama antara berbagai pihak. Dalam hal ini, peran
kepemimpinan dan kerjasama menjadi kunci keberhasilan dalam mengimplementasikan
strategi nasional secara efektif dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai