Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat dan karuniaNya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik . Tak lupa sebagai penulis kami ucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yg mendukung pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun
guna melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan POLSTRANAS. Dalam
penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah
berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai
dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi berbagai kesulitan karena
keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki. Oleh sebab itu pada
kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada
Ibu Dra. Rosmariana Sihombing. M. Si selaku dosen pembimbing Pendidikan Kewarganegaraan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan pembuatan penulisan ilmiah ini, masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan
untuk dapat menyempurnakan makalah di masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman maupun pihak lain yang
berkepentingan.
Penyusun
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari kata "strategia" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "the art of
general" atau seni seorang panglima yang biasa digunakan dalam peperangan.
Karl Von Clausewitz (1780-1831) berpendapat bahwa strategi adalah pengetahuan tentang
penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Sedangkan perang itu sendiri
merupakan kelanjutan dari politik.
Dalam abad modern sekarang ini penggunaan kata strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau
seni seorang panglima dalam peperangan saja, akan tetapi sudah digunakan secara luas termasuk
dalam ilmu ekonomi maupun di bidang olah raga.
Arti strategi dalam pengertian umum adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau
tercapainya suatu tujuan termasuk politik.
Dengan demikian kata strategi tidak hanya menjadi monopoli para jenderal atau bidang militer
saja, tetapi telah meluas ke segala bidang kehidupan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan
ilmu yang menggunakan dan mengembangkan kekuatan-kekuatan (ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Strategi Nasional
Strategi Nasional Perjuangan Nasional itu memerlukan penggunaan tidak hanya proklamasi dan
perang, melainkan juga kekuatan ideology dan psikologi, kekuatan politik, kekuatan ekonomi,
kekuatan social budaya, dan kekuatan militer. Strategi Nasional adalah seni dan ilmu
mengembangkan dan menggunakan kekuatan-kekuatan nasional (IPOLEKSOSBUDHANKAM)
dalam masa perang maupun damai untuk mendukung pencapaian tujuan-tujuan yang ditetapkan
oleh politik nasional Sehingga dengan demikian srategi nasional adalah cara bagaimana
melaksanakan politik nasional. Agar Strategi Nasional ini berjalan sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh Politik Nasional maka terlebih dahulu diadakan pemikiran strategis yang
terdiridari :
1. Telaahan strategi adalah kajian terhadap lingkungan yang akan berpengaruh kepada strategi
yang akan ditempuh
2. Perkiraan Strategi, Perkiraan strategis berupa analisa yang akan menghasilkan sasaran- sasaran
alternative
Dasar pemikiran penyusunan polstanas adalah bersumber kepada geopolitik bangsa Indonesia,
wawasan Nusantara, ketahanan Nasional, Tata Bina Nasional. Geopolitik Bangsa Indonesia
Bangsa indonesia dengan geopolitiknya menyatakn bahwa bangsa Indonesia dengan segala
pembenarannya geopolitik indonesia dapat dijadikan sebagai cita-cita, maka tujuan pembenaran
geopolitik Indonesia dapat dijadikan sebagai latar belakang keterangan segala cita-cita bangsa
Indonesia. Cita-cita suatu bangsa ditentukan oleh sejarahnya, oleh jiwanya yang berbentuk dan
dipengaruhi oleh situasi tempat dan lingkungannya itu. Wawasan Nusantara Wawasan Nusantara
adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sejarahnya dan lingkungan alamnya. Dalam
pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai
kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.Cerminan dari Wawasan Nasional adalah budidaya
rakyat suatu bangsa dalam membina dan menyelenggarakan tata hiduo bangsa dan negara yang
meliputi baik tata negara (system pembinaan negara dan bangsa), maupun tata budaya (system
pembinaan hukum dan perundang- undangan.Tujuan utama dari wawasan Nasional adalah dalam
rangka usaha mengembangkan konsepsi Ketahanan Nasional. Ketahanan Nasional Ketahanan
Nasional suatu Negara adalah syarat mutlak untuk dapat survive dalam mengahdapi segala
tantangan, ancaman, dan hambatan yang datangnya baik dari dalam maupun luar. Hanya dengan
ketahanan nasional suatu bangsa atau suatu Negara akan mampu menghadapi behaya-bahaya
tersebut. Hanya dengan ketahanan nasional suatu bangsa akan mampu memperhebat
pembangunan bangsa dan dengan ketahanan nasional maka suatu bangsa akan dapat
melaksanakan kewajiban terhadap dunia, karena dalam negerilahyang menentukan segala-
galanya. Tata Bina Nasional Pendekatan dari sudut keamanan ini dapat dibenarkan dan
ditunjangoleh berlangsungnya proses pemantapan hukum. Dalam perwujudan ketahanan
Nasional di segala bidang dengan melaksanakan suatu konsep guna mempertahankan eksistensi
bangsa dan negara, maka jelas harus berlandaskan Wawasan Nasional bangsa Indonesia ialah
wawasan nusantara. Faktor-faktor yang mempengaruhi Polstranas adalah Perjuangan bangsa
Indonesia untuk mencapai kemerdekaan, dimenangkan tidak atas dasar kekuatan senjata belaka,
tetapi juga unsur inteligensi kekuatan jiwa bangsa Indonesia yang mampu mempersatukan rakyat
dari berbagai pulau menjadi satu massa melawan penjajah. Pada masa kini potensi-potensi serta
masalah-masalah yang mempengaruhi politik dan strategi nasional meliputi unsur-unsur ilmu
politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan.
Keberhasilan Polstranas
1. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME sebagai nilai luhur yang menjadi landasan
spiritual, moral, dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Kesadaran, patuh dan taat pada hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran sehingga
pemerintah/negara diwajibkan menegakkan dan menjamin kepastian hukum
6. Mental, jiwa, tekad, dan semangat pengabdian, disiplin, dan etos kerja yang tinggi serta
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
7. IPTEK, dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa sehingga
memiliki daya saing dan dapat berbicara dipercaturan global.
Apabila penyelenggara dan setiap WNI/masyarakat memiliki tujuh unsur tersebut, maka
keberhasilan Polstranas terwujud dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasional melalui
perjuangan non fisik sesuai tugas dan profesi masing-masing. Dengan demikian diperlukan
kesadaran bela negara dalam rangka mempertahankan tetap utuh dan tegapnya NKRI
Pelaksanaan otonomi daerah kini memasuki tahapan baru setelah direvisinya UU No. 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah atau lazim disebut UU Otonomi Daerah (Otda). Perubahan yang dilakukan di UU No. 32
Tahun 2004 bisa dikatakan sangat mendasar dalam pelaksanaan pemerintahan daerah. Secara
garis besar, perubahan yang paling tampak adalah terjadinya pergeseran-pergeseran kewenangan
dari satu lembaga ke lembaga lain. Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab tetap
dijadikan acuan dengan meletakkan pelaksanaan otonomi pada tingkat daerah yang paling dekat
dengan masyarakat. Tujuan pemberian otonomi tetap seperti yang dirumuskan saat ini yaitu
seperti pelayanan, pengembangan dan perlindungan terhadap masyarakat dalam ikatan NKRI.
Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan seperti desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan, diselenggarakan secara proporsional sehingga saling menunjang. Dalam UU No. 32
Tahun 2004, digunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, di mana daerah diberi kewenangan
mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan kecuali urusan pemerintah pusat yakni :
d. peradilan (yustisi),
e. agama.
Dalam Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 (Amandemen)disebutkan, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atasdaerah-daerah Provinsi dan daerah Provinsi itu dibagi atasKabupaten dan
Kota, yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten, danKota itu mempunyai pemerintahan daerah yang
diatur dengan UU. Tampak nuansa dan rasa adanya hierarki dalam kalimat tersebut. Pemerintah
Provinsi sebagai wakil pemerintah pusat didaerah diakomodasi dalam bentuk urusan
pemerintahan menyangkut pengaturan terhadap regional yang menjadi wilayah tugasnya. Urusan
yang menjadi kewenangan daerah, meliputiurusan wajib dan urusan pilihan. Urusan
pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan denganpelayanan dasar
seperti pendidikan dasar, kesehatan,pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan
dasar; sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan
dan kekhasan daerah. UU No. 32 Tahun 2004 mencoba mengembalikan hubungan kerja
eksekutif dan legislatif yang setara dan bersifat kemitraan. Sebelum ini kewenangan DPRD
sangat besar, baik ketika memilih kepala daerah, maupun laporan pertanggungjawaban (LPJ)
tahunan kepala daerah. Kewenangan DPRD itu dalam penerapan di lapangan sulit dikontrol.
Sedangkan sekarang, kewenangan DPRD banyak yang dipangkas, misalnya aturan kepala daerah
dipilih langsung oleh rakyat, DPRD yang hanya memperoleh laporan keterangan
pertanggungjawaban, serta adanya mekanisme evaluasi gubernur terhadap rancangan Perda
APBD agar sesuai kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pemerintahan Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan
oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja
yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara
Pemerintah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan
daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antar
kedua lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung bukan
merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing.
Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat yang persyaratan dan
tata caranya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Pasangan calon kepala daerah dan
wakil kepala daerah dapat dicalonkan baik oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta
Pemilu yang memperoleh sejumlah kursi tertentu dalam DPRD dan atau memperoleh dukungan
suara dalam Pemilu Legislatif dalam jumlah tertentu.
Melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) provinsi, kabupaten, dan kota diberikan kewenangan
sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah. Agar penyelengaraan pemilihan dapat
berlangsung dengan baik, maka DPRD membentuk panitia pengawas. Kewenangan KPUD
provinsi, kabupaten, dan kota dibatasi sampai dengan penetapan calon terpilih dengan berita
acara yang selanjutnya KPUD menyerahkan kepada DPRD untuk diproses pengusulannya
kepada Pemerintah guna mendapatkan pengesahan.
peningkatan luar biasa dengan diaturnya pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung. Dari
anatomi tersebut, jelaslah bahwa revisi yang dilakukan terhadap UU No. 22 Tahun 1999
kelemahan, tapi harus diakui pula banyak peluang dari UU tersebut untuk menciptakan good
governance (pemerintahan yang baik).
2. Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui
danmenghormati hukum agama dan hukum adat serta memperbaharui perundang
undanganwarisan kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan
gender dan ketidaksesuaianya dengan reformasi melalui program legalisasi.
1. Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi
padakepentingan nasional, menitikberatkan pada solidaritas antar negara berkembang,
mendukung perjuangan kemerdekaan bangsabangsa, menolak penjajahan dalam segala bentuk,
serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerja sama internasional bagikesejahteraan rakyat.
2. Dalam melakukan perjanjian dan kerja sama internasional yang menyangkutkepentingan dan
hajat hidup orang banyak harus dengan persetujuan lembaga perwakilanrakyat.
3. Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri maupun melakukan diplomasi pro-aktif
dalam segala bidang untuk membangun citra positif Indonesia di duniainternasional,
memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap warga negara dankepentingan Indonesia serta
memanfaatkan setiap peluang positif bagi kepentingannasional.
b. Penyelenggara negara
3. Meningkatkan peran pers yang bebas sejalan dengan peningkatan kualitas dankesejahteran
insan pers agar profesional, berintegritas, dan menjunjung tinggi etika pers,supremasi hukum,
serta hak asasi manusia.
d. Agama
1. Memantapkan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral, spiritual,dan etika
dalam penyelenggaraan negara serta mengupayakan agar segala peraturan perundangundangan
tidak bertentangan dengan moral agama.
e. Pendidikan
1.Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang mampumemperjuangkan
terwujudnya kesetaraan keadilan gender.
1. Mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab dalamrangka
pemberdayaan masyarakat, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga hukum,lembaga
keagamaan, lembaga adat dan lembaga swadaya masyarakat, serta seluruhmasayrakat dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Melakukan pengkajian tentang berlakunya otonomi daerah bagi daerah propinsi,daerah
kabupaten, daerah kota dan desa.
1. Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.
November 1998, yang digunakan sampai Sidang Umum MPR hasil Pemilu tahun 1999.
Kemudian MPR hasil pemilu tahun 1999 melalui sidang umumnya telah menetapkan GBHN
untuk perode tahun 1999 tahun 2004, dimana polstranas tersebut menjadi arah
penyelenggaraan negara yang bertujuan menwujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan
sosial, melindungi HAM, menegakkan supremasi hukum, menuju masyarakat yang beradab,
berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera untuk masa lima tahun ke depan.
Berdasarkan analisa Polstranas tahun 1998 dan tahun 1999 (sesuai masa pemerintahan masing-
masing), diketahui bahwa istilah wawasan nusantara dan ketahanan nasional tidak ditemukan
secara khusus dalam kedua GBHN tersebut, walaupun pada GBHN tahun 1999, ditemukan
istilah wawasan, wawasan kelautan (Bab I Pendahuluan, titik A Dasar Pemikiran), wawasan
kebangsaan (Bab III, titik B, titik 11). Dan ditemukan pula istilah ketahanan pada GBHN tahun
1999, yaitu system ketahanan pangan, ketahanan sosial. Polstranas yang ditetapkan masa
reformasi secara formal tidak berkaitan dengan konsepsi wasantara dan tannas. Oleh sebab itu,
GBHN yang ditetapkan MPR tahun 1999, harus dijabarkan lebih lanjut oleh presiden menjadi
polstra pemerintah bidang ekonomi, social budaya, hukum dan hankam. Berikut ini polstranas
pemerintah berdasarkan GBHN tahun 1999 tahun 2004 :
a. Bidang Politik :
Kondisi Umum : stabilitas pol semu, kedaulatan rakyat belum sepenuhnya, parmas masih
alami hambatan, lembaga tertinggi & lembaga tinggi masih belum sepenuhnya melaksanakan
fungsi sesuai asasnya, perimbangan keu Pusat dan Daerah, pemaksaan kehendak dengan cara-
cara anarki, kedaulatan rakyat dan hukum,
tekanan masyarakat internasional.
Kondisi Umum : konglomerat rentan ekonomi rapuh, ekonomi makro rentan, daya beli
masyarakat rendah, perbankan tak mandiri, utang LN, non resources base industry, kebijakan
sentralistik menguntungkan kelompok pengusaha KKN, pengangguran & PHK.
Tujuan : teratasinya krisis ekonomi, kehidupan ekonomi berorientasi pada demokrasi
ekonomi, lapangan kerja & kesempatan berusaha, dunia usaha, resources base industry.
Kondisi Umum : pengembangan pranata sosial & sikap mental, pemberdayaan mas
hadapi tantangan, moral & etika bertentangan dengan krisis kepercayaan unjuk rasa, kesenjangan
sosial, gejolak sosial, kebringasan sosial, kebijakan DIK belum mantap, kebijakan kesenian
kurang mendukung pengembangan kreatifitas.
Tujuan : kesadaran masyarakat, bersatu semangat optimis, kepentingan nasional utama.
Kondisi Umum : sistem hokum nasional belum jamin keadilan & kepastian hukum,
penegakan hukum dipengaruhi kekuasaan, hak uji materiil UU, perundangan yang bertentangan
& tumpang tindih, proses penyusunan Undang-Undang belum cepat & akurat.
Kondisi Umum : pengertian yang keliru terhadap hankam, campur tangan lembaga
swadaya masyarakat & pihak asing dalam mengawasi pemerintahan, kinerja TNI, POLRI dan
HAM, sinergi pengembangan hak dan kewajiban warga negara, perjuangan separatis.
Tujuan : kesadaran masalah & sikap bela negara, cinta tanah air, Kamtibnas, fungsi social
politik TNI/Polri mengedepankan demokratis, terbuka tak memihak.
Kebijakan : kinerja TNI dan POLRI, binter, binkamtibnas, swakarssa, kekaryaan dan
fungsi sosial politik TNI/Polri disesuaikan, pelatihan & pengorganisasian linmas, industry
stranas, pemeliharaan kondisi keamanan & rasa aman menjelang PEMILU daan SU MPR.
1. Persoalan mental Ada orang yang sudah kaya raya, kekayaannya sudah cukup menghidupi
keturunannya 7 turunan tapi masih ketahuan melakuakan korupsi. Yang menjadi persoalan disini
adalah mental, mental orang tersebut disebut sebagai mental koruptor.
2. Kurang kesejahteraan hidup.
3. Kondisi Lingkungan
4. Kondisi sistem
Kasus kasus korupsi yang dilakukan di Indonesia sudah dikategorikan sebagai sebuah hal yang
sangat parah. Sudah terjadi disetiap kehidupan dan menjadi sebuah hal sistemik. Harus ada
sebuah pencerahan untuk dapat menghapus hal ini. Penanganan Korupsi oleh KPK pada tahun
2004-2013 berhasil menangani sebanyak 385 kasus tindak korupsi . Menurut Direktur Penelitian
dan pengembangan KPK, dari 385 kasus yang ditangani KPK tersebut masing masing
melibatkan anggota DPR dan DPRD. Sebanyak 72 kasus ,kepala lembaga kementrian sebanyak 9
kasus.
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah air nya
sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
Menurut Kel. Kerja LEMHANAS 1999
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermsyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Menurut Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam menyelenggarakan kehidupan bermsyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.
Dari berbagai pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Wawasan Nusantara adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan.
Unsur dasar Wawasan Nusantara
Wadah ( contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia
yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam
budaya.
Isi ( content)
Merupakan aspirasi bagsa yag berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang
terdapat dalam pembukaan UUD 1945.
Isi menyangkut dua hal yaitu:
2) Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan
nasional.
Tata laku ( Conduct)
Hasil interasi antara wadah dan isi wawasan nusantara yang terdiri dari:
1) Tata laku batiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari
bangsa Indonesia .
2) Tata laku lahiriah yaitu tercermin dalam tindakan perbuatan dan perilaku dari bangsa
Indonesia.
Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang di
yakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam
upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.
Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional secara structural dan fungsional mewujudkan
keterkaitan hierarkis piramida dan secara instrumental mendasari kehidupan nasional yang
berdimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Fungsi Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggara
Negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan
bernsyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Menurut Cristine S.T. Kansil, S.H., MH dkk dalam bukunya pendidikan kewrganegaraan
diperguruan tinggi menjelaskan bahwa fungsi wawasan nusantara:
Membentuk dan membina persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia
Merupakan ajaran dasar nasional yang melandasi kebijakkan dan strategi pembangunan nasional
Tujuan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasioanalisme yang tinggi disegala aspek kehidupan
rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasioanal dari pada kepentingan
individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah (kepentingan individu, kelompok,
golongan, suku bangsa atau daerah tetap dihargai selama tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional atau kepentingan masyarakat banyak.
Menurut Cristine S.T. Kansil, S.H., MH dkk dalam bukunya pendidikan kewrganegaraan
diperguruan tinggi menjelaskan bahwa tujuan wawasan nusantara adalah :
Tujuan ke dalam mewujudkan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan nasional yaitu aspek
alamiah dan aspek sosial
Tujuan keluar pada lingkungan bangsa dan Negara yang mengelilingi Indonesia ialah ikut serta
mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan keadilan sosial dan
perdamaian abadi
Wawasan Nasional Indonesia
Bangsa Indonesia dalam menentukan wawasan nasional mengembangkan dalam kondisi nyata.
Indonesia dibentuk oleh pemahaman kekuasaan dari bangsa Indonesia yang terdiri dari latar
belakang dan kesejarahan Indonesia.
Untuk penjelasan latar belakang filosofi sebagai dasar pemikiran dan pembinaan nasional
Indonesia ditinjau dari:
Pemikiran berdasarkan falsafah pancasila
Wawasan nasional merupakan pancaran dari pancasila oleh kerena itu menghendaki terciptanya
kesatuan dan persatuan dengan tidak menghiangkan cirri,sifat dan karakter dari kebhinekaan
unsur-unsur pembentuk bangsa (suku bangsa,etnis dan golongan).
Pemikiran berdasarkan aspek kewilayahan
Wilayah Indonesia pada saat merdeka masih berdasarkan peraturan tentang wilayah territorial
yang dibuat oleh belanda yaitu territorial Zee en Maritime Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO
1939), dimana lebar laut wilayah/territorial Indonesia adalah 3 mill diukur dari garis air rendah
masing-masing pulau Indonesia.
TZMKO 1939 tidak menjamin kesatuan wilayah Indonesia sebab antara satu pulau dengan pulau
yang lain menjadi terpisah-pisah, sehingga pada 13 desember 1957 pemerintah mengeluarkan
Deklarasi Djuanda yang isinya: segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan
pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia, dengan
tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan
Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan nasional
yang berada di bawah kedaulatan mutlak daripada Negara Republik Indonesia. Lalu-lintas yang
damai diperairan pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak
bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia.
Dalam peraturan, yang akhirnya dikenal dengan sebutan Deklarasi Djuanda, disebutkan juga
bahwa batas laut teritorial Indonesia yang sebelumnya tiga mil diperlebar menjadi 12 mil diukur
dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung terluar pada pulau-pulau dari wilayah Negara
Indonesia pada saat air laut surut. Dengan keluarnya pengumuman tersebut, secara otomatis
Ordonantie 1939 tidak berlaku lagi dan wilayah Indonesia menjadi suatu kesatuan antara pulau-
pulau serta laut yang menghubungkan antara pulau-pulau tersebut.
Tujuan deklarasi juanda sebagai berikut:
1) Perwujudan bentuk wilayah Negara kesatuan republic Indonesia yang bulat dan utuh
3) Peraturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan keamanan
Negara kesatuan NKRI
Sesuai dengan hukum laut internasional yang telah disepakati oleh PBB tahun 1982 wilayah
perairan laut Indonesia dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
Zona laut territorial
Batas laut territorial adalah garis khayal yang berjarak 12 mil dari garis dasar kearah laut lepas.
Garis dasar adalah garis khayal yang menghubungakan titik-titik dari ujung-ujung pulau terluar.
Zona landas kontinen
Landas kontinen ialah dasar laut yang secara geologis maupun morfologis merupakan lanjutan
dari sebuah benua, kedalaman lautnya kurang dari 150 m. Adapun batas landasan kontinen
tersebut diukur dari garis dasar yaitu paling jauh 200 mil laut.
Zona ekonomi eksklusif (ZEE)
Zona ekonomi eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil kearah laut terbuka diukur dari garis
dasar. Pengumuman tentang ZEE dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 21 maret
1980.
Melalui konferensi PBB tentang hukum laut Indonesia ke-3 tahun 1982, pokok-pokok Negara
kepulauan berdasarkan Archipelago Concept Negara Indonesia diakui dan dicantumkan dalam
UNCLOS 1982. Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh dalam upaya pemanfaatan laut bagi
kepentingan kesejahteraan seperti bertambah luas ZEE dan landas kotinen Indonesia. Perjuangan
tentang kewilayahan dilanjutkan dengan menegakkan kedaulatan dirgantara yaitu wilayah
Indonesia secara vertical terutama dalam memanfaatkan wilayah Geo Stationery Orbit ( GSO ) .
Ruang udara adalah ruang yang terletak di atas ruang daratan dan atau ruang lautan sekitar
wilayah Negara dan melekat pada bumi dimana suatu Negara mempunyai hak yurisdiksi. Ruang
udara, ruang daratan dan ruang lautan merupakan satu kesatuan ruang yang tidak dapat dipisah-
pisahkan.
Proses sosial dalam menjaga persatuan nasional sangat membutuhkan kesamaan persepsi/
kesatuan cara pandang diantara segenap masyarakat tentang eksistensi budaya yang sangat
beragam namun memiliki semangat untuk membina kehidupan bersama secara harmonis.
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita cita pada umumnya tumbuh dan berkembang
akibat latar belakang sejarah.
Penjajahan disamping menimbulkan penderitaan dan juga menumbuhkan semangat untuk
merdeka yang merupakan awal semangat kebangsaan yang diwadahi Boedi Oetomo (1908 ) dan
sumpah pemuda (1928).
Wawasan nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah yang menginginkan tidak
terulangnya lagi perpecahan dalam lingkungan bangsa yang akan melemahkan perjuangan dalam
mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita cita dan tujuan nasional sebagai hasil
kesepakatan bersama agar bangsa Indonesia setara dengan bangsa lain.
Sebagai bangsa majemuk yang telah menegara, bangsa Indonesia dalam membina dan
membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasionalnya, baik pada aspek politik, ekonomi,
sosisl budaya, maupun hankamnya, selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah.
Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional indonesia merupakan cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai serta menghormati
kebinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasinal untuk mencapai tujuan nasional.
Penerapan Wawasan Nusantara harus tercemin pada pola piker, pola sikap dan pola tindak yang
senantiasa mendahulukan kepentingan Negara.
c) Implementasi dalam kehidupan sosial budaya adalah menciptakan sikap batiniah dan
lahirniah yang mengakuai, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan sebagai
kenyataan yang hidup disekitarnya dan merupakan karunia sang pencipta.
Materi Wasantara disesuaikan dengan tingkat dan macam pendidikan serta lingkungannya
supaya bisa dimengerti dan dipahami.
Tantangan Implementasi Wasantara
1) Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas dan partisipasi
masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh Negara-negara maju
dengan Buttom Up Planning,sedang untuk Negara berkembang dengan Top Down Planning
karena adanya keterbatasan kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan landasan
operasinal berupa GBHN. Kondisi Nasional (Pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan
keterbelakangan dan ini merupakan ancaman bagi integritas.
2) Dunia Tanpa Batas
a) Perkembangan IPTEK
Mempengaruhi pola , pola sikap dan pola tindak masyarakat dalam aspek kehidupan.
b) Kenichi Omahe dalam buku Borderless Word dan The End of Nation State menyatakan:
dalam perkembangan masyarakat global,batas-batas wilayah Negara dalam arti geografi dan
politik relatif masih tetap.
Perkembangan Iptek dan perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan dunia tanpa batas
dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara , mengingat perkembangan tersebut akan dapat
mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam pola pikir , pola sikap dan pola tindak didalam
bermsyarakat , berbangasa dan bernegara.
3) Era Baru Kapitalisme
Sloan dan Zureker
Dalam bukunya Dictionary of Economics menyatakan Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi
yang didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam barang dan kebebasan individu untuk
mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas
ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk mencapai laba
guna diri sendiri.
Lester Thurow
Dalam bukunya The Future of Capitalism menyatakan : untuk dapat bertahan dalam era baru
kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu keseimbangan (balance) antara paham individu
dan paham sosialis.
4) KesadaranWarga Negara
Pandangan Indonesia Tentang Hak dan Kewajiban
Manusia Indonesia mempunyai kedudukan , hak dan kewajiban yang sama.Hak dan Kewajiban
dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
Kesadaran Bela Negara
Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan non fisik untuk
memerangi keterbelakangan, kemiskinan ,kesenjangan social ,memberantas KKN ,menguasai
Iptek , meningkatkan kualitas SDM , transparan dan memelihara persatuan.
BAB IV : PENUTUP
2.1. KESIMPULAN
Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan penganbilan kebijakan untuk
mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional. Strategi nasional adalah cara melaksanakan
politik nasional dalam usaha pencapaian sasaran dan tujuan politik nasional. Jadi berdasarkan
pengertian keduanya politik dan stategi nasional sangat bermanfaat untuk mengantisipasi
perkembangan globalisasi kehidupan dan perdagangan bebas yang akan dihadapi bangsa
kita.
Dalam bidang ekonomi diimplementasikan dalam bentuk: Mengembangkan sistem ekonomi
kerakyatan yang bertumpuh pada mekanisme pasar yang adil berdasarkan prinsip persingan
sehat, Mengembangkan persingan yang sehat dan adil serta menghindari terjadinya struktur
pasar monopilistik dan berbagai pasar distortif, Mengupayakan kehidupan yang layak
berdasarkan kemanusian yang adil bagi masyarakat, mengembangkan perekonomian yang
berorientasi global, Melakukan berbagai upaya terpadu untuk mempercepat proses kemiskinan
dan mengurangi pengganguran.
1. Strategi Preventif Kasus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal hal yang menjadi
penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat preventifnya,
sehingga dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan
banyak pihak dalam pelaksanaannya agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya korupsi.
2. Strategi Represif Harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara tepat dan cepat kepada pihak pihak yang terlibat
dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi sejak dari tahap
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk dapat
disempurnakan disegala aspeknya. Sehingga dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
http://snezanayofanda.blogspot.com/2013/06/politik-dan-strategi-nasional-polstranas.html
http://intanjulianaa.wordpress.com/2013/05/28/kegiatan-yang-meruoakan-implementasu-polstranas-
politik-strategi-nasional/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/pendidikan-kewarganegaraan-politik-dan-strategi-
nasional/
http://theresiaaaw.blogspot.com/2013/05/makalah-pendidikan-kewarganegaraan-4.html
http://dewiayusaraswati.blogspot.com/2012/05/politik-strategi-nasional.html?m=1
http://rifaidhita.blogspot.in/2010/07/3-jelaskan-dengan-contoh-polstranas-pada.html?m=1
http://bebekterbang115.blospot.com/2014/04/implementasi-polstranas-pada-masa-
orde_6773.html?m=1